webnovel

Kejutan yang Gagal.

Yuya meninggalkan apartemen itu dengan air mata yang berderai. Yuya sadar, mereka tidak mungkin terus bersama selamanya. Bahkan Yuya sudah mempersiapkan diri, saat waktunya tiba kelak. Dia sudah bertekad akan melepaskan kekasihnya dengan senyum dan keikhlasan untuk menikah dengan pilihan orang tuanya. Namun Yuya tidak pernah menyangka bahwa hal itu bisa terjadi lebih cepat. Yuya bahkan tidak pernah menduga hal seperti ini akan terjadi pada dirinya.

Hari ini adalah hari jadi untuk hubungan mereka. Hari ulang tahun yang ke tiga tahunnya. Yuya yang awalnya berniat untuk memberikan kejutan kepada sang kekasih, malah berakhir dengan dirinya yang dikejutkan oleh kekasihnya. Yuya tidak pernah menduga hal seperti ini akan terjadi pada hubungan mereka. Dia selalu percaya pada kekasihnya itu. Hingga hari ini tiba. Hari yang seharusnya menjadi hari bahagia untuk mereka berdua. Tapi kini berubah menjadi bencana yang meninggalkan luka untuk Yuya.

Yuya mendapati pemandangan yang sangat menyakiti hatinya. Di sana, di dalam apartemen kekasihnya. Di atas sebuah sofa yang ada di ruang tamu, dua tubuh sedang bergumul, melilit satu sama lain. Hak yang membuat langkah kaki Yuya terhenti di ambang pintu apartemen. Yuya sengaja tidak membunyikan bel pintu, karena dia ingin memberikan kejutan. Lagi pula, password pintu apartemen ini sudah sangat Yuya hafal di luar kepala. Jadi dia bisa bebas masuk sesuka hati Yuya.

Namun, melihat hal yang lebih mengejutkan lagi adalah saat Yuya mengenali kedua orang yang sedang bercinta di depannya kini. Dua orang yang sangat di kasihi oleh dirinya, tapi kini keduanya mengkhianati Yuya. Itu adalah Daichi, kekasih Yuya, orang yang berada di atas tubuh orang lain. Sedangkan orang di bawahnya adalah Yuichi, adik tiri Yuya yang sangat dekat dengan dirinya. Air mata kekecewaan dan kesedihan mengalir tanpa bisa dicegah.

Yuya melarikan diri dari tempat itu. Dia sudah tidak sanggup lagi, melihat adegan dua orang yang saling meluapkan nafsu satu sama lain. Rasa sakit Yuya berkali-kali lipat. Dikhianati oleh kekasih dan adik kesayangannya dalam satu waktu.

Yuya terpuruk, jatuh berlutut di lantai lift yang sepi. Dia menyembunyikan wajahnya diantara kedua lututnya yang terlipat.

"Kenapa, Daichi? kenapa?" Yuya menangis tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya sendiri.

Yuya menangis dan meraung di dalam lift yang membawa dirinya turun ke lantai dasar. Untung saja, tidak ada orang lain di dalam lift. Kecuali Yuya sendiri. Begitu sampai di lantai bawah, Yuya segera berlari keluar dari gedung apartemen itu. Dia mencegat sebuah taksi dan naik ke dalam taksi.

"Mau kemana Tuan?" tanya sang sopir taksi.

"Jalan saja Pak. Saat aku bilang berhenti, maka berhentilah," jawab Yuya diantara isakan.

Sopir taksi itu melirik lewat kaca spion. Tanpa banyak bertanya lagi, dia melajukan mobilnya ke sembarang arah. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada penumpangnya kali ini. Namun melihat mata Yuya yang sembab dan suaranya yang serak, sopir taksi itu paham. Bahwa penumpangnya kali ini sedang dalam masalah besar. Jadi dia memilih diam dan mengendarai taksi itu kemana saja, sesuai keinginan sang penumpang.

*****

Yuya berdiri di tepi sungai yang jernih. Di bawah jembatan rel kereta api. Dengan rerumputan yang hijau di sana. Ini adalah tempat rahasia Yuya sejak kecil. Tempat ini tidak pernah berubah sejak dulu. Tetap asri dan sepi dari pengunjung. Tempat yang menjadi saksi bisu setiap kesedihan dan kekecewaan serta kebahagiaan Yuya. Di sinilah Yuya sekarang. Menumpahkan segala rasa kecewaku. Kesakitan dan kesedihan yang dialami olehnya.

"Brengsek kau Daichi!" teriak Yuya pada sungai di depannya.

"Apa salahku? Apakah karena aku tidak pantas untuk dirimu? apa yang salah dari diriku? brengsek!" Yuya melemparkan kerikil kecil ke tengah sungai.

"Kau brengsek. Benar-benar pria brengsek. Aku membencimu. Aku membencimu ..." suara Yuya menghilang, digantikan oleh suara isakan lirihnya.

"Kenapa selalu aku? kenapa aku yang selalu ditinggalkan?" protes Yuya, entah pada siapa.

"Apa salah diriku? apa kesalahanku, hingga selalu aku yang ditinggalkan, dicampakkan. Apakah aku memang tidak pantas untuk merasakan bahagia? apakah aku memang sehina itu, hingga kebahagiaan pun enggan bersanding dengan diriku? Kenapa Tuhan ... kenapa!" Teriak Yuya dengan air mata yang tak hentinya mengalir di kedua pipinya.

"Kenapa."

Kedua kaki Yuya melemah. Yuya jatuh berlutut di atas tanah yang di tumbuhi oleh rumput liar. Kedua matanya terpejam, menangisi kekecewaan yang selalu dialami oleh dirinya. Perlahan Yuya terduduk dengan kedua kaki yang tertekuk ke atas. Yuya menyembunyikan kepala diantara lututnya. Yuya terus menangis dan merintih dalam posisi itu cukup lama. Mengeluarkan segala keluh kesah di hatinya selama ini. Hingga akhirnya dia jatuh tertidur karena kelelahan menangis.

Seorang pria datang mendekat ke arah Yuya. Membopong tubuh Yuya dan membawanya ke mobil milik pria itu. Pria itu menjalankan mobilnya menuju ke suatu tempat bersama Yuya yang terbaring di kursi penumpang, di sebelah dirinya.

"Istirahatlah sejenak jika kau sudah lelah. Aku akan selalu menjagamu. Tenanglah." Pria itu mengusap kepala Yuya dengan lembut. Dia juga berbicara dengan pelan. Tatapan matanya pada Yuya sungguh sangat rumit. Lalu pria itu kembali fokus ke jalanan di depannya. Dia membawa mobilnya dengan kecepatan sedang. Tidak ingin membahayakan keselamatan mereka berdua

*****

Sementara itu, di dalam ruang tamu apartemen milik Daichi, Daichi masih terus bergerak dengan cepat di atas tubuh mungil itu. Dia hampir sampai di puncak kenikmatannya.

"Yuichi ... kau ... benar-benar," geram Daichi diantara gerakannya.

Tanpa memperdulikan keadaan seseorang di bawahnya, Daichi terus memacu tubuhnya hingga akhirnya dia menumpahkan seluruh gairahnya di dalam tubuh mungil itu.

"Aaarrg," desah Daichi puas merasakan puncak kenikmatan dirinya.

Sementara Yuichi sudah terkapar lelah, lemas tak bertenaga di bawah tubuh Daichi. Dengan nafas terengah-engah, Daichi ambruk menimpa tubuh mungil Yuichi di bawanya. Membuat Yuichi menjadi susah bernafas. Yuichi berusaha menyingkirkan Daichi dari atas tubuhnya.

"Kakak, Menyingkirlah. Kau berat. Aku tidak bisa bernafas." Yuichi mendorong tubuh Daichi dengan kedua tangannya. Namun itu tidak berhasil.

Selain karena Daichi itu lebih besar dan kuat, juga karena Yuichi sudah kelelahan.

"Kak, aku mohon. Menyingkirlah dan keluarkan milikmu sekarang. Aku tidak nyaman kakak," ucap Yuichi memohon pada Daichi.

Yuichi masih berusaha untuk menyingkirkan Daichi dari atas tubuhnya. Namun, karena Yuichi bergerak-gerak terus, sesuatu di bawah sana bangkit kembali. Yuichi terbelalak karena terkejut. Dia bisa merasakan milik Daichi yang ada di dalam dirinya, terbangun dengan cepat. Yuichi menatap horor ke arah Daichi yang sudah menyeringai lebar di atasnya.

"Kau yang membangkitkan dia. Jadi kau harus bertanggung jawab untuk menidurkannya," ucap Daichi dengan senyuman licik di wajahnya.

"Jangan bercanda. Kita baru saja selesai," bantah Yuichi ketakutan.

Namun Daichi tidak mau tahu tentang hal itu. Daichi kembali menegakkan tubuhnya dan mulai kembali bergerak di atasnya tubuh Yuichi.

"Tidak. Jan-- akh ... Kakak ... akh."

Yuichi tidak mampu lagi untuk mengatakan sesuatu. Dirinya kini kembali sibuk mendesah di bawah tubuh Daichi. Salah satu tangannya meraih sandaran sofa untuk berpegangan, sementara yang lain mencengkeram erat lengan Daichi.

Suara desahan dan rintihan Yuichi mengisi seluruh ruang tamu apartemen itu. Yuichi terus merintih nikmat, saat Daichi bergerak semakin cepat di dalam dirinya. Menyentuh titik kelemahan Yuichi.

"Pelan ... pelan," pinta Yuichi diantara rintihan dan desahannya.

Namun Daichi tidak memperdulikan ucapan Yuichi. Dia terus bergerak dengan liar di atas tubuh mungil itu, hingga Yuichi berteriak saat mencapai puncaknya. Melihat ekspresi wajah Yuichi itu, membuat nafsu di dalam diri Daichi semakin membakar dengan gila. Dia membalikkan tubuh Yuichi menghadap kebelakang. Daichi kembali memasuki Yuichi dengan sekali sentakan. Membuat Yuichi merintih keras. Daichi kembali memacu Yuichi seperti sedang mengendarai kuda. Tubuh Yuichi tersentak maju-mundur seirama dengan gerakan Daichi. Daichi yang belum puas, kembali merubah posisi mereka. Kini Yuichi ada di atas pangkuannya. Dengan punggung menghadap dirinya, Daichi mengangkat pinggul dan tubuh Yuichi ke atas, lalu menghentak Yuichi ke bawah dengan keras.

"Kakak." kembali Yuichi merintih keras, saat tubuhnya di tumbuk dengan keras di dalam sana.

Daichi tetap tidak memperdulikan keadaan Yuichi. Dia sedang berusaha mencapai puncak kenikmatan dirinya yang sudah dekat. Hingga dengan beberapa hentakan lagi, Semua gairah Daichi tumpah kembali di dalam tubuh Yuichi.

Yuichi merasakan semburan hangat di dalam tubuhnya. Dia merintih karenanya. Perut Yuichi sudah terasa sangat penuh. Yuichi meluncur turun dan hampir terjatuh dari sana, jika saja Daichi tidak cepat memegangi tubuh Yuichi.

"Kau sangat nikmat, Yuichi. Aku benar-benar gila pada tubuhmu itu. Aku tidak pernah puas merasakan tubuh ini," bisik Daichi menggoda Yuichi yang sudah hampir terlelap.

Yuichi masih bisa merasakan ciuman Daichi pada punggung, leher dan telinganya. Tapi Yuichi benar-benar sudah lelah. Mereka sudah melakukan hal ini sejak tadi siang. Seluruh tenaga Yuichi telah habis. Yuichi hanya mendesah kecil saat Daichi kembali menyasar leher dan telinganya, menggigiti leher dan telinga Yuichi.

"Kakak, aku benar-benar sudah lelah," rengek Yuichi dengan kedua matanya yang terpejam erat.

Daichi terkekeh geli. Dia mengecup pipi Yuichi, lalu mengangkat tubuh kecil di pangkuannya itu ke dalam gendongan ala pengantin.

Daichi membawa pria mungil itu ke dalam salah satu kamar di lantai bawah. Itu adalah kamar tamu. Daichi membaringkan Yuichi di atas ranjang yang ditutupi oleh spray satin warna putih. Lalu dirinya menyusul di samping Yuichi. Daichi meraih selimut di bawah kakinya, dan menyelimuti tubuh mereka berdua. Daichi meraih tubuh Yuichi ke dalam pelukannya. Keduanya tidur berpelukan di atas ranjang besar itu.

Mereka tidak tahu, ada hati yang terluka karena perbuatan yang mereka berdua lakukan. Bahkan mereka tidak menyadari bahwa perbuatan mereka telah disaksikan oleh orang lain.

*****

Sementara itu, Yuya telah dibawa ke dalam sebuah rumah yang sangat besar dengan model Yunani. Pria itu membopong tubuh Yuya, yang terbilang langsing seperti perempuan. Bahkan wajah Yuya manis, seperti anak perempuan yang masih SMA. Pria itu lalu masuk ke sebuah kamar yang luas dan membaringkan tubuh Yuya di atas kasur. Pria itu membuka seluruh pakaian Yuya. Lalu dia naik ke atas ranjang dan mencium bibir Yuya lembut.

"Selamat Malam, sayang," bisik pria itu di telinga Yuya.

TBC.

Chapitre suivant