webnovel

(3) Memancing emosi.

Jarum jam terus berputar. di sana, di sebuah toserba Hana sibuk dengan pekerjaan paruh waktu.

Bukan hal baru lagi, jika pemuda tampan bernama Alex datang untuk menemui nya, walau pun hanya sekedar membeli air mineral dia berusaha untuk terus mendekati gadis cantik itu.

"10.000 ribu." Hana dengan suara datar nya.

Alex menyerahkan uang selembar 100.000 an.

Hana mengambil uang selembar 50.000, dan dua lembar 20.000 di laci.

Ia menyodorkan uang kembalian itu pada pemuda di depan nya.

"Ambil saja kembalian nya,"

"Aku bukan pengemis!"

"Ah baiklah," Alex pun mengambil uang tersebut, lalu memasukkan ke dalam saku celana nya.

Kemudian keluar, dan duduk di bangku depan toserba, ia berniat menunggu si gadis disana.

Satu jam kemudian, Hana pun bergegas melepas seragam toserba nya, yang berupa rompi berwarna biru.

karna sudah ada orang yg datang untuk mengganti sif nya, gadis itu keluar dari toserba, dan melewati Alex yg duduk disana, tanpa menyapa Alex pun mengikuti si gadis. seperti biasa Hana tetap acuh dengan apa yang dilakukan pemuda tampan yang selalu membuat nya terganggu.

Namun semakin lama Hana pun merasa risih.

"Apa yang kau lakukan?,"

"Aku? Ah, aku mengikutimu!"

"Kenapa kau mengikutiku?,"

"Aku? Aku hanya ingin lebih akrab saja!"

"Kenapa aku?,"

"Karna kamu, karna kita satu bangku, ya kita satu bangku,"

"Aku tidak mau!"

"Tidak mau?,"

"Ya,"

"Tidak mau apa?,"

"Akrab dengan mu!"

"Kenapa kamu tidak mau menjadi temanku?,"

"Berhentilah mengekoriku!" Hana pun mulai melangkah lagi meninggalkan Alex yang masih mematung di tempat nya.

_________________

Beberapa hari kemudian, seperti biasa, Alex pemuda tampan dengan wajah ceria nya itu tetap saja mencoba mendekati Hana tanpa lelah walaupun kadang kata-kata Hana sering kali menyakiti nya.

Di sebuah bangku, Hana si murid jenius dan rajin sedang membaca buku- buku nya.

dan di sana, Alex memandang Hana. menaruh kepala nya di atas bangku dengan berbantalkan tangan yang ia lipat.

"Bisakah kau berhenti," Hana dengan nada kesal. Namun Alex hanya menggelengkan kepala membuat Hana semakin kesal.

"Pergilah, aku muak," Alex menggeleng lagi.

"Baiklah, jika kau tidak mau pergi, biar aku saja yg pergi," Hana pun melangkah pergi, dan Alex pun mengikuti Hana yang menuju atap gedung sekolah. disana Hana melanjutkan membaca buku yang sempat tertunda tadi. Namun Alex masih mengikuti nya, dan membuat nya emosi.

"Huuufffzz," Hana mendengus kesal.

"Membacalah, aku hanya diam kok, gak akan mengganggumu,"

"Kau sudah melewati batas, dan slama ini aku sudah cukup bersabar," tiba-tiba mata Hana mulai memerah, begitupun dengan wajah nya, amarah mulai menguasai diri nya. dan itu membuat Alex mengerutkan dahi. akhir nya dia berhasil memancing amarah Hana, sebenar nya selama ini ia sengaja mendekati Hana untuk membuktikan kabar yang ia dengar.

Alex menunggu apa yang akan Hana lakukan selanjut nya.

"Marilah kita berteman, aku hanya ingin kita berteman, apa sebegitu sulitkah?," Alex memancing.

"Pergi dari sini, sebelum_"

"Sebelum apa?," Alex sengaja memutus perkataan gadis itu.

Hana tersenyum sinis, kemudian ia mengambil sebuah kayu dan mulai melayangkan kayu tersebut pada Alex. Namun Alex tidak tinggal diam, ia yang memiliki bela diri yang cukup hebat, menangkis dengan memegang kayu tersebut dengan tersenyum menegejek ke arah Hana. Hana semakin marah, dan ia semakin mengamuk. Namun Alex selalu berhasil lolos dari pukulan- pukulan yang di layangkan gadis itu. dan Alex berhasil mengunci Hana, Hana pun tak dapat menggerakkan tubuh nya, gadis itu berteriak histeris sambil berusaha mencoba melepas diri nya dari Alex.

"Lepaskan aku, atau aku bunuh kau!"

"Bagaimana bisa kau membunuhku?,"

"Lepaskan aku bajingan,"

"Hey, Hana kau seorang pelajar, dan kau murid yang pintar, tidak baik seperti ini!"

"Bukan urusan mu bajingan, lepaskan!"

"Lepaskan saja sendiri, jika kau bisa!"

Tiba-tiba gadis itu merasa pusing, kemudian ia terjatuh tak sadarkan diri.

"Hana, sadarlah, Hana," Alex panik sambil menepuk-nepuk pipi cubby gadis itu.

Beberapa saat kemudian, tiba-tiba Hana mulai membuka mata nya perlahan, kepala nya terasa pusing, pandangan nya kabur, samar-samar ia melihat sosok pria sedang memeluk tubuh mungil nya sambil memanggil-manggil nama nya.

"Hana, kamu sudah sadar?,"

"Ouh, apa yang telah terjadi?," tanya Hana bingung, dan Alex pun juga bingung, karna nada suara Hana yang tiba-tiba berubah. Hana yg biasa nya selalu datar, kini berubah menjadi lembut.

"Kamu tidak mengingat nya?,"

Sambil memegang kedua pelipis nya, Hana mencoba mengingat apa yang sudah terjadi. dia terkejut dan hendak menangis, dia ingat semuanya. apa yg telah ia lakukan selama ini, ia mengingat semua sifat buruk nya.

"Tuhan, apa yang selama ini aku lakulan?," Hana menangis sambil mengacak-acak rambut nya frustasi.

"Apa maksud mu?," tanya Alex kebingungan

"Maaf kan aku,"

"Maaf?,"

"Maafkan aku, aku tidak tau kenapa aku jadi begini, aku gak tau kenapa kadang aku tidak bisa menahan emosiku," air mata Hana mengalir deras.

"Sungguh aku tidak mengerti maksud mu,"

"Percayalah padaku, aku bukan orang seperti itu, aku bukan seorang Psychopath, percayalah padaku, aku juga tidak tau kenapa selama ini aku jadi seperti ini," Hana menangis histeris ketakutan, Alex yang tidak tau harus berbuat apa, ia pun membawa Hana dalam pelukan nya, mencoba menenangkan gadis itu.

"Hana, aku percaya padamu, sudah lah, jangan menangis lagi, ku harap mulai sekarang kamu bisa kembali ke sifat baikmu lagi,"

"Malam itu," Hana mencoba mengingat kejadian malam itu.

"Ya? Ada apa?,"

"Aku harus pergi," Hana bangkit, dan berlari, Alex pun mengejar nya, ia berlari jauh, dan akhir nya sampai di sebuah lorong kecil , Hana pun memasuki lorong kecil itu dengan di ikuti Alex.

"Kenapa kau kesini Hana?,"

"Aku yakin ada yang tidak beres dengan lorong ini, semenjak malam itu, aku jadi tidak bisa mengendalikan emosiku," Hana dengan nada lembut nya yang sudah lama tidak terdengar.

"Tapi jalanan ini hanya jalanan biasa, tidak ada yang aneh sama sekali,"

"Tapi waktu itu, aku ingat jelas, aku dan Nara, Aaaaww," Tiba- tiba Hana memegang kepala nya kesakitan.

"Hana apa yang terjadi?,"

"Kepalaku, kepalaku sakit!"

"Hana, kamu mimisan?,"

Hanapun mengelap darah segar yang mengalir dari hidung nya.

"Ayo aku antar kamu pulang,"

"Tapi aku harus menyelidiki tempat ini,"

"Kita selidiki lain waktu, aku janji akan membantumu,"

"Tapi_"

"Naiklah ke punggungku, kau sudah pucat dan lemas begitu, ayo aku antar pulang,"

"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri,"

"Naiklah," nada Alex sedikit meninggi.

"Ouh, baiklah," akhir nya Hana menuruti Alex, dan Alex pun mengantar Hana pulang.

Sesampai nya di tempat tujuan, Nara dan Bibi nya terkejut karna Hana terlihat lemas dengan darah berceceran membasahi seragam bagian bahu pemuda tampan Yang menggendong nya.

"Hana? Ada apa dengan Hana?," tanya sang Bibi panik.

"Saya rasa dia sakit Bi, dimana kamar Hana? Biar saya antar ke kamar nya,"

Bibi pun mengantar Alex menuju kamar Hana, dan membaringkan nya di ranjang.

"Nara, ambilkan air hangat, dan panggil dokter,"

"Baiklah ma,"

___________________

"Bagaimana dengan keponakan saya dok?,"

"Keponakan ibu tidak apa-apa, dia hanya kecapean saja, suruh dia istirahat selama dua hari, dia akan sembuh, dan ini resep obat nya," kata dokter sembari menyodorkan lembaran kertas yang tertuliskan resep obat disana.

"Syukurlah, terima kasih dok,"

"Sama-sama,"

Alex menunggu di ruang tamu dengan di temani Nara

"Kenapa kamu bisa sama Hana? Apa yang sebenar nya terjadi?,"

"Maaf, boleh aku mengajukan pertanyaan lebih dahulu padamu?,"

"Ah? Ok silahkan,"

"Apa yang sebenar nya terjadi malam itu?,"

"Malam itu?,"

"Ya, malam dimana Hana jadi berubah menjadi gadis aneh."

"Ah itu, malam itu,bla bla bla" Nara pun menceritakan semua insiden malam itu.

"Aneh sekali,"

"Aku sungguh merasa bersalah pada Hana, seandai nya aku tidak memaksa nya untuk lewat jalan itu, dia tidak mungkin seperti ini,"

"Semua sudah terjadi, lebih baik sekarang kamu bantu aku dan Hana untuk menyelidiki semua ini,"

"Baiklah,"

"Hana sekarang sudah kembali pada sifat baik nya, kau jaga dia ya, takut saja dia akan kembali pada sifat buruk nya lagi,"

"Benarkah? Syukurlah, aku memang sudah sangat merindukan sifat Hana yang dulu,"

"Kalau begitu aku permisi,"

"Tunggu,"

"Ada apa?,"

"Kenalin, aku Nara, kamu Alex Alfino siswa pindahan itu kan?,"

"Iya, benar."

"Salam kenal ya,"

Alex menganggukan kepala nya dan kemudian berlalu pergi.

Bersambung...

Chapitre suivant