webnovel

YANG MUDA JATUH CINTA

Laela hanya gadis Solo yang sejak kecil dirawat sang nenek. Sutinah ibunya sejak ia kecil sudah merantau ke Jakarta untuk bekerja. Sampai akhirnya ketika neneknya meninggal Sutinah membawanya ke Jakarta. Awalnya ia takut karena katanya orang Jakarta itu sombong. Ia takut majikan Ibunya jahat dan sombong. Tapi, ternyata saat ia tiba keluarga Arjuna dan Zalina ramah luar biasa. Waktu itu Arlina baru saja berusia 8 bulan. Dan, karena tidak ada Baby sitter, maka Laela pun menjadi baby sitter nya Arlina.

Semua keluarga baik, termasuk anak-anak Arjuna dan Zalina yang lain. Tapi, akhir-akhir ini Laela merasa terganggu oleh seseorang. Yang menurutnya tidak boleh dan tidak pantas untuk ia cintai. Tapi, semakin ia menghindar semakin kuat perasaan itu. Jika ada di dekatnya ia merasa begitu berdebar dan salah tingkah.

"Kok sepi, yang lain kemana La?"

Laela yang sedang melamun di dekat kolam renang tersentak kaget. Selama beberapa detik ia hanya bisa menatap wajah tampan di hadapannya.

"Ditanya kok bengong?"

"Eh, aduh maaf den. Eh, Mas...aduh!"

"Kebiasaan deh, kenapa selalu gugup kalau di depan saya?" tanya Dominic sambil menggelengkan kepalanya.

"Maaf, Den."

"Mas! Berapa kali saya bilang, saya nggak suka dipanggil aden. Panggil Mas Dom saja kenapa sih. Trus ngapain kamu sore-sore ngelamun di pinggir kolam renang? Ini hampir maghrib. Lebih baik kamu mandi lalu siap-siap solat."

"Saya sedang berhalangan, Mas."

"Ya sudah, saya tadi tanya. Seisi rumah ini ke mana? Kenapa sepi?"

"Pak Aruga dan Ibu pergi ke Mall sama Ibu sepuh dan Ibu saya. Mas Raja dan Mbak Ratu belum pulang dari Bogor. Mbak Calista belum pulang sejak siang tadi."

"Calista sejak siang?"

"Tadi non Calista pulang makan siang. Habis itu kan ada kuliah jam 3 sore. Nah, sampai sekarang belum pulang."

"Jadi hanya kita berdua di rumah ini?"

"I-iya den, eh Mas."

"Saya mau mandi, kamu bisa tolong bawakan teh hangat ke kamar saya?"

"Iya, boleh Mas."

"Ya sudah, kalau ada sama cemilan sekalian."

"Ada macaroni schotel, Mas di kulkas."

"Ya sudah, panaskan sekalian di Microwave trus bawa ke kamar saya."

Laela mengembuskan napasnya perlahan.

"Panjang umur, lagi mampir di pikiranku, eh orangnya muncul," gumam Laela.

Setelah semua pesanan Dominic siap Laela langsung membawanya ke kamar Dominic. Saat ia masuk setelah mengetuk pintu tampak Dominic sedang mengerjakan sesuatu di mejanya. Dia hanya mengenakan celana pendek dengan t-shirt yang pas membentuk tubuhnya yang atletis membuat Laela menatap tak berkedip.

"Mas, ini teh nya."

"Tolong taruh di atas nakas samping tempat tidur."

Laela pun segera meletakkan isi nampan yang ia bawa ke atas nakas. Namun saat ia berbalik ia menabrak tubuh Dominic yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya. Jantungnya terasa berdetak kencang, ia memberanikan diri menatap wajah tampan di hadapannya itu. Keduanya saling bertatapan dan Laela hanya pasrah saat perlahan Dominic menundukkan kepalanya sedikit lalu mengecup bibirnya, awalnya hanya mengecup tapi lama kelamaan bibir mereka saling menaut dan berpagutan. Hingga akhirnya Laela pun mendorong tubuh Dominic.

"Maaf, Laela. Aku harus bilang kalau aku mencintaimu," kata Dominic. Ia menarik tangan Laela dan membawa gadis berwajah manis itu ke dalam pelukannya.

"Tapi, saya nggak pantas, Mas. Saya ini hanya anak pembantu di rumah ini. Apa kata Papi dan Maminya Mas. Saya hanya akan menjadi orang yang tidak tau membalas budi."

Laela pun segera berlari keluar dari kamar Dominic. Ia langsung ke dapur dan meredakan napasnya yang terasa tersengal. Ciuman tadi sudah memabukkan, membuat seluruh tubuhnya dialiri kehangatan yang luar biasa nikmat. Bahkan ada sesuatu dalam dirinya yang terbangun ingin merasakan sentuhan yang lebih.

"Ah, kau ini kenapa tidak tau diri, Laela!" serunya kesal.

"Siapa yang tidak tau diri?"

Laela tersentak kemudian berbalik, ia kaget saat melihat Calista sudah berdiri di belakangnya sambil mengerutkan dahi.

"Eh, non sudah lama pulang?"

"Baru saja. Kok sepi?"

"Ibu saya ke Mall sama Pak Aruga, Bu Arasy dan Ibu sepuh. Mas Raja dan Mbak Ratu belum pulang, Mas Dominic di kamarnya baru pulang dan baru saja mandi."

Calista menautkan kedua alisnya.

"Bagaimana kau tau kakakku baru mandi?"

"Saya barusan mengantarkan teh dan cemilan ke kamarnya, non."

"Oh, aku mau juga teh hangat ya. Tolong ya Laela cantik, bawakan ke kamarku. Aku mau mandi kemudian solat maghrib, aku lelah sekali."

"Iya boleh non. Ada maconi schotel dan dessert box di kulkas kalau non mau."

"Desert box nya aku mau."

Laela pun mengangguk dan segera membuatkan apa yang diminta Calista sementata gadis itu berlalu ke kamarnya. Sekilas, Laela menyentuh kembali bibirnya, ia masih merasakan manisnya bibir Dominic di sana.

Menjelang pukul tujuh malam Aruga dan Arasy datang dengan banyak belanjaan. Laela dengan sigap membantu. Tak lama Raja dan Ratu juga pulang dan mereka pun ikut membantu menurunkan semua belanjaan.

"Borong ni, Ma?" tanya Ratu.

"Kulkas hampir kehabisan bahan makanan, jadi Mama belanja. Kalian kok baru pulang, sih?"

"Raja mampir dulu ke tempat pacarnya. Dan, aku hanya jadi obat nyamuk," jawab Ratu kesal. Arasy hanya menggelengkan kepalanya mendengar jawaban sang putri.

"Laela, Dominic dan Calista mana?" tanya Arasy.

"Mereka ada di kamarnya masing-masing, Bu. Mas Dom sepertinya sibuk, tadi saya mengantarkan teh dia sedang gambar-gambar apa gitu,Bu. Kalau non Calista di kamarnya mungkin nonton televisi. Katanya dia lelah seharian."

"Panggilkan mereka, kita makan malam bersama. Saya beli pizza dan pasta kesukaan mereka, ayo kita makan sama-sama," kata Arasy.

"Biar aku aja yang panggil Mas Dom dan Calista, Ma," kata Raja sambil melesat pergi.

Laela diam-diam bersyukur. Ia masih gugup jika harus berhadapan dengan Dominic kembali. Rasanya ada yang salah, ia takut sekali.

"Kamu kenapa, Laela? Kok seperti orang linglung begitu?" tanya Aruga.

"Nggak, Pak. Saya baik-baik saja. Hanya saja, saya sedang halangan jadi mungkin sedikit pusing."

"Ibu ada jamu di kulkas untuk datang bulan, diminum saja, La. Kamu tinggal panaskan," sahut Khanza.

"Suwun, Ibu sepuh."

"Iya, sama-sama."

Dan, hati Laela kembali berdebar saat Dominic tampak menuruni tangga dan melirik padanya sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Waah, pizza nih. Dari mana saja sih? Aku pulang sepi," kata Dominic.

"Ya ini Ibu-Ibu kalau belanja kan, tau sendiri Kak," jawab Aruga.

"Wah, kalau nanti aku punya istri wajib ya, Om temenin belanja?'

"Wo ya jelas, dari pada nggak dapat jatah nanti."

"Jatah apa ini?"

"Mas! Apa-apaan sih?!" hardik Arasy.

Aruga hanya tertawa kecil melihat istrinya cemberut.

"Kamu ini kak, bilang istri. Memang sudah move on dari yang kemarin bikin nabrak pohon dan dua bulan pake kruk itu?" tanya Arasy.

"Udah, dong Tante. Malah aku udah menyatakan perasaan hatiku, tapi, aku nggak tau dia mau apa nggak sama aku. Masih abu-abu, tapi aku sempat mencuri kecupan dari bibirnya dia nggak nolak, tapi habis itu malah berlari menjauh. Aku kan galau Tante, sebenarnya dia mau atau nggak sama aku," kata Dominic membuat pipi Laela memerah.

Dan, semburat merah di pipi Laela itu rupanya tak luput dari perhatian Calista.

Chapitre suivant