webnovel

BAB 15 Jaga Hati Perempuan Sangatlah Penting

Kadang tidak sesuai apa yang dia lihat padaku? Setelah mengetahui karakter yang memang sulit kuterima. Tetapi tetap menerima dengan lapang dada, asalkan dirinya tidak menghina pada saat rapat organisasi. Namun, sebelum mengenal dia semenjak pertama kali masuk ke Kampus ini. Hanya saja, kurang tahu penyebab terjadi perubahan semenjak jadi ketua organisasi. Apakah memang harus sesuai sama visi misi atau mungkin terdesak oleh kalangan tertentu.

Meskipun sudah mengetahui sebenarnya, tapi kurasa tak perlu deh menghina balik padanya. Takut terjadi hal-hal yang kurang menyenangkan, apalagi urusan sulit untuk di taklukan. Hmmm ... beberapa saat kemudian, aku melihat kembali dia sedang beli sesuatu. Namun, aku sama sekali tidak mengetahui itu apa? Berhubung dalam benakku penasaran, dan ingin mencari tahu. Heh ... tiba-tiba ada nada dering nelepon dari Ayah.

"Assalamua'alaikum, nak lagi apa? Bagaimana keadaan kesehatan sudah membaik? Apa perlu nanti di jemput sama supir biar Upi cepat pulang?" tanya Ayah dengan spontan perhatian kepadaku. Tumben banget pasti di suruh sama Ibu! Mana mungkin seorang Ayah perhatian sama anaknya sendiri? Karena begini semenjak aku mendapatkan penyakit telah masuk ke dalam tubuhku, perubahan lantas kepikira dalan diri Ayah.

Di mulai berangkat ke Sekolah, pulang, dan main bersama teman-teman. Belum pernah pakai supir! Yang ada malah sering pakai naik motor. Sengaja aku beli supaya orang tua tidak usah mengeluarkan sedikit pun dari tabungan. Aku akan mencoba belajar mandiri! Selagi masih di berikan umur panjang, dan kesehatan. Meskipun terlalu dini mengatakan bahwa aku dulunya sering di manja sama orang tua. Tetapi saat ini, enggak ada hal semacam itu lagi.

Aku sadar sekarang bukannya anak kecil, tapi usahakan mulai detik ini di mulai belajar mandiri. Nah, aku pun bakal mengetahui kasih sayang orang tua masih ada atau malah sudah hilang? Heh ... tahunya pada saat telepon sama Ayah, itu sudah tanda bukti bahwa orang tuaku masih sayang kepadaku. Kirain lebih sayang sama Adikku. Hmmm ... sekarang sudah merasa lega, dan tidak ada kekhawatiran mengenai kasih sayang.

Sekarang yang ada dalam pikiranku cuma satu terkait jawaban pertanyaan dari Ayah? Baru kali ini terasa sulit memberikan sebuah jawaban. Yah karena pertanyaan mengandung rasa kesedihan mengingatkan ke masa itu? Di mana aku harus tinggal sendiri. Meskipun tanpa adanya kasih semangat biar lekas sembuh. Alhamdulillah, ada sosok perempuan yaitu sahabatku selalu menemani apa saja kekurang selama hidup di Tasikmalaya.

Pada saat itu, aku merasa sudah enggak pantas menjalin sebuah hubungan sama Sari Fadillah. Namun, berhubung ada yang memberikan semangat. Dan pasti semua itu dilakukan demi aku! Padahal aku pun pernah punya masalah. Kalau tidak salah sih, semenjak teman sekelas ingin berikan pelajaran kepada Sari. Waduh ... keadaan kurang memungkinkan sih, tapi bagaimana lagi harus memiih bela temanku atau bela Sari tidak tahu apa-apa?

"Nak, kok diam sih? Ada apa sebenarnya selama di Kampus? Padahal Ayah khawatir loh sama anak pertama dari dua bersaudara. Meskipun dulu Ayah tidak terlalu perhatian sama kamu, tapi saat ini bakal memberikan perhatian kepadamu. Asalkan, Upi harus memaafkan kesalahan Ayah dulu bagaimana?" tanya Ayah kembali kali ini makin bertambah pertanyaannya. Aduh main bimbang saja deh, padahal sudah cukup dua. Ini malah makin runyam, kalau salah jawab.

"Alhamdulillah, baik Ayah meskipun ada sedikit rasa kesakitan di dalam tubuhku. Oh, ya Ibu kabarnya bagaimana?" tanya Upi sambil mempertanyakan keadaan Ibu. Karena, semenjak sudah pindah ke kosan. Sudah jarang bertemu sama Ibu! Bahkan Sari sudah kasih tahu kepadaku. Perlu menjenguk biar rasa kerinduan terhadap anaknya bakal hilang, tapi pada saat aku mau ke sana. Heh ... malah orang tuaku enggak ada di rumah.

Bahkan pak Satpam saat ini, sudah berganti sama baru. Katanya sih, "Dulu pernah terjadi perampokan pada saat, Satpam sedang berada di kamar mandi. Barang-barang milik berharga sudah tidak ada, makanya di pecat keesok harinya." Cerita cukup menyedihkan pasti sekarang lagi tak ada pekerjaan sama sekali. kenapa enggak berikan kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahannya? Kenapa harus tiba-tiba di pecat? Padahal selama beliau kerja jadi Satpam membuatku merasa nyaman.

Pantas saja, sejak dari kemarin WhatsApp dari aku tidak pernah di balas. Entah apa alasan sebenarnya? Untungnya, sekarang sudah ada penjelasan dari Satpam baru. Hmmm ... kerinduan terhadap seseorang sangat melengkat di banding merindukan sosok perempuan pasangan sendiri, "Alhamdulillah, baik makanya Ayah telepon upi." Lah katanya baik, tapi kok seolah-olah ada sesuatu sama Ibu. Namun, Ayah hanya kasih kode.

"Kenapa Ibu Ayah?" tanya Upi kepada Ayah dengan keadaan khawatir. Lagi, lagi, dan lagi feelingku sudah pernah bilang bahwa Ibu sangat merindukan kepada anak sendiri. Sesuai permintaan dari Sari pacarku dari Tasikmalaya. Tak begitu lama Ayah tanya, "Tak perlu bilang seperti itu, Ayah mau tanya kapan pulang ke rumah?" waduh ... aku juga tidak tahu kapan pulang pulang? Karena, begini ya aku sekarang sudah menumpuk tugas-tugas dari Dosen.

Terkadang sulit di mengerti apa yang menginginkan orang tua terhadap anak sendiri? Sudah melaksanaka perintahnya! Tetapi tidak sesuai sama keinginannya. Jadi aku harus bagaimana supaya orang tua tahu bahwa anaknya sudah melaksanakan? Asalkan, jangan pernah menjodohkan kepada anak teman orang tuaku. Karena aku sudah punya pasangan sendiri. Bahkan pernah memberikan perjanjian kalau kita berdua sudah lulus, mak penjanjian tersebut perlu dilaksanakan.

Supaya enggak terjadi perselingkuhan di antara kita berdua, tapi Sari sudah melanggar perjanjian tersebut. Namun, aku sangat yakin sekali bahwa pacarku melakukan itu. Yah mungkin sedang mengalami kesunyian dalam hatinya, malah aku pun pernah mengalami hal yang sama. Hanya saja, aku tidak melakukan perselingkuhan. Karena, masih menjaga hati seorang perempuan. Apabila salah satu dari kita sudah tak ada rasa kenyamanan, tulus mencintai, dan sayang terhadap pasangan.

Berarti enggak usah putus! Apalagi menghargai keadaan perasaan pasangan itu sangat penting. Ketika mau menjelaskan kepadanya, ia sekarang selalu mengelak. Bahkan aku sudah enggak ada pemberitahuan dari Firdaus. Mengenai Adik kelasnya sudah menjauh atau belum? Makanya aku lantas berpikiran, "Aku perlu menikah sama Sari! Tak ada alasan apapun untuk menolaknya. Karena, aku sudah merasa nyaman berdekatan sama pacarku. Walaupun sekarang masih pacaran jarak jauh,"

"Hatiku masih ada namamu, apalagi di Kampus banyak sekali yang suka kepadaku. Namun, sengaja aku tolak demi menjaga hati kamu. Maafkan kalau misalkan belum pernah menepati janji yang sudah di sepakati bersama!" hmmm ... mudah-mudahan sebelum ke Bandung. Kuharap Sari langsung bertemu denganku, demi kisah percintaan aku sama kamu tetap jalan. Bakal tak ada seorang pun yang mengganggu kita pacaran di sini atau tempat lain.

Chapitre suivant