webnovel

62. Teman Perjalanan

"Hei ... are you okey?" tanya Zoa dengan mengibaskan tangannya di depan wajah melamun Lucas. 

Lucas yang tersadar lantas menegakkan duduknya dan menatap bunga di depan sana. Zoa kembali terkekeh melihat tingkah Lucas. "Jangan pikirkan ucapanku, Tuan. Kau akan terlihat seperti orang gila karena terlalu bingung."

Lucas tersenyum simpul. "Apa ada orang gila setampan diriku?" tanyanya menyombongkan diri.

Zoa tertawa. Astaga ... pria ini percaya diri sekali. "Mungkin kau akan menjadi yang pertama dan itu akan terlihat sangat lucu," ucapnya lalu menengadahkan wajahnya ke langit cerah di atasnya. Sedikit membayangkan jika saja Lucas benar-benar menjadi pria gila yang tampan. Ah ... pasti banyak wanita yang mau mengejarnya dan menemani kegilaannya hanya karena memandang wajahnya yang tampan. Ups!

Kembali sudut bibir Lucas terangkat tipis. Kenapa gadis ini selalu bisa membuatnya tersenyum dengan apapun yang ia lakukan? Ah Lucas ... sepertinya ada yang salah dengan dirimu.

"Kau tersenyum, Tuan Vantouxer? Mungkin semua wanita akan iri padaku karena berhasil membuatmu tersenyum."

Lucas kembali pada raut datarnya. Apa ia tak pernah tersenyum hingga gadis ini berkata seperti itu? Ya sepertinya memang benar mengingat terakhir ia bahagia saat bersama wanitanya dulu. Dan itu sudah sangat lama.

"Kau cukup berani, bisa saja aku menembak kepalamu hingga semua isinya keluar, Nona."

Bukannya takut, Zoa malah terkekeh. "Itu terserah padamu, Tuan. Jika memang itu akhir dari hidupku aku tak peduli. Aku memang sangat ingin menyusul kedua orang tuaku," ucapnya dengan wajah tenang lalu kembali menengadahkan wajahnya ke atas. Seolah tidak terbebani sedikitpun dengan ungkapan yang ia katakan. "Tapi nyatanya aku masih diberikan kehidupan hingga sekarang. Itu berarti tugasku belum selesai dan aku masih dibutuhkan di sini. Di dunia ini." 

Cantik.

Berbeda.

Dan ... menarik.

Lucas fokus menatap wajah tenang Zoa yang anehnya malah terlihat semakin cantik saat seperti ini. Wajah tenang gadis itu seolah mampu menghipnotis dirinya akan keberadaannya saat ini. Ini indah dalam satu waktu yang tepat.

"Kau tak bosan melihatku? Aku takut kau akan terpesona karena terlalu lama memperhatikanku, dan jika boleh jujur aku merasa terganggu akan itu."

Lucas berdecak. "Percaya diri sekali," sahutnya lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain padahal saat ini Lucas memang malu karena dipergoki Zoa.

Terdengar helaan napas tapi bukan Lucas. Itu… Zoa.

Lucas kembali menoleh. Apa yang gadis ini pikirkan?

"Apa Iko benar-benar telah tiada?" tanya Zoa menatap penuh ke arah Lucas dengan tatapan tenangnya. Tidak memaksa, tetapi kata itu terkesan menyakitkan untuk didengar dengan jelas.

"Hm." 

Zoa mengangguk sebelum akhirnya menunduk. "Apa benar ia yang meminta untuk kau bunuh?"

"Hm." 

Zoa tersenyum samar dalam tundukannya. Kenapa rasanya sesak sekali mendengar jawaban singkat Lucas? 

"Dia pria bodoh." 

 Lucas menatap penuh gadis di sampingnya ini. "Kau menyukainya?" tanyanya. Sebenarnya ada rasa tak suka saat menanyakan hal itu tapi sudahlah ... ia tak peduli akan itu.

Zoa menggeleng lemah. "Tidak. Dia temanku."

Lucas mengernyit mendengar jawaban Zoa. "Seorang teman? Teman seperti apa yang kau maksud?"

Apa berlebihan? Ini bukan Lucas yang biasanya. Apa ia mulai menyukai gadis muslim itu? Entahlah. Ia rasa ia hanya terlalu penasaran dengan kehidupan gadis ini, tidak lebih sebab ia tahu sosok Iko lebih terlihat seperti musuh dibandingkan dengan teman tetapi Zoa mengatakan status mereka sebagai seorang teman. Tentu saja hal itu membuat Lucas penasaran

"Dia teman perjalananku."

tuntaskan bacaan kalian dan jangan lupakan power stone dan komennya untuk meninggalkan jejak ya.. Salam sayang dari author ^_^

Anesa_monscreators' thoughts
Chapitre suivant