webnovel

SIGNAL

".. Namamu haruslah yang bagus.." kalimat itu terus terngiang ditelingaku, bibi penjual ramen itu seakan bisa membaca sesuatu dari mataku.

"Nama apa?" hanya sebuah pertanyaan bisa membuatku uring-uringan sepanjang minggu ini. Hanya beberapa foto joker yang aku coret dengan spidol merah. Aku menerawang, langit amat kosong hari ini. Sebuah pertanda kematian .. Sudah waktunya bibi itu aku coret namanya dari The book of joker

Aku putuskan untuk bertemu dengannya.. si bibi penjual ramen. Sudah seharusnya aku menepati janjiku padanya tentang nama meski itu masih ku pikirkan, dan janjiku pada takdirnya.

Bibi tampak terbatuk-batuk sembari membersihkan peralatan memasaknya, wajahnya pucat. Ia memutuskan untuk menutup kedai lebih awal, ia bergegas keluar kedai dengan ember berisi air dan gayung. Matanya membulat, tepat dihadapannya seorang gadis dengan baju serba hitam-aku. "Halo bi" sapaku dengan senyuman yang terhalangi topi baret hitamku.

"Apakah kau tidak memiliki pakaian lain selain ini?" kerutan bibi tertarik oleh garis senyum, ia sumringah seakan bertemu teman lama

"Aku datang bi, tapi kau tahu? Aku belum menemukan namaku."

"Namamu itu hilang dimana?" ia tertawa pelan

"Bibi sakit?"

"Ya.. entah bagaimana aku sudah pasrah" ia tersenyum "kau datang untuk menjemputku? Firasat orangtua tidak pernah salah.. sejak kau hadir di kedai selalu ada bulu burung gagak."

"Mengapa bibi bisa seyakin itu..?" aku tertunduk, aku bingung ada rasa sakit samar yang kurasakan di dada. Aku mengeluarkan gun milikku dan menodongkannya ke arah bibi "Aku seorang karasu. Aku tidak bernama, dan aku datang untuk memberimu sebuah pesan"

Bibi hanya tersenyum, peluruku melesat tepat di dadanya, tubuh bibi terjatuh ke tanah. Aku bermain sangat bersih kau tahu, tidak ada bekas darah tidak ada apa-apa.. hanya entah apa yang terasa sakit di dada ini, begitu menggangguku.

Mendadak semua orang panik dan mulai berkerumun, tidak akan ada yang menyadari keberadaanku, aku berlalu dan kemudian lenyap. Anggap saja bertemu denganku adalah sebuah petanda. Karena aku Karasu.

***

Sore itu entah apa yang membuat Naoki tiba-tiba ingin makan ramen langganannya. Rasanya jika tidak makan ramen itu hari ini dia tidak akan bisa mencicipi ramen itu lagi di lain waktu. Perasaan itu mungkin hanya gurauan orang lapar bagi Naoki.

Beberapa meter lagi menuju kedai ramen yang biasa ia beli, entah kenapa begitu tampak ramai.. "Seperti biasanya.." Naoki mengibas-kibaskan tangannya menyingkirkan hal janggal yang terlintas di benaknya "Tapi, kerumunan itu .. " ia berlari kecil menuju kerumunan tepat di depan kedai ramen.

Seperti tertusuk duri, seseorang berpakaian hitam keluar dari kerumunan. Berlalu begitu saja, langkahnya sunyi tak bersuara, rambut hitam panjangnya berkibar meski memakai topi aneh. Sosok itu menoleh ke arah Naoki dan berlalu cepat. Sedetik Naoki tertegun sosok  itu sudah tidak ada di belakangnya. " Apa itu tadi.."

Naoki menerobos kerumunan dan melihat bibi penjual ramen langganannya sudah ada di pangkuan seseorang yang berwajah panik. "Ada apa?" suaranya tertelan oleh kebisingan orang panik, ada yang berteriak mencari bantuan, ada yang menelpon ambulan dengan suara keras, sebagian hanya meramaikan suasana.

'Benarkan? Jika hari ini aku tidak jadi makan ramen disini aku tidak akan makan ramen itu lagi sampai kapanpun..' firasat orang lapar kadang terjadi.

Jasad bibi penjual ramen sudah berlalu bersama suara sirine ambulans yang membawanya, salah satu wanita bicara cepat dan terbata-bata pada polisi yang menanyainya. "Saat itu aku tidak begitu yakin, tapi sayaka oba-san memang sedang bicara dengan seseorang. Lalu tiba-tiba dia jatuh begitu saja. Aku tidak mengecek denyut jantungnya tapi aku juga tidak merasakan hembusan nafasnya"

"Kemana orang yang bicara dengan sayaka-san?"

"Orang.." entah kenapa wanita itu terdiam seperti seorang yang kehilangan sesuatu melihat ke arah.. Naoki mencoba mengikuti arah pandangan wanita tersebut, sebuah gedung, naoki tertegun ada seseorang disana. Hitam...

"Maaf, bisa kau lanjutkan?" polisi itu tampak bingung

"Orang? Orang apa?" polisi mengerjapkan matanya-kebingungan, dia memanggil salah satu temannya yang menggunakan jaket hitam yang sedang sibuk memotret tempat kejadian. Dan bicara serius sambil menunjuk-tunjuk wanita saksi yang hanya diam saja.

Naoki mendekati polisi tersebut dan mencoba bertanya "Maaf pak, bibi itu kenalanku, kami cukup dekat. Bisa kau jelaskan bibi kenapa?"

Awalnya wajah polisi tampak terganggu namun, salah satu rekannya mengatakan sesuatu "Begini nak, bibimu meninggal akibat penyumbatan saluran pernafasan. Namun ada kejanggalan pada saksi mata"

"Terakhir aku ke kedainya sekitar 2 minggu lalu aku merasa dia sedang sakit. Wajahnya pucat dan sering terbatuk, jadi sepertinya .."

"Iya nak, ini hanya kematian yang terlalu mendadak. terimakasih nak" mereka berlalu menuju mobil polisi mereka.

Naoki kembali menoleh kearah wanita yang duduk dan bicara dengan yang lainnya seakan tidak terjadi apa-apa. Lalu diatap gedung itu.. sudah tidak ada siapa-siapa.

***

Seharian Naoki tertegun di depan layar televisi, matanya memang melihat tapi pikirannya tidak disini. Masih memikirkan kejadian hari itu yang benar-benar misterius. Siapa si jubah hitam yang ku lihat itu? Kenapa yang lain seperti tak menyadarinya? Dan kenapa saksi mata seperti tiba-tiba lupa akan hal yang dia ketahui? Semakin dalam pikiran Naoki hingga  tak menyadari Makoto sudah berdiri disamping sofa yang ia duduki.

"Waah kau menonton film porno?" Naoki melompat kaget

"Makoto-sensei!!!!" mata Naoki melotot, sang guru hanya tertawa

"Melamun saja, kupikir kau menoton film porno makanya tidak menghiraukan bel" dia duduk di samping Naoki yang masih mengatur nafas "Apa yang kau fikirkan?"

"Tidak.. anu sensei. Kau percaya sesuatu yang hidup selain makhluk kasat mata?" Naoki diam sejenak, makoto mendelik

"Hantu?"

"Yah.. semacam itu"

"Kau dihantui? Takut ya? kalau takut tinggal bersamaku saja, kamar apartemenku masih banyak yang kosong.

"Bukan, bibi penjual ramen meninggal. Hasil penyelidikan polisi menyatakan penyumbatan pernapasan. Tapi riwayat kesehatan bibi tidak menujukan adanya sakit pernapasan"

"Hmm lalu"

"Aku hanya berpikir, bahwa ini aneh. Bibi tidak punya keluhan kesehatan, lalu kematiannya begitu mendadak"

"Bukankah banyak kasus kematian mendadak di Jepang akhir-akhir ini? Contohnya karyawan swasta meninggal di dalam trem sepulang kerja kemarin. Kau tidak lihat berita?"

"Bukan hanya itu, saat kematiannya aku melihat seseorang menggunakan pakaian serba hitam berlalu begitu saja, seakan semua orang tidak menyadarinya"

"Shinigami (dewa kematian)?" Makoto tertawa keras "Kau terlalu banyak nonton anime, seandainya iya mungkin orang-orang sedang panik makanya tidak menyadari ada orang aneh yang pakai baju serba hitam di musim panas begini.

"Iya iya.. tapi apakah mungkin ada orang yang lupa secara tiba-tiba?"

"Mungkin.. penyakit" Makoto melihat muridnya terdiam berfikir keras "Sudahlah, main aku sang detektifnya lain waktu saja. aku ingin bahas soal sekolah padamu"

"Keputusanku bulat .."

"Aku tidak suka yang bulat-bulat"

"Sensei..aku serius, aku merasa tidak ada gunanya aku sekolah" Naoki tertunduk matanya menerawang "Firasatku bilang.. hidupku tidak panjang"

***

Chapitre suivant