Dalam keheningan malam, Lizzy keluar dari dalam kamarnya.
Dia tidak bisa tidur nyenyak malam ini. Kejadian tadi pagi masih terngiang di kepalanya. Dia masih ingat betul saat darah menetes dari ujung mata pisau, yang baru saja ia hujamkan di perut seseorang.
Wajah memelas pria yang meregang nyawa tadi membuatnya merasa kasihan. Begitu pula raut wajah si gadis yang telah dibunuh oleh sang Ibu. Hal itu benar-benar membuat Lizzy iba. Hanya saja ketika ia mendengar pujian dari sang Ibu atas perbuatannya tadi, membuat Lizzy merasa senang. Apa lagi Arumi juga berkata jika perbuatannya tadi sudah benar. Membunuh orang jahat itu adalah kewajiban.
Setidaknya kata-kata itu yang Arumi coba tanamkan di benak Lizzy.
Walau sejujurnya Lizzy sendiri tidak yakin jika orang yang telah ia bunuh tadi adalah orang jahat.
Perlahan kakinya melangkah menuruni tangga.
Dia ingin melihat suasana malam di luar rumah.
Tak ada rasa takut sedikitpun.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com