"Nyatanya, kau tidak pulang-pulang hingga larut malam. Hal inilah yang akan menciptakan kesedihan tersendiri di hati orang tuamu. Yang aku pikirkan adalah perasaan orang tuamu sehingga tanpa rasa malu aku menyusulmu ke sana. Tetapi, yang aku dapatkan adalah perlakuan yang tidak seharusnya. Kau memperlakukanku seperti wanita jalang yang tidak lagi mengenal etika, tata krama, hingga merendahkan kehormatan tertinggi sebagai seorang wanita. Apa kau tidak sadar juga, hah? Perlakuan ini sangat menyakitiku."
--
Calvino tertegun dengan kalimat yang baru saja meluncur bebas, akan tetapi bukan hal itu yang menjadi pusat perhatiannya melainkan sorot mata istri tercinta yang menyirat kejujuran.
Akan tetapi, ingatan demi ingatan ketika tubuh ramping berada di antara lengan kekar telah melukai ego tertinggi Calvino Luz Kafeel.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com