webnovel

Wanita Ini Merendahkannya!

Ponsel Nindy berdering. Pesan masuk dari Soraya. Kening Nindy berkerut.

"Sudah ku duga! Penjahat itu datang seperti serangga yang mengejar cahaya! Uang membuat pria tak tahu diri itu mendekat!

Lupakan pria itu! Biarkan dia bermimpi! Dia tidak layak masuk ke dalam impianku di masa depan!

Sekarang aku harus fokus! Fokus ke perubahan!

Nindy mengepalkan tangan ke depan maju ke muka. Yes!.

Nindy tertawa. Membayangkan dirinya mampu melewati penderitaannya dengan cepat.

Frans penyebab penderitaannya sekaligus orang yang penyumbang perubahan perubahan terbesar dalam hidupnya.

Sekarang aku mau apa? Oh iya! Tuan Yudistira Salman! Sudah saatnya aku mengunjunginya!

Baiklah tuan Yudistira Salman, aku akan berkunjung.

Nindy meninggalkan villa emas dengan hati gembira, memukul setir mobil dengan lembut!

Kemana kita? Lihat peta! Lihat Peta!

Kita akan turun gunung. Ketemu jalan tol, belok kiri ketemu pintu gerbang raksasa! Masuk. Lanjut ke mall lalu ke kantor tuan Yudistira Salman. Oke!

Nindy meniru cara bicara DORA film kartun anak perempuan lucu kesukaannya di waktu kecil.

"Hehehe! ternyata aku lucu juga! Baiklah kita jalan!" Nindy mengajak mobil itu bicara.

Hari ini untuk pertama kalinya dia berkendaraan lebih jauh. Jarak kota bumi ke Salman City lewat jalan tol di tempuh dalam 3 jam. Ini berbeda arah dengan Ayodya city, kota baru, komplek perumahan tempat tinggal Ratna, di mana Nindy dan ibunya tinggal sementara.

"Mobil sport ini luar biasa, sekalipun hanya pinjaman, membuatku seperti orang kaya asli!" Nindy tertawa, teringat saat pads waktu bertemu Frans di klinik. Asli, Frans jadi tercengang seperti orang bodoh ketika melihatnya. Pria itu beneran tidak bisa mengenali dirinya.

Apalagi nanti ya, dia pasti gila jika melihat Nindy yang sekarang.

Nindy menunggu saat-saat itu.

Salman Super Mall,_

Di masa lalu, Nindy sering berbelanja di tempat ini bersama teman-temannya. Biasanya Nindy akan mentraktir teman-teman kuliahnya itu belanja apa saja, sekalipun mahal. Tetapi ketika keluarganya bangkrut, mereka perlahan menghindar, tidak mau berteman dengannya.

Begitulah ternyata mereka tidak lebih seperti serangga yang mengisap madu, habis manis, cari yang manis lagi.

Saat masuk mall beberapa wanita cantik memperhatikannya dengan sorot mata aneh dan menghina.

Bisa di pahami. Sekalipun Nindy datang dengan mobil sport mewah, paling mewah diantara mobil mewah di tempat itu, tetapi saat dia keluar dari mobil, tidak ada orang yang melihatnya kecuali para security parkiran khusus untuk mobil mewah, sungguh tidak sepadan dengan penampilan Nindy. Tidak ada yang percaya kalau dia datang dengan kendaraan mewah.

Nindy berpakaian asal-asalan.

Bahkan security yang menjaga tempat parkir khusus mobil mewah di sana di buat tercengang tak percaya. Sekalipun begitu para security di tempat itu membungkuk hormat kepadanya.

"Orang kaya kadang berprilaku aneh!"_ pikir mereka.

Nindy tidak peduli dengan pemikiran mereka. Niatnya dari rumah ingin berganti kostum di mall super mewah ini. Supaya ketika ketemu tuan Yudhistira Salman tidak memalukan.

Salman Super Mall memiliki empat lantai ke atas dan empat tingkat lainnya tersembunyi di bawah permukaan tanah.

Pusat perbelanjaan mewah ini merupakan

campuran gerai ritel rantai dan merek fashion populer.

Mall ini menjadi rumah bagi seluruh butik fashion mewah dan merek ritel dan toko-toko unggulan termasuk Valentino, Patek Philippe dan Louis Vuitton Maison, dan lain-lain.

Nindy melangkah ringan. Melihat-lihat mall mewah ini. Kedatangan pengunjung di sambut para karyawan Mall yang berpakaian rapi dengan seragam yang mahal. Semerbak wangi parfum tercium ketika baru memasuki pintu masuk mall,

di tambah musik lembut memberikan kesan rileks dan kesan berkelas.

Zaman dulu, Nindy tidak bisa membeli busana modis di butik-butik ini, bukan tidak mampu beli, Nindy sanggup membeli apapun, hanya saja, Nindy kesulitan mencari pakaian untuk ukuran tubuhnya yang big size, XXL. Menyedihkan.

Sekarang model baju seperti apapun muat di tubuhnya yang tinggi, langsing semampai! 170-75 kg. Ideal.

Dengan bentuk tubuh seperti sekarang ini di tambah perubahan dengan wajahnya yang putih, bersih, glowing, cantik alami.

Sekalipun tanpa make up Nindy tetap cantik.

Nindy bakal seperti model internasional kelas atas.

Hanya saja saat ini, penampilan Nindy

tidak mencerminkan hal itu.

Nindy terlihat buruk rupa dengan pakaian sederhana yang dia kenakan.

Sepatu plastik tipis tanpa merek, yang di pakainya merupakan sepatu hasil kerajinan tangan masyarakat kota Bumi. Kaos ablong polos berwarna biru gelap dengan celana jeans lusuh dan rambut yang tak di sisir di ikat kuda, tanpa riasan wajah. Wajahnya kusam akibat debu jalanan ke sawah.

Tadi pagi Nindy menyempatkan waktu mampir ke sawah menemui para petani, pekan depan mereka panen raya.

Jadi wajar saja ketika wanita yang super modis di mall itu melihatnya dengan tatapan aneh. Sakit mata melihatnya.

Nindy masuk butik yang sepertinya memajang busana berkelas, indah, lembut dan mewah.

"Apa nama butik ini?

Rumah mode Esther Melody! Hei...itu kan nama perancang terkenal!

Tapi... Kok namanya mirip ya dengan Evie Melody?! Lupakan!

Oke lihat dulu seperti apa model busana di sini! Hmm...aku cari baju di sini aja, barangkali ada yang cocok!"_

Nindy masuk butik dengan santai, dia tidak memperhatikan wajah karyawan butik itu melihatnya dengan tatapan merendahkan.

"Aneh! si mbak ini...kok mengikuti aku terus sih? Ah biarin aja!"_

"Sis....maaf saya boleh melihat baju model itu?" Nindy menunjuk busana casual yang di pajang di kaca.

"Yang mana?" kata Karyawan wanita itu pura-pura tidak mengerti.

"Itu...yang warna baby blue...!" Nindy menunjuk baju yang di pajang.

Karyawan wanita itu tersenyum sinis tersembunyi.

Baju yang Nindy tunjuk Nindy harganya jutaan rupiah.

"Maaf...itu sudah di pesan orang lain!"

"Ohh!" Nindy bergumam kecewa. Padahal dia sangat suka dengan model dress itu, pasti pas ditubuhnya.

"Ok...saya akan memilih yang itu saja...!" Nindy menunjuk pakaian kerja dengan model sederhana, manis namun berkesan elegan.

"Maaf...baju tersebut sudah ada yang memesan!" Wanita itu melipat tangan di dada dengan wajah tak acuh. Nindy tak suka dengan sikap karyawati itu.

"Ohh begitu!" Suara Nindy lirih, kecewa. Sana sekali dia tidak merasa sikap meremehkan karyawati tersebut.

"Oke...saya akan memilih yang di pajang di depan itu saja...ap itu juga sudah ada yang memesan?!"

"Oh itu...Maaf gaun itu harganya sangat mahal, anda pasti tidak sanggup membelinya!" kata wanita itu blak-blakan, dia kesal dengan gaya wanita yang berlagak kaya ini, dia pikir butik ini bazar apa? Dia bisa mengukur diri. Berlagak kaya! Tidak tahu apa kalau semua busana di butik ini hanya bisa di beli wanita kelas atas!

Nindy menatap wanita di depannya dengan mulut ternganga. Wanita ini merendahkannya.

Berani sekali dia bersikap kurang ajar begitu. Asal tahu saja ya seluruh isi butik ini sanggup aku beli!

Chapitre suivant