Bel pulang sudah mulai terdengar, Mesya berjalan bersama Romi.
Mesya sangat bahagia, akhirnya hari ini Romi kembali ke sekolah lagi.
Meski selama di sekolah Romi tampak sangat murung, dan tidak banyak bicara.
"Romi," ucap Mesya.
"Iya, ada apa, Mesya?" tanya balik Romi kepada Mesya.
"Sejak kamu datang ke sekolah, wajahmu terlihat murung, apa ada masalah lagi?" tanya Mesya.
"Ah, masa sih, mungkin hanya perasaan kamu aja, Sya," ucap Romi beralibi, padahal apa yang katakan oleh Mesya itu benar adanya. Dia memang sedang berada dalam sebuah masalah besar.
"Rom, bukanya kemarin saat di telepon, kamu bilang akan menceritakan semuanya kepadaku?" sindir Mesya.
"Iya, tapi maaf, Mesya, sepertinya aku belum siap mengatakannya," jawab Romi.
"Kenapa?"
"Ya pokoknya belum siap, maafkan aku ya,"
"Apa semua karna kak David?"
Sejenak Romi terdiam, dia menatap sayuh ke arah Mesya.
"Kak David, itu memang aneh, dia kasar, dan jahat kepadaku," ucap Mesya. "Apa dia juga berbuat jahat kepadamu?" tanya Mesya.
Tentu saja hal itu bertolak belakang dengan pandangan Romi.
Justru David lah satu-satunya orang baik dalam keluarga angkat Mesya.
"Mesya ...."
"Iya, ada apa?"
"Sepertinya kamu sudah salah menilai terhadap, kak David,"
"Salah menilai? Salah menilai yang bagaimana?"
"Ya, kak David, itu tidak seburuk yang kamu bilang, justru Arthur—"
"Hai, Adik Cantik!" sapa Arthur dengan ramah kepada Mesya.
"Eh, Kak Arthur," sabut Mesya.
Entah dari mana asalnya, tiba-tiba Arthur muncul dan menghampiri mereka berdua.
"Kalian sedang apa di sini?" Arthur melirik ke arah Romi, lalu dia tersenyum tipis. "Dia teman mu ya?" tanya Arthur.
"Iya, Kak, namanya Romi, dia temanku, sejak kecil, sejak aku masih berada di panti dulu." Jawab Mesya.
"Wah, kamu pasti senang sekali ya, bisa bertemu dengan anak lelaki ini," ujar Arthur seraya melirik ke arah Romi lagi, sedangkan Romi langsung terdiam dan menunduk.
"Tentu saja, aku sangat bahagia Kak, Rasanya aku kembali mendapatkan keceriaanku yang sempat hilang," jawab Mesya sambil tersenyum.
"Astaga, senyuman mu itu benar-benar mempesona. Pantas saja David, tidak mau kehilangan senyuman itu," ujar Arthur lagi.
Mesya tampak mengerutkan keningnya karna mendengar ucapan dari Arthur, sungguh dia tidak mengerti maksud dari ucapan sang kaka itu.
"Maksud, Kak Arthur, apa?"
"Ah, entalah, aku kalau bicara memang suka melantur haha!" Arthur menepuk punggung Mesya dengan pelan. "Kalau begitu aku pergi dulu ya!" ucap Arthur seraya mengusap-usap sesaat rambut bagian atas Mesya.
"Iya, Kak," jawab Mesya.
"Kalau ada yang macam-macam katakan saja kepadaku," lirih Arthur.
"Baik, Kak," jawab Mesya lagi.
Setelah Arthur pergi barulah Romi berani mengangkat kembali kepalanya.
"Kenapa kamu kelihatan pucat begitu, Rom?" tanya Mesya.
"Ah, tidak kok, Mesya, aku hanya sedikit kurang enak badan saja," jawab Romi.
"Kamu masih sakit?" tanya Mesya seraya memegang kening Romi.
"Tapi sepertinya badan kamu tidak panas?"
"Ah, benarkah?"
"Iya, suhu badan kamu normal, Rom,"
"Ah, mungkin karna aku kurang minum air putih saja, makanya aku jadi pusing," ujar Romi.
"Kalau begitu, biar aku belikan air minum untukmu ya?"
"Ah, tidak perlu Mesya, aku sudah mau pulang, lagi pula, Pak Sarno, sudah menunggu di sana," ucap Romi seraya menunjuk ke arah mobilnya.
"Ah, ya sudah, kalau begitu hati-hati ya, Rom," ujar Mesya.
"Iya, Mesya, kamu juga berhati-hati ya," ucap Romi.
Mesya terlihat sangat bingung dengan sikap aneh Romi ini, terlihat jelas jika dia menyembunyikan sesuatu darinya entah apa itu.
Tapi Mesya tidak mau memaksakan diri untuk terus bertanya kepada Romi, dia takut jika Romi malah merasa tidak nyaman dengannya dan akan meninggalkan dirinya seperti Zahra.
Romi menatap wajah Mesya lewat jendela mobilnya, dia benar-benar tak ingin menyembunyikan ini semua, namun apalah daya, dia tidak bisa berbuat apa pun, karna hal itu akan membuat dia dan ibunya dalam bahaya.
Sejenak Romi membayangkan kejadian kemarin, di mana saat dia bertemu dengan David.
"Kenapa, Kak David, mengajakku bertemu di sini?" tanya Romi.
"Bukankah, kamu memang ingin bertanya sesuatu denganku?" tanya balik David.
Lalu Romi menganggukkan kepalanya.
"Iya ... benar, Kak, aku memang ingin bertanya sesuatu kepada, Kak David, tapi jujur aku tak berani kalau langsung bertatap wajah dengan, Kak David, begini," pungkas Romi.
"Duduk," perintah David.
Lalu Romi pun duduk.
Mereka bertemu di sebuah kafe, yang letaknya cukup dekat dengan kediaman Romi.
David sengaja mengajak bertemu di sini, karna dia tahu, Romi tak berani bertemu jika di suatu tempat yang letaknya terlalu jauh dari rumahnya.
"Kenapa, kemarin, Kaka, menolongku?" tanya Romi dengan tubuh yang mulai gemetar.
"Kamu sangat takut kepadaku ya?" tanya David.
"I-i-ya ...." Jawab Romi jujur.
"Kamu tidak perlu takut kepadaku, asal kamu tidak berbuat macam-macam maka kamu akan selamat," ucap David.
Suara David terdengar sangat santai dan rendah, tapi entah mengapa suara David terdengar menyeramkan bagi Romi.
"Maksudnya, apa, Kak?"
"Hufftt ... jangan pernah kamu membuat Mesya bersedih, jangan pernah kamu berbuat macam-macam dengannya, apa lagi sampai memakan bekalnya lagi!" tegas David.
"Tapi apa alasannya, Kak?"
"Lakukan apa yang aku perintahkan, kalau kamu dan ibumu masih ingin tetap hidup. Kami membiarkan kamu tetap hidup karna mengingat Mesya yang sangat menyayangimu selayaknya saudara," jelas David.
"Tapi, kenapa kalian ingin membunuhku, hanya karna aku memakna bekal milik Mesya? Apa alasannya?" tanya Romi lagi, yang masih dengan tubuh bergetar.
"Lakukan saja apa yang ku perintahkan! Kalau kamu dan ibumu ingin tetap hidup! Jangan mencari tahu tentang kami, karna keluarga kami itu tidak seperti yang kamu bayangkan!" ucap David lagi, kali ini dengan suara yang sangat tegas.
Dalam hati Romi tentu saja terus bertanya-tanya, hanya saja dia tak berani untuk bertanya lagi. Dia takut David akan semakin marah kepadanya dan akan terjadi hal-hal yang tidak dia inginkan.
"Sekarang aku akan pergi, jaga Mesya, bercandalah seperti biasa, dan tolong rahasiakan ini semua darinya!" tegas David sebelum pada akhirnya dia pergi.
Inilah alasan Romi merahasiakan semuanya dari Mesya, semua atas perintah David.
David memang terlihat sangat menyeramkan, tapi meski begitu Romi tahu, bahwa David adalah satu-satunya orang yang baik dari keluarga angkat Mesya.
Romi merasa bersyukur, dulu Ny. Arumi dan Tn. Charles telah menolak dirinya untuk di adopsi, mungkin kalau sampai dia benar-benar diadopsi, maka kurang lebih nasibnya akan seperti Mesya.
Hidup diantara orang-orang yang memiliki jiwa psikopat.
Tapi meski begitu, dia masih merasa takut dan khawatir akan nasib Mesya selanjutnya, entah apa yang akan terjadi kepada Mesya, dan mengapa mereka sangat melindungi Mesya sampai berlebihan seperti ini.
Mereka begitu aneh, seperti orang-orang yang memiliki kepercayaan sesat yang menggunakan Mesya untuk suatu hal.
Tapi entalah ... yang jelas ini adalah sebuah rahasia besar keluarga Davies, yang sama sekali tidak di ketahui oleh semua orang.
"Aku tidak mau, terjadi sesuatu dengan Mesya, tapi aku juga tidak mau terjadi hal buruk kepadaku dan Mama," gumam Romi.
To be continued.