webnovel

Gaun Pengantin

"Baguslah kalo gitu. Yaudah kalo gitu sekarang giliran kak Farah yang cari baju untuk kakak. Eric juga kalo mau boleh, sekalian buat istri dan anak lu. Ajak aja lagi mereka ke sini."

"Serius lu?"

"Ya serius lah Ric."

"Yaudah kalo gitu, haha. Thanks ya Yan."

"Iya, sama-sama."

Setelah selesai memilih gaun yang akan Nesya gunakan dan pakaian yang akan di gunakan oleh Adrian, sekarang saatnya kak Farah yang memilih baju untuk dirinya sendiri. Karena Adrian mau jika kak Farah juga terlihat cantik di acara mereka berdua.

"Gila si. Gua mau cari baju yang paling mewah dan mahal pokoknya," ucap kak Farah di dalam hatinya.

"Kak Farah kenapa?" tanya Eric.

"Eh, engga. Aku ga kenapa-kenapa. Cuma lagi bingung aja mau baju yang mana. Soalnya bajunya semuanya bagus-bagus banget."

"Oh gitu. Hmm, gimana kalo ini aja kak? Bajunya sederhana tapi kayanya bagus kalo kak Farah yang pakai."

"Sialan nih orang. Masa gua pakai baju biasa kaya gitu. Padahal kan gua mau baju yang mewah. Emang dasar Eric ini ganggu aja," ucap kak Farah di dalam hatinya.

"Kenapa kak? Kok diam aja?"

"Engga. Ga kenapa-kenapa. Yaudah kalo gitu aku cobain dulu ya."

"Iya kak, iya. Silahkan."

Kak Farah mau tidak mau harus mencoba baju itu. Karena kalau dia tidak mau, pasti Eric akan lebih curiga lagi kepadanya. Kemudian tiba-tiba Adrian dan Nesya datang menghampiri Eric.

"Lu lagi ngapain Ric di sini?" tanya Adrian.

"Ini, tadi gua bantuin kak Farah buat pilih baju. Soalnya dia katanya tadi lagi kebingungan."

"Oh gitu. Terus sekarang kak Farah nya mana?"

"Lagi di ruang ganti baju. Palingan bentar lagi juga keluar."

"Oh gitu. Oke deh."

Benar saja kata Eric, tidak lama kemudian kak Farah pun keluar dari ruangan ganti baju.

"Tuh kan cantik banget kak pakai baju ini."

"Cantik dari mananya coba. Bajunya biasa banget kaya gini. Nesya, lu belain gua dong. Peka dong lu sama perasaan gua sekarang," ucap kak Farah di dalam hatinya.

Kak Farah melihat ke arah Nesya dengan tatapan yang berbeda. Seperti seseorang yang sedang memberikan kode kepadanya.

"Gimana Yan, kak Farah cantik kan kalo pakai baju itu?"

"Gua si terserah kak Farah aja. Kalo emang kak Farah suka, ya ga apa-apa. Ambil aja."

"Ini apa-apaan si. Bajunya biasa banget. Norak banget kaya gitu lagi," ucap Nesya di dalam hatinya.

"Menurut aku si ada yang kurang ya Mas," jawab Nesya.

"Kurang di mana nya Nes? Menurut kakak, ini bajunya udah bagus kok. Benar kata Eric."

"Engga kak. Tadi aku ketemu sama baju yang cocok banget di tubuh kak Farah. Boleh aku ambil ga Mas?"

"Iya boleh. Silahkan. Ambil aja Nesya. Jangan sungkan-sungkan."

"Makasih Mas. Sebentar, aku ambilin dulu."

"Si Adrian kenapa manjain Nesya banget si. Yang ada nanti dia sama kakaknya itu jadi besar kepala," pikir Eric di dalam hatinya.

Nesya pun pergi ke tempat baju yang lainnya. Nesya melihat-lihat baju yang paling bagus dan juga yang paling mahal di sana. Karena sebenarnya Nesya belum tahu baju mana yang cocok buat kak Farah. Nesya hanya ingin membantu kakaknya saja supaya tidak mendapatkan pakaian yang jelek dari Eric tadi. Setelah selesai melihat-lihat, Nesya pun kembali ke hadapan Adrian dan yang lainnya.

"Ini kak, gimana? Coba kakak cobain dulu deh."

"Yaudah kalo gitu kakak cobain dulu ya."

"Iya kak."

Kak Faeah kemudian masuk kembali ke ruang ganti baju untuk mengganti baju yang di pilihkan oleh Nesya. Kali ini kak Farah agak lama untuk mengganti bajunya. Karena pakaian yang Nesya pilih cukup sulit untuk di pakainya. Namun kemudian akhirnya kak Farah keluar juga dari tempat ganti bajunya.

"Gimana?" tanya kak Farah.

"Bagu banget kak. Benar kan kata aku. Cocok banget buat kakak. Gimana Mas? Kamu suka ga?"

"Saya si gimana kak Farah aja. Kalo kak Farah suka, yaudah. Tapi emang bagus si, pas di tubuhnya kak Farah."

"Tuh, jadi gimana kak? Kak Farah ambil yang ini aja ya?"

"Yaudah. Kakak ambil yang ini aja deh."

"Oke deh kalo gitu. Udah selesai kan? Ada yang mau di beli lagi ga?" tanya Adrian.

"Engga kok Mas, cukup."

"Yaudah kalo gitu sekarang kita ke kasir. Terus abis itu kita urus undangan ya."

"Iya, Mas."

Akhirnya selama hampir 2 jam mereka semua berada di butik pakaian itu, kini urusan mereka semua sudah selesai. Sekarang saatnya Adrian membayar semua baju yang telah di pilih oleh Nesya dan juga kak Farah.

"Semua totalnya 35 juta Pak."

"Oke. Ini kartu atmnya ya Mba."

"Baik. Silahkan masukkan pinnya Pak."

Adrian pun memasukkan pin atmnya. Nesya dan kak Farah sangat terkejut dengan jumlah harga pakaian yang mereka beli. Dengan mudahnya Adrian membayar itu semua.

"Gila si. Si Adrian bayar 35 juta kaya beli kacang. Gampang banget," ucap kak Farah di dalam hatinya.

"Ga salah emang gua pilih suami Mas Adrian. Kaya banget dong. 35 juta dia anggapnya enteng banget. Kaya ga ada beban. Coba bagi gua, 35 juta harus ngumpulin uang 30 tahun kali," ucap Nesya di dalam hatinya.

"Sudah ya Pak. Terima kasih sudah berbelanja di butik kami."

"Iya, sama-sama."

"Pak Adrian. Udah selesai nih belanjanya? Maaf ya saya tadi abis ngurusin klain yang lainnya," tanya desainer tadi yang sempat menemani Adrian dan yang lainnya.

"Oh iya ga apa-apa kok Mba. Saya sama calon istri saya juga udah selesai berbelanjanya."

"Baik kalo gitu. Semoga kalian semua puas ya berbelanja di sini. Dan lusa pakaian pengantin wanitanya baru bisa di ambil ya. Karena ada beberapa yang harus di perbaiki lagi di bagian tubuh calon mempelai wanita."

"Iya, siap. Di urus aja yang terbaik ya Mba."

"Oke, sip kalo gitu. Sekali lagi terima kasih banyak sudah berbelanja di butik ini."

"Iya, sama-sama. Kalo gitu saya permisi dulu."

"Iya, marih."

Kemudian Adrian, Nesya, kak Farah dan juga Eric keluar dari butik tersebut.

"Ric, gua kan mau ngurus undangan nih sama Nesya sama kak Farah. Gua kasih beberapa file kerjaan yang kemarin gua kerjain. Lu urus lebih lanjut lagi. Bisa kan?"

"Iya bisa. Tenang aja. Serahin aja semuanya ke gua."

"Oke kalo gitu. Makasih ya bro."

"Sama-sama. Kalo gitu gua ke kantor dulu ya."

"Iya, hati-hati lu."

"Lu juga hati-hati, calon pengantin, haha. Duluan ya Nesya, kak."

"Iya."

"Iya. Hati-hati Mas Eric."

"Oke."

"Kalo gitu sekarang kita langsung pergi ke percetakan undangan aja yu. Supaya bisa cepat selesai."

"Iya kalo gitu, ayo Mas."

"Ayo."

Adrian, Nesya, dan kak Farah pun melanjutkan perjalannnya untuk mengurusi undangan pernikahan Adrian dan Nesya. Adrian pergi ke percetakan undangan yang dia tahu yang berada di salah satu daerah Jakarta. Tidak membutuhkan waktu lama dari butik pakaian tadi ke tempat percetakan undangan itu. Kini mereka semua sudah tiba di tempat percetakan undangan pernikahan.

-TBC-

Chapitre suivant