webnovel

JATUH CINTA

Meski tidak terlalu paham dengan sikap Calista, Zalina pun membiarkan Elena satu mobil bersama Dody. Sementara Dominic hanya merengut kesal. Ia tidak masalah jika Dody memang mencintai Elena, tapi ia takut Dody kecewa dan meninggalkan Elena jika tau kondisi Elena sekarang. Dominic hanya tidak mau Elena merasakan sakit hati lagi.

"Padahal, di mobil kita juga masih cukup kok, Kak. Kenapa harus Elena juga yang ikut mobil Dody?" tanya Arjuna.

"Mas Dody itu sudah lama menaruh hati pada Kak El, Papi. Hanya saja, Kakakku yang paling tampan ini, sudah seperti bodyguard yang menghalangi siapapun untuk mendekati adiknya."

"Aku hanya ingin menjaga kalian berdua,tau," elak Dominic.

"Halah, kau kan bisa pancing-pancing Mas Dody. Tapi, ini nggak, serba ketakutan. Mas Dody itu anaknya baik, Kak. Lagi pula kakak sudah lama bersahabat dengannya, kan."

"Tetap saja, terkadang jika persahabatan menjadi ikatan saudara malah akan canggung."

"Siapa bilang, Kak? Kakak kenal Om Leo kan? Om Leo itu kakak dari istrinya Om Rendy loh. Om Rendy sahabat Om Leo sejak mereka masuk akademi Kepolisian. Tapi, sampai akhirnya mereka menjadi ipar hubungan mereka tetap baik. Om Rendy tipe suami setia, itulah sebabnya Om Leo mempercayakan adik satu-satunya menikahi sahabatnya," kata Zalina.

Dominic terdiam, ia ingat Leo adalah Komisaris Polisi yang dulu cukup dekat dengan Zalina. Dan, dua tahun yang lalu baru saja pensiun.

"Mami, bagaimana proses hukum Mike?" tanya Dominic.

Zalina langsung menoleh pada Calista.

"Kak, kau sudah cerita? Kan, Mami bilang nanti saja."

"Tidak apa, Mami. Kalau Mami berpesan supaya Cal tidak bercerita dengan alasan kesehatanku, aku tidak apa-apa kok. Hanya kakiku saja yang retak, bukan penyakit parah juga. Aku sudah tau semuanya, Mami."

Zalina menghela napas panjang.

"Minggu depan sidang pertamanya. Kita lihat saja akan membusuk berapa lama dia di dalam penjara."

"Aku pasti akan menghadiri sidang itu, Mami."

"Dengan catatan tidak emosi, Kak."

"Iya, Mami."

"Jadi, bagaimana dengan Dody? Dia anak yang baik kan, Kak?" tanya Arjuna.

"Kita semua tau dia baik. Tapi, aku hanya sedikit ragu apakah dia mau menerima kondisi Elena yang sekarang atau tidak. Sejak lama aku tau kalau dia memang memendam rasa pada Elena. Tapi, dia tidak mau mengatakan apa-apa. Mungkin dia tidak enak padaku."

"Jika dia memang lelaki yang baik, maka dia akan menerima kak El dengan berbesar hati. Karena, yang ia lihat bukan hanya keperawanannya saja. Tapi, juga hati dan kenaikan. Cinta sejati itu tidak menuntut apa-apa," kata Calista.

Dominic mengacak rambut adiknya.

"Bicara cinta, kau sendiri jomlo."

"Aku tidak mau pacaran, kak. Aku mau punya suami seperti Papi, yang berani meraih hatiku dan menyentuhnya dengan cinta," jawab Calista yang disambut gelak tawa Arjuna dan Zalina.

"Kalau modelnya kaya Papi, unlimited loh, Cal," jawab Arjuna.

"Ya di jamannya. Papi masih muda, di masa sekarang pasti ada satu atau dua, Papi. Masa nggak ada sama sekali. Aku tu maunya ya, kaya Mami dulu nggak punya pacar, berkarir jadi pengacara sukses dan jujur. Biar jodoh itu datang menghampiri sendiri. Nggak kaya kamu juga, kak. Masa gara-gara wanita bawa mobil aja sampai nggak bisa bedain pohon sama jalan. Pohon lagi diem kamu tabrak, nggak jelas banget," kata Calista tidak mau kalah.

"Tuh, liat udah sama kayak Mami sekarang, kalau ngomong nggak pernah mau kalah," sahut Arjuna.

"Wo ya jelas, Calista kan anak Mami. Pastilah mirip Maminya, memang harus begitu, nak. Kita harus jinak-jinak merpati pada kaum lelaki. Buat mereka penasaran dan mengejar cinta kita. Karena sesuatu yang diperoleh dengan perjuangan itu akan sayang untuk dilepaskan," ujar Zalina.

"Iya, seperti dulu Papi mengejar cinta Mami kalian. Dapatnya susah, jadi sampai sekarang Papi nggak mau lepas. Habis dulu Mami kalian ini judes setengah mati. Liat Papi aja matanya mendelik-delik. Apa lagi kalau sudah buang muka, duh benar-benar menantang untuk ditaklukkan. Untung akhirnya mau jadi istri."

"Ya abis kamu paksa aku di tepi jurang, Mas. Aku kan takut kamu dorong, kalau aku mati siapa yang jaga anak-anakku."

"Ya, kalau niat aku nggak akan dorong kamu, tapi kita terjun sama-sama. Biar aku kejar cintamu di dunia lain, sayang."

"Mas, nggak malu gombal di depan anak-anak."

"Anak-anaknya juga udah besar, ngerti kok kalau Papinya lagi buat Maminya meleleh, ya nggak, Dom, Cal?"

"Anggap aja kami lagi tidur, Papi," kekeh Dominic, sementara Calista sudah terkikik geli.

Sementara di dalam mobil Arjuna tercipta suasana yang hangat dan penuh kemesraan, suasana canggung justru tercipta antara Dody dan Elena.

"El, kok dari tadi diem?"

"Aku nggak ngerti harus bilang apa, Mas."

"Ya cerita aja, biasanya kamu itu paling cerewet, loh."

"Mungkin aku yang sekarang akan lebih pendiam, Mas. Aku bukan lagi aku yang dulu Mas kenal."

Dody menghela napas, ia melirik ke arah Elena. Ingin sekali saat ini ia merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya dan mengatakan bahwa ia mencintainya. Tapi, itu tidak mungkin ia lakukan sekarang. Dody mengerti bahwa Elena saat ini pasti masih merasakan kepedihan.

"Kemarin kau sakit? Mamimu bilang kau kecelakaan," pancing Dody.

"Kau tau apa yang terjadi padaku?"

"Memangnya kau kecelakaan apa? Aku tidak tau secara pasti. Hanya saja saat Mamimu menjenguk Dom di rumah sakit, aku sempat bertanya kau sedang apa. Katanya kau masih di rumah sakit juga karena kecelakaan."

"Iya, Mas. Aku..."

"Aku...? Kok nggak di teruskan?"

"Nggak apa-apa Mas."

Elena membuang pandangannya keluar. Ia tidak ingin Dody tau apa yang saat ini ia rasakan.

"El, boleh aku jujur?" tanya Dody.

"Silahkan saja, Mas."

"Aku berteman dengan Dom sudah lama. Dan jujur saja, aku sudah lama juga memendam perasaan yang selama ini tidak bisa aku ungkapkan pada salah seorang adiknya. Aku memang pengecut untuk mengakui perasaanku ini. Tapi, sepertinya aku harus mengungkapkannya kepadamu. Siapa tau kau bisa membantu," kata Dody.

Elena menghela napas panjang, "Kau menyukai Calista? Aku bisa membantumu Mas, jika memang kau benar-benar menyukainya. Dia memang sedikit angkuh dan menyebalkan pada lelaki. Tapi, hatinya baik kok. Dia itu anak yang penyayang, dan juga bijaksana. Kau mau aku menjadi comblang kalian?"

"Tidak perlu mengatakan apa-apa kepadanya, Elena."

"Jika tidak mengatakannya bagaimana dia akan tau perasaanmu?"

"Tidak perlu dia tau perasaanku."

"Kau ini aneh,kau mau mengatakannya padaku, tapi tidak kepada Calista. Bagaimana jika dia di ambil orang?"

"Tidak masalah, karena yang aku cintai bukan dia. Tapi, dirimu."

Chapitre suivant