-DENY-
"Tidak bisa menahan diri," aku memperingatkan.
Dia bergidik dan pupilnya membesar dua kali lipat. Dia mengulurkan tangan untuk menyentuh dirinya sendiri, tapi aku membuat suara untuk menghentikannya.
Aku bergegas keluar dari sisa pakaianku dan berhenti sejenak ketika aku melihat matanya menjelajahi tubuh telanjangku.
"Astaga," desahnya, mengulurkan jari-jarinya yang panjang di atas tintaku. Sentuhannya membuat bulu kudukku merinding. "Apakah kamu ... Apakah ini nyata?"
Aku menatap kulitku yang berwarna-warni. Banyak orang yang meneteskan air liur karena tinta di masa lalu, tetapi tidak ada yang menatapku seperti yang dilakukan Prandika sekarang. Itu sudah cukup untuk membuatku merasa setengah mabuk.
"Kau bisa melihatnya nanti," gerutuku.
Dia berkedip padaku. "Bisakah aku menjilatnya nanti?"
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com