Mereka kembali diam. Selama perjalanan ke rumah sakit. Lalita dan Lardo memilih diam menyibukkan diri dengan pikiran mereka masing-masing.
Lardo pergi menemui Direktur rumah sakit
Sedang Lalita mengikuti dokter dan perawat yang membawa Rita ke ruang pemeriksaan.
"Maaf bu!!", anda tidak boleh ikut masuk. Seorang perawat menghentikan Lalita yang ingin ikut masuk kedalam ruangan pemeriksaan. Ibu silakan tunggu di luar.
"Duduk!", perintah Lardo. Berjalan mondar mandir seperti itu tidak ada gunanya. Rita sudah berada di tangan yang tepat. Kita tinggal menunggu hasil pemeriksaan dokter.
Seorang perawat membawakan Lardo segelas kopi yang masih mengepul dan segelas coklat panas.
Lardo menyodorkan gelas beriisi coklat panas pada Lalita. Minumlah ini bisa sedikit membantumu untuk tenang.
"Lalita mengeleng". Tidak terima kasih sir.
Lardo menatap tajam Lalita. Aku tidak menawarimu. Aku memerintahmu untuk meminumnya dan kau tidak memiliki pilihan. Lardo menyodorkan gelas kertas dengan coklat yang tampak masih mengepul.
Lalita tetap mengeleng
Lardo menarik tangan Lalita, aku paling benci dibantah Lalita. "Kau….!!", hari ini saja sudah tidak terhitung berapa kali kau membantahku. Jangan menguji kesabaranku Lalita, "ini minum!"
Lalita menyerah, mengambil gelas beriisi coklat panas yang dipaksakan Lardo padanya.
"Kemungkinan pemeriksaan akan memakan waktu lama. Aku sudah meminta Direktur rumah sakit untuk memesankan kita makan siang.
Lalita menatap heran Lardo. Saya tidak lapar sir, anda bisa makan sendiri. Saya akan menunggui Rita di sini.
"Aku tidak menerima penolakan Lalita. Kau tetap akan ikut aku untuk makan siang dan tidak ada bantahan.
Lalita menghela napas. Anda tidak bisa memaksakan sifat bossy anda disini sir, bentak Lalita kesal. Di sini saya bukan bawahan anda yang harus mendengarkan semua perkataan anda. Kalau anda lapar silakan anda makan sendiri, saya akan disini menunggui saudari saya ulang Lalita dengan nada tinggi.
Lardo terkekeh dengan tatapan mengintimidasi. Kau memang buka bawahanku Lalita. Tapi kau akan menyerah dibawah kendaliku, Aku akan memastikan hukuman yang panjang untukmu saat kita kembali ke jakarta. Lardo berbisik sangat pelan di telinga Lalita. Aku akan membuatmu sangat kelelahan hingga bangun dari tempat tidurpun kau harus mengandalkanku.
Lalita tertegun. Apa anda sedang mengancam saya sir?
Lardo tertawa terbahak-bahak melupakan sekelilingnya. Aku tidak tahu kalau kau benar-benar sangat polos Lalita. Aku tidak sedang memberimu ancaman sayang tapi kau layak merasa terancam
Lalita mengerjapkan mata, bingung dengan tingkah Lardo. Sesaat tadi Lardo menatap Lalita dengan tatapan mengerikan sekarang Lardo malah tertawa seakan-akan Lalita menceritakan sesuatu yang sangat lucu dan mengelikan
Lardo menarik tangan Lalita lembut. Sekarang ayo kita mengisi tenaga kita, jangan mendebatku saying. Lardo melihat Lalita yang akan membukan mulut memprotesnya. Suasana hatiku sedang membaik sekarang, jangan merusaknya.
Lalita pasrah mengikuti langkah Laro. Kemana anda akan membawaku sir?
"Mencari makan untuk mengisi perut, jawab Lardo santai.
Lalita menatap tingkah santai Lardo. Apa anda tahu dimana letak kantin?, Lalita menarik tangannyanya dari genggaman Lardo. Anda tunggu disini saya akan menanyakan pada perawat dimana letak kantin.
Lardo menahan tangan Lalita dengan satu alis terangkat. Siapa yang mengatakan kalau kita akan ke kantin. Kita akan ke ruangan Direktur. Mereka sudah menyiapkan makan siang kita disana.
Lalita menatap Lardo bingung. Direktur rumah sakit ulang Lalita dengan polos, kenapa Direktur rumah sakit menyiapkan makan siang untuk kita?
Lardo menatap geli Lalita. Karena aku yang memintanya, rumah sakit ini milikku Lalita. Lardo menjelaskan, jadi akau bebas memerintah siapa saja disini.
Direktur rumah sakit berlari menghampir Lardo. Mari tuan muda, makan siang untuk anda sudah kami persiapkan.
dokter Gunawan mempersilakn Lardo dan Lalita masuk ke dalam ruangannya. Benar saja, ada beberapa hidangan yang ditata di atas meja. Saya akan meninggalkan tuan muda dan nona untuk bersantap siang. Saya akan kembali kemari lagi setelah mendapat berita tentang pemeriksaan nyonya Rita.
Lardo hanya mengangguk sebagai jawaban.
Lalita menatap Lardo yang sedang mengunyah makanannya. "Sir…!!", kenapa anda menolong saya. Apa Mia yang memintanya pada anda. Bila benar Mia______".
"Kenapa kau berpikir aku melakukan semua ini karena dorongan dari Mia. Apa Mia tahu tentang Rita, Lardo balik bertanya
Lalita mengeleng, "tidak", aku bahkan belum memberitahu Tia ataupun Mia
"Jadi jelas bukan. Kalau aku melakukan semua ini tanpa diminta Mia. Ini murni karena dirimu. Lardo menatap intens Lalita. Lardo menyelesaikan makannya. Aku sudah kenyang. Aku merasakan kelaparan yang lain Lardo menatap bibir Lalita.
Lalita duduk dengan gelisah dibangkunya, karena tatapan lapar Lardo. Kenapa dokter belum mengabari kita tentang pemeriksaan Rita. Apa ada sesuatu dengan pemeriksanaan Rita?. Lalita mengalihkan pembicaraan, merapikan sisa makan siang mereka. Aku akan keluar untuk mencari tahu.
"Tetap di ditempatmu Lalita". Gunawan sendiri yang akan datang kemari mengabari kita hasil pemeriksaan Rita. Lardo bergerak mendekat.
"Sir…",
Lardo langsung menarik Lalita. Apa kau takut padaku Lalita. Lardo membelai bibir bawah Lalita dengan jari-jarinya. Aku menginginkannya Lardo mengecup singkat bibir Lalita. Ini terasa sangat manis dan nikmat sayang. Lardo menggangkat Lalita ke pangkuannya.
Lalita terkasiap, sir. Lalita mencoba turun dari pangkuan Lardo.
"Jangan mengerakan bokongmu saying". Aku tidak akan tahu apa yang akan terjadi pada kita dalam ruangan tertutup ini. Lardo kembali mengecup bibir Lalita. "Shit…..", Lardo meraup bibir Lalita menlumatnya dengan ganas, menyisipkan lidahnya kedalam mulut Lalita, mulai mengimpasi mulut Lalita dengan rakus.
"Argg…..Lalita mengerang, tubuhnya terasa tak bertenaga tanpa sadar Lalita mengalungkan kedua tangannya di sekeliling lerher Lardo, membalas gerakan bibir Lardo dengan kaku.
Lardo semakin liar melumat bibir Lalita, satu tangan Lardo mengelus kulit pungung Lalita yang terasa sangat halus, tidak sampai disitu Lardo melepas pengait bra Lalita, menyusupkan satu tangannya, meremas payudara Lalita.
"Sir...!", Lalita menahan tangan Lardo yang ada di dalam branya
"Nikmati sayang, jangan menahannya. Satu tangan Lardo mengelus paha mulus Lalita.
Lalita kembali terkejut, Lalita menarik tangan Lardo yang mencengkram pahanya. Lalita mencoba turun dari pangkuan Lardo. "Sir…", ini tidak______", Lardo membungkam Lalita dengan kembali melumat bibir Lalita.
"Nikmati sayang, biarkan aku memberi kita berdua kenikmatan.
Lalita mengeleng.
"Tok…tok….."
"Shit...!!", maki Lardo menutupi tubuh Lalita
"Tuan muda_____", Gunawan langsung berbalik melihat sejoli yang sedang bermesraan di sopa ruang kerjanya. Maaf tuan muda_____",
"KELUAR…!!!" bentak Lardo keras. Tunggu di luar sampai aku menyuruhmu masuk.
Gunawan keluar dengan kaki gemetar. Pria lima puluh tahun itu memeganggi dadanya, "terkejut...sangat terkejut", itu yang dirasakan Gunawan saat ini, rencananya ingin menyenangkan hati Lardo. Malah membuatnya mendapat bentakan keras,. Seharusnya Gunawan lebih sabar menunggu izin masuk saat ia tadi mengetuk pintu. Bukan malah langsung masuk begitu saja, Gunawan memaki dirinya sendiri.
Di dalam ruangan Lalita menyembunyikan wajahnya dalam pelukan Lardo. Lalita sangat malu, kepergok bermesraan, ya ampun... Lalita mengeleng-gelengkan kepala. Apa yang akan dipikirkan Direktur rumah sakit itu nanti saat Lalita keluar. Bagaimana Lalita bisa menunjukan wajahnya setelah tertangkap melakukan sesuatu yang sangat memalukan seperti tadi.
Lardo mengecup pundak telanjang Lalita, mengaitkan bra Lalita sebelum merapikan dress Lalita yang tadi sempat Lardo turunkan sampai batas dada. Apa kau tidak mau turun dari pangkuanku sayang?, Lardo terdengar geli, aku akan dengan senang hati melanjutkan permainan kita yang belum selesai______"
Lalita langsung melompat dari pangkuan Lardo. Merapikan penampilannya. Menatap horor Lardo dengan wajah bersemu merah.
Lardo menatap geli Lalita, penampilanmu seperti baru dicumbu habis-habisan. Kau terlihat sangat mengairahkan sayang, bagaimana kalau kita melanjutkannya apa yang tertunda tadi, Lardo berdiri mendekati Lalita
Lalita mundur, sir…..ada pak Gunawan yang menunggu di balik pintu.
Lardo menghendikan bahu tidak peduli. Aku sudah memberi perintah dia tidak boleh masuk sebelum aku perintah masuk. Jadi kau tidak perlu khawatir kejadian tadi terulang, Lardo semakin mendekat, menatap Lalita penuh gairah. Aku menginginkanmu Lalita suara Lardo serak
Lalita berlari mendekati pintu, bersyukur pintu tidak terkunci