webnovel

Rencana Pangeran Rhysand

Seluruh orang yang berada di sana kaget bukan kepalang melihat keberadaan Pangeran Emerald. Mereka tak menyangka kalau ada Pangeran Emerald di sini!

Hugo yang berada di belakang Pangeran Emerald pun membungkukkan badannya, "Pangeran Emerald mengadakan kunjungan ke kerajaan."

Seketika tatapan Pangeran Rhysand berubah menjadi nyalang, berkilat, serasa mengungkapkan, 'Kenapa tidak bilang dari tadi!'

Meski begitu, Pangeran Rhysand hanya membuang napas keras.

Sementara Pangeran Emerald memandang ke sekeliling, ia mengernyitkan alisnya. "Jadi, bisakah kalian jelaskan apa yang tengah terjadi di sini?"

Pangeran Rhysand membuang wajahnya. Kepelikan yang terjadi di istananya bukanlah hal sepele yang bisa dijelaskan begitu saja!

"Siapa yang bisa menjelaskan kepadaku? Nona maid?" tanya Pangeran Emerald tertuju langsung kepada Audrey.

Dalam sekejap mata, Audrey merasa bergetar. Ia mengetahui Pangeran Emerlad, beberapa kali melihatnya saat berada di Kota Kerajaan Atalaric.

Pangeran Emerald juga memiliki kekuasaan yang sama hebatnya dan juga cukup kejam. Audrey pernah melihatnya memarahi pedagang di pasar, sampai barang dagangannya hancur. Padahal Audrey tak tahu apa permasalahannya ketika itu.

Mengingat kekejaman Pangeran Emerald, Audrey pun menjadi cukup takut. Ia memandang lurus ke arah Pangeran Emerald, sekujur tubuhnya bergetar, tak terkecuali bibirnya!

"Pangeran..." ucap Audrey kesusahan.

"Bagaimana? Apakah kamu ingin bercerita tentang kesalahanmu kali ini?" Pangeran Emerald juga memberikan seringai senyum yang tak jauh berbeda dengan Pangeran Rhysand. Bagaimana pun mereka adalah saudara sekandung, pasti darah kekejaman yang sama, mengalir di tubuh mereka!

"A-aku, aku sama sekali tidak..." Kalimat Audrey terpotong seketika. Mendadak Pangeran Rhysand membuka suara. "Kakakku, sudahi pembicaraan ini! Ayo bicara saja berdua, kita tak perlu melibatkan maid payah yang tak tahu diri!"

Pangeran Emerald tersenyum miring kepada Audrey dengan napas kembang kempis ketakutan. "Oh? Jadi begitu? Aku tidak perlu mengoreksi apa pun yang terjadi di sini?"

"Tak perlu. Marilah bicara empat mata, tanpa adanya keterlibatan satu orang pun." ucap Pangeran Rhysand.

Dengan demikian, Pangeran Rhysand dan Pangeran Emerald meninggalkan ruang makan kerajaan berdua saja, tanpa mau diikuti oleh satu orang pun.

Sementara itu, Audrey mengambil napas sebanyak-banyaknya. Rasanya udaranya tadi menyempit dan ia mau terkena sesak napas, karena ketegangan yang terjadi!

Melihat Audrey yang lega, Mademoiselle Edeva mendadak tidak terima. "Hei, Audrey! Kali ini kamu beruntung, tidak dihukum setelah berkata kasar pada Pangeran! Tapi, lihatlah kemudian hari. Kamu pasti akan dihukum oleh Pangeran!"

Audrey menggedikkan bahunya, "Kalau di kemudian hari akupun beruntung bagaimana? Kita tidak tahu nasib seseorang, Mademoiselle Edeva."

Tanpa menunggu lama, Audrey segera meninggalkan ruangan itu, tanpa peduli dengan wajah Mademoiselle Edeva merah padam, menahan amarah.

***

Sementara itu, dua pangeran tampan tengah berjalan bersama. Walaupun mereka terkenal garang dan mengerikan, aura kehangatan kekeluargaan terpancar di wajah mereka tatkala berjalan bersama.

Mereka berdua tengah berjalan di serambi istana, bersisian dengan taman bunga yang indah.

"Sudah lama sejak aku tak ke sini." ucap Pangeran Emerald, rambut merahnya tersibak terkena angin sepoi-sepoi.

Pangeran Rhysand menimpali, "Sejak Kakak menjadi Panglima Perang dan berjaga di setiap perbatasan, Kakak memang tak pernah mengunjungiku. Bagaimana kabar di perbatasan?"

"Yah, masih sama saja. Berbagai macam konflik muncul dari luar, terutama kerajaan-kerajaan yang sejak awal tak memiliki pakta kerjasama dengan kerajaan kita. Mungkin kedepannya, aku bisa dikirim oleh Ayah kepada mereka, kalau situasi masih memanas." jelas Pangeran Emerlad.

Selain memiliki konflik internal kerajaan yang pelik, Kerajaan Atalaric juga mempunyai problematika tersendiri dengan beberapa kerajaan seberang, tepatnya di beberapa daerah yang berbatasan dengan lautan.

Beberapa kerajaan ingin mengambil daerah teritorial Kerajaan Atalaric untuk menjarah kekayaan biota laut dan alam. Dan, Pangeran Emerald bertugas untuk menjaga keseimbangan di perbatasan. Sehingga istananya di Kerajaan Atalaric Bagian Barat sering kosong tanpa kehadirannya.

Tak lama kemudian, mereka berdua duduk di salah satu gazebo istana yang menyajikan keindahan pemandangan taman.

"Kamu masih sama saja, Dik. Memperhatikan detail kecil yang tak perlu." kata Pangeran Emerald sedikit mengejek, tetapi cukup memuji. Pasalnya, ia melihat taman yang tersusun begitu apik, berbeda dengan istana-istana lain milik saudara mereka.

Dipuji oleh kakak tersayangnya, Pangeran Rhysand berdeham singkat, menyembunyikan perasaan senang yang sejatinya muncul di hatinya.

Sejak dulu, ia memang mengagumi Pangeran Emerald. Berharap, kelak akan seperti sosok kakaknya yang luar biasa hebat.

"Jadi, ada keributan apa tadi?" tanya Pangeran Emerald, nadanya berubah sedikit serius.

Wajah Pangeran Rhysand berubah masam. Dia teringat dengan sikap pembangkangan Audrey kemarin. Diceritakanlah segala hal tersebut kepada Pangeran Emerald tanpa terkecuali.

Seusai bercerita, Pangeran Emerald mengelus dagunya. "Hmmm. Maidmu cukup menarik."

"Dia sedikit gila. Sejak awal, dia bahkan mencaciku." ucap Pangeran Rhysand, teringat saat wawancara dulu. Kilat merah mata Audrey yang amat membencinya!

"Kalau begitu, setelah hukuman berakhir apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Pangeran Emerald kepada adiknya.

"Entahlah. Aku akan membuangnya, mengembalikannya kepada orang tua atau menyiksa sanak saudaranya supaya dia tahu, apa konsekuensi kalau mencelakakan keluarga kerajaan." gumam Pangeran Rhysand mengambang. Ia sudah muak dengan Audrey dan ingin menjatuhkan hukuman kepadanya. Tentunya, ia tak akan memberikan pancung. Itu terlalu mudah bagi Audrey.

"Wah sayang sekali. Aku kira kamu akan menjeratnya." kata Pangeran Emerald.

"Menjerat?" Alis Pangeran Rhysand meninggi seketika.

Pangeran Emerald menganggukkan kepala. "Iya. Bukankah penyiksaan terbesarnya berada di istana ini? Katanya, dia hendak menjadi petualang saat tak berada di kerajaan, bukan? Untuk itu, pengasingan atau hukuman lainnya justru akan membebaskannya."

Pangeran Rhysand mengepalkan tangannya. Membayangkan Audrey di luar sana tak merasakan penderitaan padahal dia masih marah besar kepadanya, membuat Rhysand berang. "Lalu apa yang harus kulakukan?" tanya Pangeran Rhysand.

Pangeran Emerald pun memberikan secarik senyum kejam. Lantas membisikkan sesuatu di telinga Pangeran Rhysand....

***

Chapitre suivant