"Entalah, aku pusing". Aku mau ke toilet dulu. Lalita merasa gerah. Apa aku harus melakukan seperti yang disarankan Tia, tapi bagaimana bisa, Lalita menyentuh bibirnya.
Lardo menarik Lalita dan lansung melumat bibir Lalita, jangan pernah mencobanya sayang, karena bibir ini milikku, kau mengerti. "Lalita mengangguk".
"Apa....!!!", pekik Lalita sadar dengan apa yang ia lakukan. "Lardo hanya menatap datar keterkejutan Lalita.
"Bagaimana anda bisa masuk ke dalam toilet wanita sir?". Lalita menoleh ke kiri dan ke kanan, bagaimana kalau ada yang melihat anda disini?,
Lardo mengernyit. Ini perusahaan ku Lalita, aku bebas berada dimana pun aku mau. Lardo mengelus bibir Lalita. Ini aku menginginkannya lagi. Setelah mengatakan itu Lardo menarik dagu Lalita, kembali menyatukan bibir mereka. Lardo menghisap bibir Lalita membuat Lalita mengerang pelan. Ini benar-benar nikmat, Lardo memperdalam ciumannya
Lalita merasakan jantungnya berdegup sangat keras, kakinya terasa lemas seakan tidak bertulang. Lardo masih melumat bibir Lalita dengan rakus, satu tangan Lardo menahan pinggang Lalita. Entah sejak kapan Lalita mengalungkan kedua tangannya di sekeliling leher Lardo.
Ikuti gerakan yang aku lakukan di dalam mulutmu Lalita, bisik Lardo di telinga Lalita aku janji ini akan sangat nikmat sayang, Lardo mengecup rahang Lalita sebelum kembali melumat bibir Lalita dengan lebih lembut dan lambat, Lardo ingin Lalita ikut menikmati tautan bibir mereka.
"Uuhhhh....."Lalita mengerang lembut. Lalita ikut mencicipi bibir Lardo, bibir Lalita dengan lembut mengikuti gerakan bibir Lardo di mulutnya, lidah Lardo membelit lidah Lalita, begitupun dengan Lalita
"Kau belajar dengan cepat rupanya, Lardo meraup bibir Lalita kembali mendominasi ciuman mereka. Kita harus berhenti sekarang Lalita sebelum aku melakukan sesuatu yang lebih padamu. Lardo tersenyum melihat Lalita yang menutup matanya, mereka menarik napas dalam-dalam. Aku harus pergi sekarang. Lardo melepaskan kedua tangan Lalita, kemudian mengecup lembut bibir bengkak Lalita.
Lalita masih mengatur napasnya, menatap tidak percaya pada pintu yang tertutup. Aku membiarkannya lagi dan kali ini ikut hanyut dalam ciuman ahli Lardo. Aku benar-benar wanita yang buruk pikirnya
Di luar toilet wanita Robi melotot marah pada pria tampan yang baru saja ke luar dengan santai dari dalam toilet wanita. Lardo keluar dengan seringai licik.
"Kau tampak puas sir?, sindir Robi".
Lardo menaikan alisnya, apa kau marah karena aku memintamu berjaga di depan pintu toilet. Lardo berjalan mendahului Robi yang masih setia berdiri dengan wajah tidak sukanya pada Lardo.
"Berjaga di depan pintu toilet bukanlah salah satu dari pekerjaanku sir". Ada banyak pekerjaan yang harus aku lakukan. Lain kali jika kau ingin bersenang-senang didalam toilet kau bisa menyewa seseorang untuk menunggumu dan pastikan itu bukan diriku. Satu lagi berhenti mempermainkan Lalita, jika nona Mia tahu anda akan ada dalam masalah sir, anda tidak lupa bukan. Kalau Lalita adalah salah satu sahabat adik kesayanganmu, Robi mendelik melihat wajah datar Lardo
Lardo terkekeh mendapati sikap kurang ajar Robi. Kita kembali bekerja Robi, ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Sekarang aku merasa lebih bersemangat. Lardo mengabaikan kemarahan yang ditunjukan Robi salah satu orang kepercayaannya itu. Hentikan kemarahan mu Robi, aku akan mengingat pesan mu tadi untuk tidak menjadikanmu patung penjaga toilet terlebih toilet wanita.
Robi hanya bisa mengeleng dengan sikap menyebalkan Lardo. Saat kau sibuk di toilet Dante menelpon, mengingatkan rapat siang ini
"Baiklah, ayo kita berangkat aku tidak ingin membuat bajingan itu membanjiri kita dengan segalah umpatan menyakitkan telinga". Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Dante akhir-akhir ini, aku merasa Dante semakin mengerikan dari sebelumnya, bagaimana menurutmu Robi, apa kau merasakan hal yang sama juga tanya Lardo
"Aku tidak tahu, sesama-sama bajingan mengerikan. Kau bisa juga takut pada saudara sesama bajingamu sendiri sindir Robi terang-terangan dengan wajah datar
Lardo mendelik. "kau masih marah rupanya?". Lardo mengeleng masuk kedalam mobil yang di dibukakan oleh Robi. Lardo membuka MacBook. Mulai memeriksa beberapa email yang masuk, apa Max dan Ramond akan datang?.
Robi menatap Lardo dari spion depan, kau tahu jawabannya Lardo, ini proyek kalian berempat tentu saja mereka akan datang. Apa kau mulai merasa bersalah karena baru saja bermesraan dengan kekasih orang lain di toilet dan sebentar lagi kau akan menemui kekasihnya
Lardo mendengus mendengar sindiran Robi.
"Apa tujuan anda mendekati Lalita sir?, jika anda hanya merasa penasaran lebih baik anda meninggalkannya sekarang juga sir. Lalita wanita yang baik sir, anda tidak seharusnya mempermainkan perasaan wanita polos seperti Lalita. Wanita polos seperti Lalita tidak pantas untuk seorang bajingan seperti anda.
Lardo mengeleng, sama sekali tidak tersingung dengan ucapan Robi. Tuduhanmu mengerikan Robi, kau baru saja menyakiti perasaanku. Kau berhasil menusuk hatiku dengan mulut tajam mu hingga berdarah-darah. Lardo menatap Robi dengan tatapan geli.
Robi hanya mengeleng dengan perubahan sikap Lardo. CEO yang terkenal killer itu tampak bisa bercanda rupanya.
Jaya Groups, 14:49 Wib
"Apa kalian tidak bisa datang tepat waktu!". Dante menyeburkan kemarahannya melihat Ramond dan Max yang datang terlambat menarik kursi dan duduk dengan santai di kursi mereka saakan tidak merasa bersalah dengan keterlambatan mereka.
Ramond memilih tidak merespon kemarahan Dante. Pikirannya melayang ketempat lain. Hati Ramond serasa tidak tenang dengan sikap Lalita yang menghindarinya seminggu ini. Hati Ramond terus bertanya-tanya, apa yang salah?".
Max menoleh menatap Dante dengan wajah datarnya, jakarta macet bung dan berhentilah berteriak, kau menyakiti telingaku
Lardo tersenyum mendengar jawaban klise adik sepupunya itu
Max menatap senyum geli Lardo. Kau datang tepat waktu rupanya. Mencoba jadi anak baik kakak sepupu sindir Max.
Lardo menggendikan bahu, aku berterima kasih pada Robi yang memastikan aku tidak datang terlambat dengan menghindari kemacetan jakarta yang sudah sangat terkenal. Sindir Lardo terang-terangan pada alasan Max
"Hentikan omong kosong kalian!", Dante membentak. Mari kita mulai rapatnya. Dante masih menatap tajam Max.
Lalita pulang ke apartemennya dengan mengabaikan semua pertanyaan Tia.
Lalita sempat terkejut saat keluar dari dalam toilet ternyata Tia sudah menunggu di depan pintu toilet. Tia memberondong Lalita dengan begitu banyak pertanyaan karena berada terlalu lama di dalam toilet.
"Apa kau tahu siapa yang aku lihat berdiri di depan pintu luar toilet saat aku menyusul mu ke toilet tanya Tia".
Lalita sempat panik, apa Tia melihat Lardo masuk ke dalam toilet wanita, atau Tia mendapati Lardo keluar dari toilet wanita. "Siapa??"
"Robi....!!", asisten pribadi CEO kita, aku tidak tahu apa yang ia lakukan dengan berdiri di sana. Saat aku akan masuk kedalam toilet, Robi melarang ku dengan alasan ada perbaikan, saat aku memaksa masuk Robi membentak dan mengusirku pergi. Bukannya aneh kalau toilet itu benar rusak, lalu apa yang ia lakukan dengan berdiri di depan toilet wanita, seakan-akan ia berdiri di sana menjaga sesuatu
Tia memincingkan mata menatap tajam Lalita. Bukankah kamu berada di dalam toilet saat itu. Apa kamu mengetahui sesuatu?
Lalita menjawab dengan sedikit terbata-bata. Aku tidak mendengar apapun, aku juga tidak melihat ada Robi yang berjaga didepan pintu toilet, saat aku masuk kedalam, toilet kosong dan tidak rusak
"Ya setelah beberapa saat, aku kembali ke toilet aku tidak menemukan Robi". Kalau kamu tidak berada di toilet, kemana kamu pergi setelah pamit ke toilet, Tia menatap bingung Lalita
"A...aku...pergi mencari angin di...Lalita berpikir keras, di dekat ruang rapat".
"Aaahhh....begitu, humm....aku masih saja penasaran dengan keanehan di toilet tadi". Menurutmu apa yang dijaga Robi di sana?, aku sangat yakin Robi berdiri disana karena menjaga sesuatu.
"Entalah aku tidak tahu, Lalita masuk kedalam mobil Tia".
Tia menghidupkan mesin mobil. Jadi bagaimana dengan saranku, apa kamu akan melakukannya. Kalau kamu ingin membuktikan perasaanmu pada Ramond itu salah satu cara yang efektif.
Lalita menggelengkan kepala. Aku tidak akan melakukannya Tia, itu sangat mengerikan. Aku akan memikirkan cara lain, untuk saat ini aku akan membiarkannya seperti ini dulu.