webnovel

Bab89. Duel Pangeran

Bukan salah Han Xiao karena tertidur pulas, dia bahkan telah melupakan perjanjian duel dengan Yang Qianfan. Pikirannya bergerak jauh kedepan hingga dia melupakan beberapa hal yang ada di belakang.

Sebab itulah dia kini dengan santainya tertidur pulas, padahal saat ini sebuah pertarungan besar menantinya.

"Bangunkan dia, katakan padanga untuk secepat mungkin mempersiapkan diri," pinta Kaisar Yang Qian pada Yang Shui.

Gadis itu dengan tenang dan anggun mengangguk lalu melangkah dengan caranya yang sangat tenang, itu semua murni langkah kakinya tanpa dibuat-buat.

Kaisar Yang Qian menghela napas ringan, dia sungguh tidak mengerti bagaimana jalan pemikiran anaknya yang satu ini.

"Nak berikan aku tontonan yang baik," ujar Kaisar Yang Qian pada Yang Qianfan yang sedari tadi duduk diam di sebelah Kaisar Yang Qian.

"Pasti Ayah," jawab Yang Qianfan ringan, senyuman mengerikan muncul pada sudut mulutnya. Dia memiliki berbagai hal pada kepalanya saat ini.

***

"Apa yang kau lakukan huh!" Han Xiao menjerit kesal saat tubuhnya terbanting keras ke lantai, dia sedang bermimpi terbang menggunakan Kuai You Shengqi, tiba-tiba terjatuh membuat jiwanya tertarik secara spontan.

"Membangunkanmu, apalagi?" kata Yang Shui ringan, "Kau sulit sekali dibangunkan secara lembut maka dari itu aku mengangkatmu dan membantingmu."

Tangan Han Xiao bergerak seolah sedang meremas kearah Yang Shui, dia sungguh kesal dengan prilaku gadis itu padanya. Seolah senang sekali menyiksanya secara perlahan dan hoby gadis itu mengganggunya.

"Ayolah aku ingin tidur!" geram Han Xiao sungguh gemas.

"Ayah memanggilmu, apakah kau lupa hari ini adalah hari duel antar kau dan Qianfan?" ujar gadis itu heran.

"Ah aku lupa." Han Xiao menepuk keningnya, dia terlalu asik dengan hal-hal yang dilakukannya sehingga lupa bahwa hari ini dia akan mendapatkan panen besar.

"Zhaa! Apakah kau akan menonton pertunjukan?!" pekik Han Xiao seraya menggoyangkan tubuh Ne Zha yang sedang tertidur pulas.

Pemuda itu menjawab dengan lambaian tangannya, seolah tidak perlu dia menonton pertandingan membosankan baginya.

"Ayo cepat ke arena!" Han Xiao meraup Yang Shui kedalam pangkuannya dan berlari sangat kencang.

Yang Shui terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Han Xiao.

"Hey persiapka dulu dirimu, apakah kau akan menghadap Ayah Kekaisaran dengan wajah bangun tidur dan baju yang berantakan seperti ini?" Yang Shui yang ada dalam pangkuan Han Xiao berteriak agar pemuda itu mendengarnya, sebenarnya hal itu tidak dibutuhkan karena jarak antar wajah mereka hanya benerapa senti saja.

Han Xiao tidak menghentikan langkahnya, dia hanya tersenyum kecil kearah Yang Shui dan berlari lebih cepat menuju Arena Pertarungan.

Mata Yang Shui memperhatikan dengan jelas setiap inci wajah Han Xiao, pemuda itu sangat riang dan tanpa beban. Dari raut wajahnya terlihat pemuda itu hidup dalam sebuah kebebasan dan kesenangan yang sesuai dengan hatinya.

Yang Shui bisa membaca setiap raut wajah prang yang ditemuinya dengan cepat, dia bahkan bisa mengetahui seseorang yang berbohong hanya dengan kedutan pada wajah saja.

Saat dia menatap wajah Han Xiao dia menemukan sebuah kepolosan disana, suasana riang pemuda itu seolah menyalur bagaikan listrik tegangan rendah yang mulai menginfeksi tubuhnya. Yang Shui bisa merasakan hatinya mulai menjadi lebih tenang dan senang. Ini perasaan baru untuknya.

Mata Yang Shui tidak teralihkan dari wajah riang Han Xiao, tak sampai setelah pemuda itu menghentikan langkahnya dan memergoki Yang Shui yang tengah menatap wajahnya.

"Aku tahu aku tampan, tapi sebaiknya aku menurunkanmu karena aku akan langsung ke Arena," kekeh Han Xiao penuh percaya diri.

Yang Shui mendengus ringan sebelum turun dari pangkuan Han Xiao, dia merapihkan rambut dan pakaiannya yang nyaris berantakan sebelum pergi menuju lantai dua tempat Kaisar Yang Qian berada.

Sedangkan Han Xiao duduk disana menatap ke Arena Pertarungan.

"Biar dia yang muncul terlebih dahulu, aku ingin tahu apa saja yang di ucapkan jika aku belum datang," gumam Han Xiao dengan wajah mengantuk yang khas.

***

Yang Qianfan menggenggam tangannya, dia sungguh tidak sabar untuk berduel dengan Han Xiao yang menjadi batu sandungannya.

Dia akan membuat Han Xiao bertekuk lutut! Dia akan memukuli Han Xiao dengan sangat mengerikan! Dia akan membunuh Han Xiao! Seluruh pikiran panas berputar di kepala Yang Qianfan. Kali ini dia akan menyingkirkan pemghalang pandangan Ayahnya padanya yaitu Han Xiao!

Dengan hati yang penuh gejolak dia segera meminta ijin pada Kaisar Yang Qian untuk masuk kedalam Arena Pertempuran. Jawaban Kaisar Yang Qian hanya gelengan pelan, hal itu membuatnya semakin terpuruk.

Gigi Yang Qianfan terkatup beradu dengan keras, dia melompat turun dari lantai dua menuju Arena Pertempuran secara langsung.

Sorak sorai memenuhi stadium penonton, mereka menyorakan nama Yang Qianfan untuk menyemangati Pangeran pertama tersebut.

Yang Qianfan melambaikan tangannya ringan untuk memberi jawaban pada penyemangatnya.

Disisi yang tak jauh dari Yang Qianfan, sosok pemuda dengan wajah yang sangat mengantuk menatap Arena Pertarungan.

"Jika saja ini bukan panen, aku lebih memilih tidur. Hoaaaam..." Han Xiao menguap pada akhir kalimatnya, dia masih menatap kearah panggung.

Sudah beberapa menit berjalan namun tidak ada hal yang diinginkan Han Xiao, dia semoat berpikir Yang Qianfan akan berteriak-teriak meledeknya karena tidak muncul. Seperti novel yang dibacanya di dunia sebelumnya.

"Sepertinya aku kebanyakan membaca novel dan komik fantasy," gumam Han Xiao serata menggelengkan kepalanya.

Segera saja pemuda itu berjalan dengan gontay menuju Arena Pertarungan, sungguh perbedaan yang sangat jauh ketika Yang Qianfan hadir pemuda itu terbang dari lantai dua dengan penuh semangat tempur. Berbanding terbalik dengan Han Xiao yang berjalan gontay tanpa ada sedikitpun semangat bertarung.

Hanya sedikit yang memberi sorak sorai pada Han Xiao, mereka adalah keluarga dari Jenius yang diselamatkan oleh Han Xiao, diatas walaupun Yang Shui tidak berteriak tapi tangannya yang terkepal dan mengacung keatas tanda memberi Han Xiao semangat membuat pemuda itu terkekeh pelan.

Sesampainya Han Xiao di Arena Pertempuran dia langsung menatap Yang Qianfan.

"Dasar lemah, sampah sepertimu memang tidak memiliki semangat bertarung!" cela Yang Qianfan.

Han Xiao tersenyum kecil dengan jengah, dia menatap lekat pada Yang Qianfan sebelum menjawab, "Kau tidak cukup kuat untuk membangkitkan semangat bertarungku, kau bahkan merusak istirahatku hari ini. Hoaaaam." Han Xiao kembali menguap tanda mengantuk.

Seluruh penonton tercengang dengan perkataan Han Xiao, walaupun itu tidak keras tapi sebagai Kultivator mereka bisa mendengar jelas.

"Kau takut?" ejek Yang Qianfan.

"Takut? Itu tidak ada dalam kamus bahasaku, yang ada dalam kamus bahasaku adalah keberanian," ujar Han Xiao.

"Kita mulai secepat mungkin dan akhiri seceoat mungkin," lanjut Han Xiao dengan bosan.

Chapitre suivant