Gibran meminum air menirel itu sampai habis. Apa yang di lakukan Gibran seolah sedang mengambarkan rasa lelahnya yang tidak pura-pura. Kanaya hanya memperhatikan Gibran dengan teliti, ia merasa ikut haus melihat Gibran yang menghabiskan satu botol air mineral.
"Sebegitu hauskah, kamu?" Tanya Kanaya dengan serius.
Gibran masih menelan air di mulutnya, ia tidak langsung menjawab pertanyaan Kanaya.
"Hmm."
Mereka berdua masih duduk di kursi bawah pohon. Mereka juga mengipas-ngipasi tubuh mereka dengan tangan, berharap hal ringan itu bisa mengurangi rasa lelah mereka.
"Ya Ampun ... sudah jam 1 siang," ujar perempuan itu saat menatap jam tangan yang melingkar di tanganya.
"Biasakan menyebut nama Alloh saat gelisah atau panik." Gibran berusaha meluruskan.
Kanaya langsung terdiam, kalimat Gibran terasa menyinggungnya. Bukan dia tak suka di ingatkan, ia hanya berusaha merasa malu. Kanaya cukup sempat terheran dengan perubahan sikap Gibran yang semakin dewasa.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com