"Terima kasih, telah memberikanku izin, Bu," ucap Mesya.
"Iya, Sayang, tidur yang nyenyak ya," ucap Arumi seraya mengecup kening putrinya.
Kemudian dia pergi meninggalkan Mesya sendirian di kamar.
"Ah, syukurlah, Ibu, percaya dengan ucapanku. Padahal aku tidak bisa tidur karna memikirkan, Kak David, bukan karna memikirkan, Kak Satria," gumam Mesya, dan dia kembali menarik selimutnya lalu memejamkan mata.
Drtt....
Ponselnya bergetar, sebuah notifikasi pesan masuk.
Mesya segera meraihnya, dengan kedua mata yang sepat karna mengantuk.
[Selamat pagi, Mesya,]
"Kak Satria, kukira siapa!" Mesya meletakkan ponsel itu lagi.
Tapi beberapa detik kemudian dia kembali meraihnya.
"Aku harus membalasnya!"
Dengan sigap gadis itu mengetik tulisan di keyboard ponsel.
[Aku sedang beristirahat, Kak,] tulis Mesya.
Satria kembali mengirimkan pesan lagi.
[Kau, tidak pergi ke sekolah?] tanya Satria.
[Tidak, aku sedang tidak enak badan,] jawab Mesya.
[Apa aku boleh ke sana?]
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com