webnovel

Liburan yang Fana

"HEI PEMALAS! Kamu pikir, hari ini kamu libur?!"

Mendengar lengkingan itu, Audrey kontan terkejut. Ia melihat sosok Quintessa, salah satu maid yang berada satu angkatan dengannya. Gadis itu amat putih, dengan rambut pirang keputihan, dan mata biru. Sungguh sosok maid idaman Pangeran Rhysand.

Sayangnya, mata biru Quintessa sangat amat tidak ramah (terutama kepada Audrey). Kini, dengan tangan bersedekap, ia tatapannya merajam, menghunus Audrey. "Bangun sekarang, sebelum aku mengguyurmu dengan air!"

Dengan susah payah, Audrey mencoba untuk duduk, jujur saja, punggungnya amat sakit, dan nyeri ketika ada gesekan antara pakaian dan punggungnya.

Audrey melihat ke arah Quintessa, beriringan dengan suara serak khas bangun tidur, ia pun bertanya teramat polos, "Kenapa? Bukankah aku libur hari ini?"

"Apakah kamu tidak tahu, aku adalah maid yang bertugas untuk mengurus orang-orang dalam masa hukumannya."

Audrey mengernyit, "Hukuman? Bukankah aku sedang diberikan jatah liburan, karena sakitku?"

"Hei! Kamu pikir ada istilah libur dalam kamus maid?!" Quientessa menyentak amat keras, sampai Audrey terlonjak. Ia menelan ludahnya, karena kegalakan Quintessa.

Audrey bersungut dalam hati, 'Aku tahu dia lebih tua dariku, tapi, tak perlu membentak juga,'

Dengan mata malasnya, Audrey balas menantang, "Terserah apa katamu. Tapi, aku kira tidak ada tugas pengawas maid yang dihukum seperti itu di sini?"

Walaupun Audrey itu maid yang tak mengenyam bangku sekolah –bahkan membaca saja tidak bisa— bukan berarti Audrey bisa dibodohi begitu saja! Ia tahu tugas-tugas maid, setidaknya paling mereka mengurus kebersihan atau makanan. Bukan menjadi pengawas lain. Terlebih Quintessa adalah maid yang satu angkatan dengannya.

Secara otomatis, sahutan dari Audrey membuat Quintessa mendengus, "Kenapa? Kamu tidak mempercayaiku?"

Audrey menggedikkan bahunya. Ia sebal kalau dirundung oleh maid lain, memangnya dia akan diam saja? Tentu tidak!

Quintessa membuang napas keras, "Asal kamu tahu, Audrey! Aku termasuk salah satu kerabat dekat bangsawan! Sehingga, aku mendapatkan perlakuan khusus dari Mademoiselle Edeva, dan ditempatkan di posisi ini!"

"Aaah, bahkan kerabat bangsawan pun mendapatkan perlakuan istimewa di sini. Sangat amat adil, ternyata." sindir Audrey sarkastis.

Quintessa hendak menyemburkan kemarahannya, tetapi, Audrey sudah bangkit dari tempat tidurnya. Matanya lurus kearah Quintessa, "Jadi, aku harus kemana?"

Gadis bermata biru itu menyeringai, "Cepat ikuti aku."

***

Sejujurnya, Audrey mengidam-idamkan hari libur yang menyenangkan. Ia bahkan memimpikan, bisa pulang ke rumah hanya dengan lukanya ini.

Padahal, dulu, ia sangat membenci Loye dan Barsha, yang telah membuangnya ke istana ini. Akan tetapi, setelah beberapa hari ia berpisah dengan kedua orang tuanya, ditambah dengan Pruistine dan Nissim rasanya ia juga rindu.

Sialnya lagi, liburan impian yang ada di benaknya hanyalah angan. Ketika liburan, ia tak merasakan liburan yang benar-benar liburan. Masih ada saja yang mengganggunya, salah satunya Quintessa yang sok berkuasa ini.

Oh, Tuhan! Ini adalah hari liburnya!

Namun, bagaimana pun, Audrey tetap melaksanakan apa kata Quintessa dengan terpaksa.

Kini, gadis berambut pirang yang halus itu memimpin jalan di depan. Jalannya sangat cepat. Seolah sengaja tak membiarkan Audrey untuk bernapas –karena luka di punggungnya itu mengganggu sekali—.

Setelah beberapa belas menit berjalan, Quintessa menuju ke sebuah tempat dengan pintu yang amat tinggi. Audrey bahkan kebingungan, karena dia baru pernah ke tempat ini. Karena istana begitu luas, Audrey masih mencoba memetakan tempat di otaknya yang mungil.

Jadi, tak heran, kalau ia baru pernah menjejakkan kaki di tempat ini.

Pintu pun dibuka oleh Quintessa. Di dalamnya … Ada banyak sekali rak-rak buku. Audrey melangkah masuk. Ia terperangah …

Rak-rak buku ini, disusun sangat apik. Dan lagi, bangunan ini ternyata amat-amat-amat-amat besar dan tinggi! Bagaimana tidak, bangunan ini mencapai langit, setinggi lima lantai!

"I, ini apa?" tanya Audrey terpana. Ia belum pernah melihat tempat yang penuh akan buku.

Quientessa memandangnya jijik. "Kamu bahkan tidak tahu ini apa?"

Audrey menggelengkan kepalanya, "Ini Ruang Serelia, perpustakaan istana yang agung!"

Ruang Serelia? Audrey tidak pernah mendengar itu. Tetapi yang jelas, ini menakjubkan!

Sejauh mata memandang, melihat tangga mengular, ke atas hingga ke langit-langit puncak, langit biru dan gugusan awan putih. Selain itu, banyak sekali maid di dalamnya, mereka tengah membersihkan, dan sibuk menata ini dan itu.

Tak hanya itu, di sana ada banyak sekali pintu, yang mengantarkan ke sebuah ruangan. Tanpa bisa menghentikan rasa penasarannya, Audrey bertanya, "Ruangan apa itu?"

"Kamu masih bertanya? Bukankah sudah jelas, itu tempat para bangsawan dan kaum terpelajar bekerja! Mereka merumuskan ide-ide mereka di sini, ditemani buku-buku! Apabila mereka sudah merancangkan ide, akan dibawa ke pertemuan besar Kerajaan Atalaric!"

Audrey hanya manggut-manggut. Pantas, ia juga melihat beberapa bangsawan berjubah hitam yang elegan dengan pakaian halus nan lembut. Mereka sangat terawat, cantik, dan tampan-tampan.

"Jangan sekali-kali mengajak mereka bicara!" seru Quintessa.

Audrey menggangguk ringan.

Quintessa memandang Audrey dengan jijik, ia tak percaya ada gadis yang amat bodoh! Selama ini, ia mengira kalau semua itu hanyalah dusta belaka! Tetapi kenyataannya, gadis bodoh ini benar-benar menjadi maid, akibat pemilihan buta ini!

Entah mengapa, Quintessa membenci Audrey. Ia menganggap, dirinya lebih pantas mengurus Pangeran Rhysand dibandingkan dengan gadis dungu yang seperti keledai!

"Audrey, sudahi sikap norakmu! Sekarang, kamu akan kuberi tugas di sini!" seru Quintessa.

Dan ternyata apa… Dia memberikan daftar panjang. "Aku tidak mau tahu, kamu harus mengambil buku yang berada di tangan para bangsawan dan mengembalikannya kembali seperti semula! Setelah itu, kamu juga harus membersihkan rak-rak yang tertera di daftar ini!"

"Dan semuanya, harus kamu lakukan dalam jangka waktu tiga hari, selama jatah liburmu!"

Quintessa memberikan daftar itu kepada Audrey. Audrey melongo. Ia hendak membuka mulutnya, memprotes, tetapi Quintessa buru-buru mengucapkan, "Aku tidak menerima bantahan! Ingat, ada tiga aturan yang harus kamu patuhi di sini. Satu, jangan bicara dengan para bangsawan, kedua jangan berani menjejakkan kaki di lantai lima dan atap, dan ketiga, kerjalah dengan baik!"

"Mademoiselle Edeva akan memberikan hukuman kepadamu, kalau kamu tak bisa menuntaskan tugas itu dalam waktu liburmu!"

Tanpa menunggu jawaban Audrey, si perempuan berbisa itu segera meninggalkan Audrey. Sedangkan Audrey melongo.

Bagaimana tidak, ia tak bisa membaca dan menulis, kini, dia harus mengembalikan buku yang entah apa namanya itu, ke dalam raknya?

Bagaimana dia bisa tahu?

Tangan Audrey gemetaran. Mendadak, Ruang Serelia yang tadinya sangat menakjubkan, berubah menjadi neraka.

Audrey melihat, banyak orang yang bergerak di depannya, dan ia mendadak merasa kecil dan tak berguna.

"Katakan padaku, bagaimana caraku mengerjakan tugas ini?" tanya Audrey frustasi, entah pada siapa, dan tak ada yang menjawabnya.

***

Chapitre suivant