webnovel

(16) Derita Nara.

Beberapa hari kemudian...

Kini Hana sudah di perbolehkan pulang. Seluruh keluarga menjemput nya. Ayah, Ibu, Bibi, Nara, bahkan Alex pun ikut menjemput Hana.

"Terima kasih nak Alex, sudah memberi kami tumpangan," ucap Ayah Hana, berterima kasih pada Alex yang sudah memberikan tumpangan mobil untuk menjemput Hana dari rumah sakit.

"Iya Paman, sama- sama," dengan ramah nya.

"Kalau begitu saya pamit dulu, soal nya masih ada urusan lain," lanjut nya berpamitan.

"Loh kok buru- buru nak Alex," ujar Ibu Hana menimpali.

"Iya Bi, soal nya ada sedikit urusan penting," jawab nya dengan senyum ramah.

"Oh begitu. Kalo begitu terima kasih banyak ya sudah memberi tumpangan pada kami,"

"Iya Bi sama- sama. Kalo gitu saya permisi,"

"Iya, hati- hati di jalan,"

Alex pun berlalu pergi dengan sebuah mobil mewah yang harga nya mencapai 3M itu.

30 menit kemudian...

Pemuda berwajah tampan itu pun sampai di sebuah istana nya yang megah. Supir nya pun membawa mobil itu masuk ke sebuah garasi yang begitu luas, disana ada beberapa mobil mewah terparkir dengan rapi.

Alex melangkah kan kaki nya memasuki sebuah ruang tamu yang bernuansa Emas. Beberapa pelayan wanita berbaris rapi menyambut kedatangan tuan muda nya.

Seorang pria paruh baya dengan setelan jas hitam datang bersama seorang wanita yang mengenakan seragam pelayan dengan membawa nampan berisi segelas jus apel di tangan nya.

"Silahkan tuan muda," ucap pelayan wanita sembari menyodorkan minuman di atas nampan yang ia pegang.

Sedangkan pelayan laki-laki tersebut beranjak meraih tas di tangan Alex, dan membukakan jas seragam sekolah nya.

Alex mengambil jus apel tadi, dan ia duduk di sebuah kursi yang mirip seperti singgasana kerajaan yunani.

Pelayan pria tadi membuka sepatu yang di kenakan tuan muda nya itu, dan ia menggantinya dengan sebuah sandal jepit yang kini harga nya mencapai 5jt rupiah.

Alex melangkah menuju kamar nya dengan di ikuti dua pelayan wanita paruh baya di belakang nya.

Alex memasuki kamar nya yang sangat begitu luas dengan nuansa hitam dan merah warna kesukaan nya. Alex langsung menuju kamar mandi. Air hangat sudah tersedia di Bathtub untuk diri nya berendam.

Dua pelayan yang tadi menyiapkan baju ganti, dan menunggu nya di luar kamar mandi.

Alex benar-benar di perlakukan seperti seorang pangeran yang terlahir dari seorang raja dan ratu.

____________________

Hari ini, adalah hari pernikahan Nara dan Indra. Pernikahan yang sederhana, yang hanya di hadiri beberapa keluarga.

Se usai acara, orang tua Hana berpamitan untuk pulang ke kampung, karna memang sudah lama mereka tinggal di jakarta, yaitu selama Hana sakit sampai ke acara pernikahan Nara.

Hana merasa sangat begitu sedih, karna mulai saat ini dia harus tidur sendiri, berangkat sekolah sendiri tanpa sepupu nya lagi.

Nara ikut dengan Indra, tinggal di rumah baru yang di belikan oleh orang tua Indra.

Nara memasuki sebuah kamar yang megah dengan di hiasi bunga-bunga khas kamar pengantin.

"Mas, ini kamar kita?" tanya Nara dengan wajah yang bsrseri-seri bahagia.

"Ini kamar ku, kamu tidur di kamar sebelah." jawab Indra dingin.

"Tapi mas, kita kan suami istri, kenapa harus tidur terpisah?"

"Kalo tidak mau sana pulanglah."

"Kok gitu sih mas, mas kok berubah, apa mas udah gak cinta lagi sama aku?"

"Haha dari dulu aku gak pernah cinta sama kamu,"

"Terus kenapa mas ngajak aku pacaran?"

"Pacarku bukan cuma kamu doang,"

"Maksud kamu?" air mata kini berlinang di mata nya.

Indra mendekati Nara, kemudian memegang erat dagu Nara.

"Aku gak pernah mencintai seseorang, aku hanya mencintai diriku sendiri. Dan kalian para wanita, hanyalah alat pemuas hasratku!" ucap Indra dengan mata di penuhi aura kebencian. Dan itu membuat dada Nara terasa sesak.

Usai mengatakan itu, Indra keluar meninggalkan Nara yang sedang menangis di kamar pengantin nya.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan Indra kini masih acuh tak acuh dengan Nara. Meskipun kini mereka tinggal bersama dalam satu rumah. Namun, kedua nya jarang sekali berkomunikasi satu sama lain.

Padahal Nara sudah memperlakukan suami nya dengan baik. Ia benar-benar sudah berperan sebagai istri yang baik, tapi Indra semakin hari seperti semakin membenci nya.

Malam ini, Nara menunggu suami nya pulang. Ia duduk di depan televisi sampai ia ketiduran.

Tepat pukul 22.00, Indra datang dengan membawa seorang gadis.

Nara yang tertidur di depan tv terbangun.

"Mas sudah pulang? Si_ siapa dia?" tanya Nara dengan hati yang terasa nyeri karna melihat suami nya memeluk gadis lain.

"Dia pacarku." jawab Indra santai.

"Siapa dia sayang?" tanya gadis itu dengan suara manja.

"Istriku. Tapi gak usah khawatir, aku gak cinta sama dia. Kita nikah karna terpaksa," jawaban Indra membuat hati Nara semakin nyeri.

"Oooh,"

Kemudian mereka melangkah dan memasuki kamar.

Nara menangis menahan sesak di dada nya. kalau bukan karna janin di kandungan nya, mungkin ia sudah memilih untuk bercerai.

Ia tidak ingin anak nya lahir tanpa seorang ayah.

Nara melangkah mendekati kamar tersebut, ia berdiri pas di depan pintu kamar.

Ia mendengar desahan-desahan manja dari dalam. Apa yang sedang terjadi di dalam? Apakah suami yang sangat ia cintai sekarang sedang berzina?

Nara hanya bisa menangis dan menahan rasa perih di hatinya. Ia tak dapat melakukan apapun.

Ia heran, kenapa Indra menjadi berubah total seperti ini, padahal dulu waktu pacaran dia adalah pria yang sangat begitu baik dan manis. Namun, sekarang ia berubah menjadi pria yang tidak punya hati dan perasaan.

Semenjak hari pernikahan nya, tiada hari tanpa menangis. Air mata Nara mungkin akan segera mengering, karna terlalu sering nya ia menangis.

Hari-hari nya bagaikan di neraka. Namun, cinta nya pada Indra masih tak berubah sedikit pun, walaupun ia sudah berkali-kali di sakiti.

di dalam kesedihan nya, tiba-tiba ia mengingat Hana. ingin rasa nya mencurah kan semua isi hati kepada Hana. ia seperti nya sudah mulai stres dengan derita yang ia alami.

dia tak ingin ada apa-apa pada janin di kandungan nya, karna stres bisa mempengaruhi pada kandungan.

Nara pun bergegas menuju kamar, meraih ponsel di atas nakas, dan menghubungi nomor Hana.

"halo Hana," dengan suara serak khas orang habis menangis.

"Iya Ra ada apa?" tanya Hana di sebrang sana.

"Han, besok kalo kamu tidak sibuk ke rumah ku ya,"

"Baiklah, besok se pulang sekolah ya,"

"Iya Han."

"kamu kenapa? kamu nangis ya? kok suara kamu gitu,"

"Enggak Han, Aku baik-baik saja. besok jangan lupa ya,"

"okeee, baik-baik ya di sana, jaga keponakan ku di kandungan mu itu."

"Iya Han pasti,"

"Udah dulu ya, aku mau mandi, baru datang dari kerja ni,"

"Oh iya Han silahkan,"

"Ok Bye bye,"

"Bye bye."

Panggilan di matikan.

Kini Nara kembali tenggelam dalam kesedihan.

Bersambung...

Chapitre suivant