webnovel

Siasat Terakhir

Kaki kiriku tidak bisa digerakkan. Siapa sebenarnya mereka ini? Pria berbandana tadi langsung reflex tidak menatap mata ini ketika diaktifkan. Mereka pasti tahu mengenai mata ini dan apa yang ditimbulkan.

Panah kedua dilesatkan dari balik bayangan menuju ujung kaki kananku. Tidak ini belum berakhir. Dari sebagian banyak fitur yang tadi kuperhatikan. Hanya ada satu yang bisa mengeluarkanku dari sini. Otakku mencoba mengingat posisi mana fitur itu. Semuanya harus dilakukan sesaat. Jika dugaanku benar, seketika layar hijau ini muncul, mereka akan menyerbuku tanpa ampun.

Suara langkah kaki mereka kian mendekat. Tangan kananku sudah siap. Aku menghembuskan nafas. Layar hijau tiba-tiba muncul. Tanpa memastikan, tangan kananku langsung mengklik pilihan kelima tanpa mengecek kembali. Rentetan panah dan pisau melesat menembus tangan kiriku. Darah segar mengalir dengan derasnya. Tapi sebuah cahaya oranye muncul dari balik tangan itu.

'Ledakan.' Itulah yang tertulis sebagai fitur yang kupilih. Murni insting, kuangkat tanganku tinggi-tinggi di udara, berharap kekuatan ini dapat menolongku melalui cobaan ini. Di saat bersamaan mereka maju ke arahku dari 4 arah yang berbeda. Aku tidak ingin mati di tempat menyedihkan ini. Sebelum aku menolong Melodi, sebelum mengalahkan William, aku ingin orang-orang di dalam pengepungan kabut berakhir selamat.

Sebuah bola api keluar dari tanganku tapi tidak ada rasa panas yang membakar. Bola api itu menyentuh bergerak cepat mengenai atap pabrik itu. Sebuah ledakan besar memecah keheningan malam. Telingaku seketika berdenging.

Tidak ada suara melainkan panasnya lubang yang menganga dari sebelumnya atap yang menaungiku dari kegelapan malam. Indah sekali! Reruntuhan terbuat dari baja berapi mulai berjatuhan.

Telingaku berdenging tidak karuan. Kakiku mendadak tidak bisa menyangga tubuh ini. Seluruh ototku terasa lemas karena dengingan. Rangka baja mulai berjatuhan di sekeliling, tanpa suara satu pun yang terdengar melainkan rasa tidak nyaman di telinga. Gemerlap bintang mulai terlihat dari bawah sini. Suasana mendadak tenang dan panas.

Bagian interior pabrik mulai terlihat karena api, tetapi sosok para penyerang bisu itu sudah tidak ditemukan. Tidak, mereka di kejauhan dengan seseorang yang dibopong keluar. Darah merah merembes dibalik pakaian mereka namun ikatan bandana terlihat pada orang yang dibopong, dengan darah di sekujur punggung bagian atasnya. Tidak ada artinya mengejar mereka lebih jauh.

Apa yang kulakukan terbaring lama di tempat ini? Rasa denging sudah reda. Suara api membara kian berkobar melelahkan baja. Syukurlah kakiku masih bisa digerakkan tanpa noda merah yang terlihat. Aku ... harus keluar!

Tiga pisau lempar pemuda berbandana dibiarkan tergeletak di tengah ruangan. Saat mencoba mengambilnya, potongan kain yang hampir terbakar dari jubah wanita itu terselip di bawah gagang plastik. Tangan kiriku mulai nyut-nyutan ingin cepat-cepat dibalut oleh kain itu.

Aku mengambil nafas panjang. Selamatkanlah aku! Pisau dan panah kucabut paksa dari telapak kiri. Teriakan kulepaskan sejadi-jadinya. Sial sakit sekali! Tapi tetap harus dicabut. Tanpa pikir panjang langsung kuperban menggunakan potongan kain dari wanita bertudung itu. Meskipun agak kotor tapi, aku lebih tidak berani merobek kain dari bajuku. Lagipula potongan jubah ini terasa harum.

Suasana panasnya api berganti dengan angin malam. Pabrik di hadapanku akan runtuh. Untung saja tidak ada orang di dalamnya. Sudah waktunya untuk pergi. Tunggu dulu ... aku hampir lupa tujuanku sebenarnya datang kemari. Sial, bodoh sekali kau Amir. Mereka semua masih di dalam kobaran api itu.

Ya Tuhan, mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa pada mereka. Nafasku mulai tersengal-sengal. Kenapa aku mengeluarkan fitur itu tanpa memikirkan mereka? Hawa panas kembali menyelimutiku. Ini persis saat kejadian pilot itu.

Saat dipikir-pikir, itu pertama kalinya aku masuk kabut kematian. Bodoh juga tindakanku waktu itu, pantas saja Clara terus menerus menyebutku bodoh. Semuanya terjadi karena tindakan bodohku.

Rangka-rangka besi roboh disekitarku, tapi aku tidak boleh berhenti. Tidak peduli apa yang terjadi, mereka harus selamat. Akhirnya mencapai tangga beton. Semuanya berjalan lancar sampai ketika aku mendongakkan kepala ke lantai 2. Beberapa meter di ujung lorong di sana, sudah tidak ada lagi lantai 2, pemandangan itu digantikan oleh api neraka yang menyambar tinggi dari lantai bawah.

Ini masalah! Ruangan itu terpisah oleh lantai bolong berapi yang panasnya bukan main. Sial, kenapa semua ini harus terjadi padaku? Bolongan ini tidak mungkin dilompati. Jaraknya terlalu jauh dan apinya sudah menyentuh plafon lantai 2. Mataku memperhatikan sisa-sisa lantai di dekat tembok sisi kiri lorong. Potongan-potongannya tidak jauh satu sama lain dan bisa dilewati sampai seberang lubang itu.

Tanganku mulai memeluk dinding. Tatapan kufokuskan pada langkah kaki di bawah. Perlahan tapi pasti kaki kanan kulangkahkan lalu kaki kiri, begitu terus berbarengan. Meskipun api di belakang terus-menerus menjilati punggungku.

Gadis-gadis disini masih terbelenggu oleh rantai. Mereka semua tidak sadarkan diri. Asap pekat mulai memasuki ruangan. Dihadapanku kurang lebih ada 5 anak gadis terperangkap disini. Nyawa mereka dalam bahaya karena perbuatanku.

Ruangan ini sama sekali tidak mempunyai pintu keluar kecuali melewati bolongan lantai neraka itu. Mungkin kalau sadar, aku masih bisa mengajak mereka melewati lubang itu dengan memeluk tembok, tapi kenyataannya tidak demikian.

Langit malam dapat terlihat dari ruangan panas ini. Aku mengepalkan tangan, tidak ada pilihan lain selain mengaktifkan kekuatan ini meskipun sekarang diriku tidak mau. Tanganku langsung memilih fitur lain yang belum kupercaya.

Sebuah api yang terkonsentrasi pada satu titik mulai muncul melelehkan tembok dimana titik itu berakhir. Lalu kuarahkan titik itu ke atas, lalu ke kiri, lalu ke bawah, perlahan sampai lelehan berwarna jingga mulai membentuk sebuah pola di tembok.

Kakiku langsung melaju menendang tembok itu. Sebuah lubang terbentuk seketika bongkahan dinding itu jatuh ke halaman bawah, angin malam mulai menyembur mendinginkan udara dalam sini. Aku menatap tepi lubang yang berada setinggi 10 meter ini. Masalahnya belum selesai. Tidak mungkin aku menjatuhkan mereka semua ke bawah sini.

Aku menghirup nafas panjang sembari menggeleng. Fitur kubuka sekali lagi. Namun kali ini mataku terus-menerus melihat daftar fitur yang ada. Keringat dingin mulai turun melalui leher. Tanganku terus melihat apa yang bisa dipakai untuk menurunkan gadis-gadis ini dari lantai atas.

Sebuah nama fitur paling bawah menarik perhatianku. Jantungku berdebar-debar. Layar hijau mulai kuarahkan pada anak-anak di belakangku. Yang sebelum-sebelumnya tidak pernah diarahkan pada orang atau sesuatu yang ingin kulindungi. Semoga ini berhasil, kalau tidak, aku tidak tahu lagi apa yang akan kuperbuat selanjutnya.

Telapak tangan kiri yang kuperban mulai menekan layar hijau. Anak yang kutuju tiba-tiba mengambang di udara. Telunjuk kanan aku gerakkan seperti layaknya menscroll pada mouse. Benar saja, anak itu perlahan-lahan mendekat ke arahku secara 'telekinetik'.

Namun sekarang bagian tersulit, aku harus fokus! Anak itu melayang sampai di bawahnya berupa tanah dengan ketinggian 10 meter. Pikiranku kalap tidak tahu cara menurunkan ke bawah dari sini. Jika tanganku menscroll keluar, yang ada anak itu makin jauh. Sial bagaimana ini?

Aku tidak bisa memikirkan cara lain selain itu. Kakiku hampir goyah ketika memikirkan kemungkinan itu. Telapak tangan kiri dengan beratnya kulepaskan dari layar hijau. Gadis itu terjun bebas dari lantai atas. Lalu kutekan lagi layar hijau di layarku. Gadis itu kini berhenti terjatuh dengan jarak kurang dari satu meter dari tanah. Setelah itu kulepaskan lagi agar ia terjatuh pelan.

Ide ini gila! Jantungku berhenti berdetak sesaat gadis itu kubiarkan terjun bebas dari sini. Lalu di belakangku masih sisa 4 yang harus kuselamatkan. Ini akan jadi malam yang membuat stres.

Chapitre suivant