Tahun 2012
Yuki dan Rich berada di ruang publik mereka duduk di salah satu tempat sedikit menjauh dari keramaian, Rich menyerahkan botol minuman yang sempat dia beli kepada Yuki, Yuki tersenyum dia menerima botol minuman tersebut.
"Bisa lo jelaskan maksud lo tadi?" Yuki memulai obrolan mendesak penjelasan atas jawaban dari Rich sebelumnya
"Ah" suara desahan keluar dari mulut Rich saat lelaki itu selesai menengak minumannya
"Lo gak paham? Gua pikir lo sudah paham" ujar Rich kemudian, "oke gua jelasin"
Rich memperbaiki posisi duduknya sebelum menjelaskan kepada wanita yang berada di depannya itu
"Menurut lo saat kembali ke masa lalu lo bisa mengubah takdir?" tanya Rich terlebih dahulu sebelum masuk ke penjelasannya
"Tentu saja" jawab Yuki yakin dan itu memang benar karena terbukti saat kecelakaan orangtuanya dia bisa menyelamatkan mereka berdua
"Mungkin lo berhasil menyelamatkan mereka, tapi kecelakaan itu tetap akan terjadi" Rich berhenti sejenak dia mengambil bola yang tidak sengaja terlempar ke arahnya, Rich melempar bola tersebut kepada anak-anak yang bermain
"Jika semua orang bisa kembali ke masa lalu apa jadinya dengan hari di mana peristiwa itu semua terjadi? seperti yang kamu bilang, orang-orang tidak akan melewati tempat itu atau membuat rencana dengan terlambat beberapa menit dari jam peristiwa terjadi, tapi kecelakaan itu akan tetap terjadi entah ditempat itu atau ditempat lain" jelas Rich mengambil botol minumannya lagi dia menengaknya hingga habis.
Yuki terdiam mendengar penjelasan tersebut dia tidak tahu harus menjawab apa atau memberikan respons seperti apa.
"Lagi pula kita akan selalu menghadapi perpisahan kan" ucap Rich lagi
"Ibuku pernah bilang, saat kita berpisah dengan orang lain itu bukan hanya sekadar kabar buruk tapi juga kabar baik" Yuki menoleh tidak mengerti maksud dari kalimat tersebut
"Hei, saat ada perpisahan itu artinya akan ada pertemuan yang lain, bisa saja pertemuan itu jauh lebih baik dari yang sebelumnya" sambung Rich dia menatap Yuki tersenyum
"Bukannya tadi lo bilang mau berhentiin waktu kenapa penjelasan lo ini menunjukkan sebaliknya" protes Yuki
"Gua bilang mau berhentiin waktu bukan mengubah masa lalu" jawab Rich membuat Yuki menaikkan sebelah alisnya
Rich menghembuskan napasnya pelan, "Sebelum pergi nyokap gua pamitan dan gak seperti biasanya dia meluk gua erat sekali, itu waktu yang ingin gua berhentiin"
Yuki memalingkan wajah saat Rich hendak melihatnya entah bagaimana seperti ada sesuatu yang tidak beres dengan tubuhnya
"Kalau lo mengubah masa lalu, lo bukan hanya bisa meluk nyokap lo tapi dia juga masih ada hingga masa kini" ujar Yuki
"Siapa yang jamin?" tanya Rich
"Hah?"
Rich tersenyum ramah melihat Yuki teman yang baru dikenalnya, "Tidak ada yang tahu masa depan Yuki, meskipun kamu mengubah masa lalu tidak akan ada yang menjamin jika masa depan akan lebih baik"
Mereka berdua bertatapan seakan mengirimkan pesan melalui tatapan masing-masing, seorang lelaki berusia sekitar 30an berlari menuju tempat di mana Rich dan Yuki berada membuat keduanya menoleh kearah lelaki tersebut.
"Maaf Tuan kita harus segera pergi" ucap lelaki tersebut entah ditujukan kepada siapa namun melihat arah pandangnya sepertinya 'Tuan' yang dimaksud oleh lelaki itu adalah Rich
Rich melihat jam di pergelangan tangannya, "Astaga, ini sudah sore aku kelupaan"
"Sepertinya percakapan kita berakhir di sini" ucap Rich dia bangkit dari tempat duduknya begitu pula Yuki dia ikut berdiri
"Mau diantar pulang?" tawar Rich
Yuki melambaikan tangannya, "Tidak perlu terima kasih, gua bisa pulang sendiri" tolak Yuki sopan
Rich mengangguk, "Baiklah sampai jumpa, kita akan bertemu lagi nanti"
"Bertemu lagi?"
"Hm, entah kenapa gua merasa jika ini bukan pertemuan terakhir kita" setelah mengucapkan itu Rich melambaikan tangan sebagai salam perpisahan
Setelah melihat punggung pemuda itu hilang dari pandangan Yuki memutuskan untuk pulang juga dia balik kanan berjalan kaki menuju halte terdekat.
***
Tahun 2039
Rich berjalan menuju ruangan uji coba atau yang biasa disebut dengan Black Box testing, para karyawan yang berada di sana tengah sibuk dengan layar-layar di depan mereka tidak menyadari kehadirannya sama sekali di sana.
Rich melihat ke sekeliling selain ada karyawan yang bekerja di depan layar sisi ruangan juga menampilkan produk baru yang siap untuk dilakukan uji coba sebelum diluncurkan ke masyarakat. Rich melihat tablet di tangannya seharusnya hari ini akan ada jadwal uji coba produk yang dilakukan oleh Prof. Felicia namun dia tidak melihatnya.
"Pak Manajer?" sapa seorang karyawan yang melihat kehadiran Rich di sana
Rich menoleh tersenyum tipis melihatnya
"Ada yang bisa saya bantu Pak?" tanya karyawan tersebut Rich melirik ke arah nametag yang tersemat dibahu kanannya tertulis nama dan jabatan dari orang tersebut.
"Saya kebetulan lewat dan ingin melihat secara langsung tentang produk baru tersebut" jawab Rich dengan lugas
Karyawan tersebut yang merupakan seorang pengawas membawa Rich menunjukkan produk baru yang telah mereka selesai lakukan perbaikan.
"Ini salah satu robot terbaru yang telah kami siapkan. Namanya adalah Amity" ucap pengawas tersebut memperkenalkan kepada Rich sebuah robot berbentuk ikan berukuran sebesar 20-30 cm
"Aku pernah melihatnya saat pameran tahun lalu" ucap Rich melihat dengan seksama robot ikan tersebut
"Tentu saja. Tapi kali ini kita sudah memodivikasinya menjadi lebih baik" jawab pengawas tersebut dengan bangga, dia mendekat kearah tiang yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Pengawas itu mengetuk tiang tersebut hingga memunculkan sebuah layar transparan di depannya, layar itu berbentuk 3D membuat Rich juga dapat melihatnya
"Mata Amity dilengkapi sensor kamera yang dapat merekam laut dengan sangat jelas, bagian tubuh Amity juga sudah diperbarui menjadi lebih kuat dan tahan terhadap tekanan hingga 1.000 meter lebih di dalam laut" ucap pengawas itu memberikan penjelasan terbarunya kepada Rich dengan bangga
"Bagaimana dengan guncangan dan ancaman dari ikan predator yang lain?" Rich menatap layar transparan tersebut lebih teliti
"Di dalam laut bukan hanya soal tekanan ada banyak ancaman yang tidak bisa kita prediksi"
Pengawas itu tersenyum seakan sudah menunggu pertanyaan seperti itu dilontarkan kepadanya
"Amity dilengkapi sensor pertahanan diri ditubuhnya, dan jika tidak memungkinkan ada kendali manual yang bisa digunakan" jelas pengawas tersebut dia membesarkan bagian dilayar agar Rich dapat melihatnya lebih baik.
"Tapi lebih dari itu semua, Amity adalah teman bagi makhluk hidup yang berada di sana" Rich menoleh melihat kearah pengawas tersebut
Pengawas itu tersenyum seraya melihat gambar robot tersebut di depannya, "Amity akan memastikan kondisi air laut dalam jangkauannya dalam keadaan bersih, itu sebabnya kita memberikannya nama 'Amity' yang berarti teman yang baik"
Rich mengangguk paham mendengar penjelasan dari pengawas tersebut dia juga tersenyum puas bisa dibilang pengembangan robot ini lebih baik dari sebelumnya. Asyik melihat-lihat model robot terbaru ditemani oleh pengawas yang ada di sana mata Rich terpaku pada sebuah benda kecil yang tersimpan di dalam kotak kaca.
"Apa ini?" tanya Rich
Pengawas yang sebelumnya sedang menjelaskan tentang model robot AI terbaru yang dapat berubah bentuk wajah teralihkan
"Oh ini Rand"
"Rand?" ujar Rich mengulangi katanya
"Sebenarnya ini masih dalam tahap penelitian yang dilakukan oleh Prof. Felicia. Rand sendiri berfungsi sebagai pelindung, Prof. Felicia mengatakan jika radiasi akibat benda elektronik yang kita gunakan bisa berakibat buruk bagi para penggunanya"
Pengawas itu membuka kotak kaca mengambil benda berukuran kecil untuk diserahkan kepada Rich
"Itu sebabnya profesor melakukan penelitian lebih dalam untuk mengurangi dampak dari efek buruk elektronik, chip ini nantinya akan diletakkan ke bagian belakang leher yang tepat mengarah ke otak untuk melindungi bagian tersebut dari efek radiasi"
Rich menatap benda kecil yang tidak lebih besar dari ibu jarinya itu, "Apa itu memungkinkan?"
Pengawas itu terkekeh, "Ini masih dalam tahap penelitian, kita juga tidak tahu apakah berhasil atau tidak hanya Prof. Felicia yang tahu dia yang melakukan penelitian itu seorang diri"
"Seorang diri?" ucap Rich mengulangi kalimat itu yang dibalas anggukan oleh pengawas
"Omong-omong di mana dia? Aku tidak melihatnya, bukankah ada jadwal uji coba produk hari ini?" tanya Rich dia melihat ke kanan-kiri mencari sosok wanita itu
"Kita tidak tahu, hari ini Prof. Felicia ijin tidak hadir dia juga meminta untuk membatalkan jadwal uji coba produk hari ini" tuturnya
Rich mengangguk pengawas itu kembali mengajaknya melihat produk terbaru yang siap dipasarkan ke masyarakat dan menjelaskan semua proses kesiapannya, beberapa menit di sana Rich akhirnya pergi meninggalkan ruangan itu jam makan siang sudah tiba dia memutuskan untuk kembali ke ruangannya.
***
Rich memasuki lift sesekali dia mengangguk tersenyum kepada orang yang menyapanya, Rich menempelkan lengan yang sudah terverifikasi lantai tujuannya dia menunggu beberapa detik hingga suara lift berbunyi
Ting
Suara lift berbunyi memberi tahu lantai tujuan lift telah sampai, tepat saat dia keluar dari dalam lift layar smartphonenya berkedip memberikan sinyal melalui lengannya.
Rich meraih benda persegi dari dalam sakunya dia melihat siapa orang yang menghubunginya, Prof. Felicia, begitu yang tertulis di sana. Rich menggeser lampu hijau dilayar dia mendekatkan benda persegi itu ke telinganya
[ 'Bisa kita ketemu sekarang?']
Terdengar suara Felicia tanpa basa-basi mengajak Rich untuk bertemu
"Iya. Aku ada dikantor kit-"
['Jangan dikantor'] sela Felicia dari balik telepon ['Kita bertemu di luar, aku akan kirimkan alamatnya']
Panggilan telepon tertutup setelah Felicia mengatakan itu sebelum Rich dapat menjawabnya, dia tidak terlalu memikirkannya Rich segera berjalan menuju ruangannya.
Di dalam ruangan Rich terlihat Yohan asistennya sedang duduk menunggunya, Rich berjalan melewati Yohan dia segera duduk di tempatnya.
"Lo gak makan siang?" tanya Rich melihat Yohan tetap di sana tanpa ada makanan di meja
"Jangan bilang kalau lo nunggu gua?" tanya Rich lagi
Yohan melangkah mendekat, "Lo harus lihat ini" ujar Yohan dia menyerahkan tablet hologram miliknya
"Nanti saja gua lapar, ayo pesan makanan" tolak Rich dia sudah membuka aplikasi dari dalam smartphonenya
"Alamat tempat tinggal Felicia adalah tempat tinggal Yuki dulu" sela Yohan membuat Rich menghentikan aktifitasnya.
Rich menoleh menatap tajam kearah Yohan, "Maksudnya?"
Yohan dengan cepat menyerahkan tablet hologram miliknya kepada Rich memintanya untuk membaca laporan yang dia buat
Rich membaca dengan cepat isi yang ada di dalam hologram tersebut, kepalanya terangkat menatap tajam Yohan, "Apa ini valid?"
"Aku sudah mengeceknya berkali-kali dan itu valid, alamat itu adalah tempat tinggal Yuki. Subyek wanita yang digunakan Prof. Alfa dalam penelitian Time Machine" jelas Yohan
Rich sangat terkejut dia tidak bisa berkata-kata atas informasi yang didapatnya barusan. Layar smartphonenya menyala sebuah pesan singkat dari Felicia tanpa perlu membukanya Rich sudah bisa melihat dari balik notifikasi Felicia memberikannya alamat untuk janji temu mereka.
***
Tahun 2012
[ ...kecelakaan itu akan tetap terjadi entah ditempat itu atau ditempat lain ]
Yuki berada diangkutan umum kali ini dia tidak dapat kursi untuk duduk, sebenarnya Yuki bisa duduk namun melihat ada seorang ibu dengan anaknya Yuki memilik mengalah dan mempersilahkan ibu itu untuk duduk dikursinya, jadilah dia sekarang berada dipojokan menjauh dari desakan orang-orang
[ ...kecelakaan itu akan tetap terjadi entah ditempat itu atau ditempat lain ]
Teringat oleh Yuki perkataan Rich kepadanya lalu juga teringat oleh Yuki bagaimana dia gagal mengubah takdir dari Fisya dan semua yang terjadi setelah itu, di mana Renata akhirnya memutuskan untuk pindah sekolah.
[ Tidak ada yang tahu masa depan Yuki, meskipun kamu mengubah masa lalu tidak akan ada yang menjamin jika masa depan akan lebih baik ]
Perkataan Rich itu ada benarnya, lihat sekarang Yuki memang berhasil mengubah takdir kepergian orangtuanya namun takdir Fisya tidak berubah dan lebih dari itu dia justru membuat luka atas kepergian Fisya menjadi lebih dalam bagi sebagian orang seperti Renata dan Ibu Fisya sendiri.
"Apa yang aku lakukan benar?" gumam Yuki seorang diri
Dia menghembuskan napas kasar matanya menatap kearah luar kaca bus, melihat barisan bangunan berjejer mewarnai jalanan ibukota.
Dreet.. dreet.. dreet..
Handphonenya bergetar Yuki melihat sekilas sebuah pesan masuk dari nomor tidak dikenali, Yuki membukanya membaca isi pesan singkat tersebut. Dahinya terlipat saat membacanya tapi pada akhirnya Yuki memutuskan untuk mengabaikan pesan tersebut halte tujuannya hampir tiba Yuki memasukkan kembali handphonenya ke dalam tas.
***
Hujan telah usai menyisakan gerimis sisa semalam yang masih bertahan hingga pagi tiba, Yuki sudah berada di dalam mobil bersama dengan Papa dan puluhan kendaraan lain yang juga sudah turun dijalan mengalahkan anak hujan yang mengenai kendaraan atau tubuh mereka terbalut jas hujan.
"Yuki bisa berangkat sendiri tadi" ujar Yuki kepada Papanya yang sedang memegang kemudi mobil
"Hujan. Kalau hujan begini bukannya susah nyari angkot, jadi daripada kamu terlambat lebih baik bareng Papa kan" sahut Papa fokus menyetir jalanan makin dipadati oleh kendaraan yang ingin melintas membuat Papa hanya bisa melajukan kendaraannya tidak lebih dari 30km per jam saja.
"Oh iya gimana sama sekolah kamu?" tanya Papa kemudian membahas topik percakapan yang lain.
Yuki mengangguk, "Hm.. semuanya baik, nilai ujian kemarin juga gak buruk"
Papa yang mendengar jawaban Yuki manggut-manggut, "Bagus" balasnya singkat
"Papa bagaimana dikantor? Semuanya baik-baik saja kan?" tanya Yuki dia teringat oleh ucapan Rich sebelumnya jika semua kejadian dan peristiwa bisa saja akan berubah kembali ke awal.
Papa menginjak rem saat Yuki bertanya dia melihat lampu merah menyala di depannya
"Gak biasanya kamu nanya begitu" ucap Papa dia menoleh melihat kearah Yuki
Yuki terlihat sedikit kikuk namun akhirnya dia bisa mengontrolnya kembali normal, "Eh.. hm.. basa-basi aja" jawab Yuki sembari mengangkat bahunya
"Kerjaan Papa baik dan juga tidak baik" jawab papa dia menarik tuas rem dan segera menginjak pedal gas perlahan
"Eh?"
"Selalu ada yang baik di setiap yang tidak baik Yuki" sahut Papa bijak
Yuki menaikkan sebelah alisnya, "Apa itu masalah besar?"
"Tidak juga, hanya masalah persaingan produk. Itu memang bukan masalah besar tapi dampaknya sangat besar bagi perusahaan" ujar Papa dia tersenyum meski matanya masih fokus menatap ke depan jalan
Yuki hendak bertanya kembali namun belum sempat kalimat yang diucapkannya keluar sebuah sepeda motor dengan sembarangan memotong jalur kendaraan mobil yang dikendarai oleh Papa membuatnya harus menginjak rem mendadak untuk menghindari pemotor yang ugal itu.
CIIIITT!!
Suara mobil yang bergesekan dengan jalanan terdengar nyaring membuat ngilu yang mendengar, tubuh Yuki sempat tersentak ke depan beruntung dia menggunakan seatbelt membuat tubuhnya tetap dalam posisi yang aman tidak membentur bagian depan mobil.
"Yuki kamu gak apa-apa?" tanya Papa panik
Yuki menggeleng dia baik-baik saja namun degup jantungnya berjalan lebih cepat dari biasanya mungkin karena dia terkejut
"Apa dia sudah gila! Kenapa mengendarai motor seperti itu!" maki Yuki dari mobil, dia menatap tajam motor matic berwarna putih yang memotong jalur kendaraannya barusan.
Motor putih itu berjalan tanpa sadar jika tindakannya barusan sangat berbahaya baik bagi dirinya maupun orang lain, dia terus melajukan motornya hingga hilang dari pandangan Yuki.
"Dia pasti sedang buru-buru tapi itu tetap saja berbahaya" ucap Papa berusaha mengerti
Mendengar suara Papanya dia jadi teringat akan sesuatu Yuki menoleh kearah Papanya dia melihat dengan khawatir
"Papa baik-baik saja? Ada yang luka gak?" tanya Yuki takut dia memegang tangan Papanya melihat dengan teliti takut-takut jika ada sebuah luka ditubuh Ayahnya.
Papa yang melihat betapa khawatirnya putri satu-satunya itu terkekeh
"Kenapa malah ketawa Yuki khawatir tahu!" dengusnya
"Habisnya, papa kayak anak kecil aja diginiin sama kamu" ujar papa dia mengelus rambut Yuki lembut, "terima kasih sudah khawatir tapi Papa baik-baik saja sayang"
"Syukurlah, Yuki lega mendengarnya" ucap Yuki tanpa terasa air matanya jatuh membasahi pipi.
"Loh kok nangis, papa kan baik-baik saja"
Yuki mengelap airmata yang sempat menetes, "Gak nangis mata Yuki kelilipan" alasannya menghindari tatapan Papanya
Mobil kembali melaju menuju tujuan melupakan peristiwa yang baru saja terjadi, kendaraan makin padat orang-orang yang sibuk mulai keluar dari rumah-rumah mereka ikut bergabung dengan kesibukan Ibukota.
Bel sekolah berbunyi nyaring di seluruh kawasan sekolah memberitahu para siswa dan guru bahwa pelajaran pertama akan segera dimulai, hari ini upacara sekolah digelar cepat hujan besar tiba-tiba turun membuat pembina upacara untuk membubarkan barisan beruntungnya bendera sudah berada di atas sana berkibar mengikuti arah angin dan tampias air hujan.
Yuki dan Elsa sedang berada di ruang lab komputer, pelajaran pertama mereka adalah komputer. Seorang guru bernama Riki sedang menjelaskan tentang macam-macam sistem operasi yang ada.
"Sistem operasi komputer merupakan program perangkat lunak yang diperlukan untuk mengoperasi perangkat komputasi. Contoh sistem operasi komputer seperti Linux, Ios, Mac Os, dan Microsoft Windows yang ada di layar komputer kalian tersebut" terang guru itu memberikan pengarahan
Para siswa mendengarkan dengan saksama, sebagian dari mereka ada yang mengobrol berbisik-bisik dengan teman sebelahnya, membuka game yang ada di dalam komputer, atau sibuk dengan ponsel Blackberry mereka.
Pak Riki berjalan mendekat matanya yang kecil melihat seorang murid yang sedang fokus dengan ponselnya dibanding pelajaran yang sedang berlangsung, tepat saat dia sudah tiba di meja murid itu tangannya cepat mengambil ponsel yang masih dia mainkan tidak sadar jika gurunya sudah ada di sana.
"Yahh Pak" keluhnya saat sadar jika ponselnya sudah berpindah tangan
Pak Riki tersenyum tangannya mengangkat ponsel tersebut agar dapat dilihat oleh teman-temannya yang lain
"Salah satu contohnya adalah sistem operasi yang ada di dalam ponsel kalian masing-masing, yang kalian lihat dari luar ini merupakan Hardware atau perangkat keras yang bisa kalian lihat, sentuh maupun pegang"
Pak Riki berjalan menuju ke barisan belakang membuat murid yang berada di belakang segera memasukkan ponsel mereka ke dalam saku, belajar dari pengalaman temannya mereka tidak ingin ponselnya disita.
"Sedangkan bagian dalam dari ponsel ini merupakan Software atau perangkat lunak, dialah yang bertugas untuk melaksanakan perintah pada saat kalian hendak mengirim pesan, membuka permainan dan lainnya dengan bahasa pemrograman yang terlihat rumit namun sangat mudah jika kalian mengetahui dasarnya" terang Pak Riki memberikan penjelasan
"Baik sampai di sini ada yang ingin ditanyakan?" tanya Pak Riki membuat semua siswa terdiam entah karena sudah paham dengan materi atau karena tidak tahu ingin bertanya apa.
"Pak?" salah seorang dari mereka mengangkat tangan
"Iya Kael ada yang ingin kamu tanyakan?"
"Apakah di masa depan teknologi bisa mengirim seseorang bukan hanya sebuah pesan?"
Pak Riki tersenyum, "Tentu saja, teknologi berkembang lebih cepat bahkan sekarang seseorang sudah bisa mengirimkan orang melalui kendaraan itu juga termasuk teknologi"
"Wah itu artinya bisa saja kita melintasi waktu jika teknologi begitu cepat berkembang" timpal salah seorang dari mereka melenceng dari topik yang sedang dibahas
"Itu tidak mungkin!"
"Kenapa gak? Bisa aja kan pak?"
Pak Riki merentangkan tangannya meminta agar para murid berhenti berdebat
"Tenang anak-anak, biar Bapak jelaskan" Pak Riki mengambil spidol dia membuat garis lurus di papan tulis
"Sebenarnya ini di luar dari konteks materi kita hari ini, tapi gak apa-apa Bapak akan jelaskan tentang konspirasi perjalanan waktu yang banyak disukai oleh orang-orang"
"Ini adalah garis di mana masa yang kita jalani saat ini" Pak Riki membuat sebuah garis putus-putus di sebelah garis tersebut
"Dan ini ibarat garis masa lalu, Bapak buat garis putus-putus karena ingatan dari masa lalu tidaklah sempurna" Pak Riki membuat kedua garis tersebut saling berpilin hingga bertemu di satu titik yang dibuatnya
Para siswa antusias menyaksikan dan mendengarkan materi mereka bahkan menatap papan tulis dengan konsentrasi penuh, sepertinya mereka lebih menyukai tentang teori konspirasi daripada materi pelajaran.
"Titik ini ibarat masa depan, apa yang terjadi jika manusia bisa melintasi waktu?" tanya Pak Riki membuat murid penasaran
Pak Riki membuat garis yang lain kali ini garis tersebut lebih banyak putus-putusnya membuat jarak antara garis yang satu dengan yang lain makin lebar
"Akan ada masa depan yang lain dan itu berarti akan ada ingatan yang seharusnya terjadi tidak terjadi" Pak Riki menghapus beberapa garis yang kedua dia buat
"Kenapa? Tentu saja saat manusia tahu apa yang terjadi beberapa tahun lalu dia kembali dia pasti akan mengubah walaupun hanya beberapa hal" Pak Riki berdehem, "lalu apakah itu hal baik atau buruk?"
"Tentu saja baik, kalau masa depan kita gak bagus kita bisa mengubahnya di masa lalu" sahut murid lain
Pak Riki tersenyum, "Bisa jadi baik, bisa jadi buruk tapi yang harus kalian ingat, setiap pilihan selalu ada akibatnya termasuk saat kalian memilih kembali ke masa lalu. Bisa jadi ada memory berharga yang seharusnya kalian ingat tapi kalian lupakan, karena memory tersebut tidak pernah terjadi akibat dari pilihan yang kalian ubah"
Bel sekolah kembali berbunyi tapi kali ini suaranya lebih pendek dari sebelumnya tanda mata pelajaran pertama telah usai, Pak Riki melirik jam di pergelangan tangannya sebelum dia menutup kelasnya
"Oke anak-anak sampai di sini pelajaran kita hari ini" para murid membereskan buku mereka dan bersiap kembali ke kelas
"Oh iya tunggu sebentar" ucap Pak Riki membuat siswa menghentikan langkah kaki mereka yang hendak keluar, "ada yang ingin Bapak katakan, jika nanti masa depan kalian bisa kembali ke masa lalu tidak ada yang bisa menjamin jika masa depan akan lebih baik dari sebelumnya"
Ucapan Pak Riki yang entah hanya sebuah perasaannya saja atau memang sengaja Yuki merasa jika kalimat tersebut ditujukan untuk dirinya.