webnovel

2. Dasar penguntit

A kini tengah sibuk berdandan di depan cermin. Rambut tebal ala koreanya ia cat menjadi biru keunguan. Ia nampat perfect malam ini. Seperti yang telah disepakatinya, A akan pergi ke acara ulangtahun Guan malam ini. Ia berpikir bagaimana cara melayani seorang tamu istimewa seperti dia.

Pasti sangat menyenangkan. Bukan hanya itu, ia juga mengajak kakaknya dan Aksel untuk ikut ke acara tersebut.

Setelan jas hitamnya, membuat A seperti orang penting. Jelaslah, A adalah Mr. A sang tuan muda.

Setelah bersiap dengan dirinya, A kemudian turun menemui kakaknya dan Aksel diruang tamu. Sesampainya, ia disambut dengan tatapan tak percaya dari Gilang dan Aksel.

"Yaampun! Lo beneran A, adik gue?" tanya Gilang tak percaya.

"Berhenti membuatku naik kuping kak. Sudah tentu ini aku A, adikmu," jawab A dengan sombongnya.

Aksel menepuk bahu A. "Gadis-gadis akan mengerumunimu setelah melihat gayamu seperti ini. Seperti semut yang mengerumuni gula," ucap Aksel datar.

"Hei, ayolah jangan memujiku seperti ini. Dan kau Aksel, sepertinya pujianmu itu mengejekku."

"Tahu? Baguslah," ujar Aksel.

"Yasudah ayo kita jalan," ajak Gilang. Mereka kemudian menaiki mobil ferrari berwarna hitam dan melesat meninggalkan perkarangan mansion A dan Gilang.

Butuh setengah jam diperjalanan, A dan kedua sahabatnya pun sampai di tempat tujuan. Mereka keluar dari mobil dan benar juga yang diramalkan oleh mereka bertiga bahwa mata kaum hawa langsung tertuju oleh mereka bertiga. Jujur, itu tidak membuat A senang. Malah muak dengan tatapan genit para tante-tante ular itu.

"Jangan menatapku seperti itu! Aku masih remaja bukan om-om yang memuaskan nafsu kalian!" tukas A kepada salah seorang wanita berpakaian kurang bahan yang menggodanya dengan tatapan genit itu.

Sontak, wanita itu diam seribu bahasa. Begitu pula dengan para wanita yang sempat mendengar perkataannya.

Gilang yang melihat tatapan A yang tajam kepada wanita-wanita itu segera mengelus rambut A. "Ayolah vulgar sedikit saja." A memutar bola matanya dengan malas.

Sungguh! Ia sangat tak suka menjadi pusat perhatian seorang wanita. Ia tidak suka! Sudah cukup!

Seorang pelayan menyuruh A dan kedua sahabatnya untuk duduk di kursi bagian depan, khusus untuk para tamu VIP.

"Pak, Den Guan meminta kalian untuk duduk di kursi ini. Tempat ini khusus tamu VIP," ujar Pelayan itu dengan sopan. Tanpa ragu ketiga pria itu mengangguk lalu duduk dengan keperawakan yang sangat angkuh.

Pesta segera dimulai. Seorang MC atau pembawa acara menaiki altar. Tak ingin berlama-lama, MC langsung memanggil seseorang yang berulangtahun hari ini.

"Guan. Tuan muda kita yang berulangtahun hari ini silakan naik ke altar," ucap sang MC.

Guan menaiki altar disambut dengan tepuk tangan yang meriah. Fans-fans wanitanya sudah berteriak tidak jelas karena sangat mengidolakan Guan. Guan bukan hanya pintar, tetapi juga sangat tampan. Namun, jika dilihat lebih detail Alah yang paling tampan disekolah lencana bangsa. Hanya saja, A tidak diidolakan banyak gadis karena sifatnya yang cenderung sombong dan suka menghina.

Guan tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah para hadirin. Tiba saat itu, intensnya tak sengaja melihat A dan kedua sahabatnya yang juga menatapnya.

Dalam hati Guan berkata, "Berani juga anak itu datang. Lihat saja nanti."

Tiba-tiba kedua orangtua Guan naik ke atas altar dengan membawa kue ulangtahun.

"Selamat ulangtahun Guan!" ucap kedua orangtua Guan dengan serempak.

"Mami, Papi!" Lelaki itu langsung berhambur ke dalam pelukan orangtuanya. Keadaan semakin menjadi haru, saat orangtua Guan menciumi semua wajah Guan. Yah, ini adalah hari bahagia untuk Guan, bukan pada ulangtahunnya yang dirayakan dengan mewah. Namun, atas kehadiran kedua orangtuanya yang begitu ia rindukan.

Kedua orangtua Guan sudah berpisah cukup lama, tetapi meski mereka berpisah, kasih sayang mereka kepada Guan tak pernah berakhir. Ayahnya selalu menyita waktu untuk berkumpul bersama Guan yang tinggal bersama ibunya. Itulah mengapa Guan tidak pernah menjadi anak brokenhome.

Setelah acara pemotongan kue, MC menyuruh para hadirin untuk menikmati hidangan yang telah tersedia. Kini musik disetel menjadikan suasana makin indah dan romantis. Banyak yang memiliki pasangan berdansa setelah menikmati hidangan. Ada juga disudut acara yang malah bercumbu dengan mesra.

A yang berstatus jomblo hanya bisa melihat saja. Meski risih, ia terpaksa memendam semua itu. Terlebih saat kakaknya Gilang yang hampir saja mencium paksa seorang gadis.

"Kakak! Hentikan!" seru A dengan lantang. Ia menarik kakaknya agar menjauh dari gadis itu.

"Apa-apaan sih A. Kakak ingin bersenang-senang dengannya," cetus Gilang yang sepertinya mabuk akibat minum-minuman keras.

"Aksel!" A memanggil Aksel yang sibuk meminum jus pokat. Mendengar itu Aksel langsung menghampiri A dan Gilang. Aksel mengambil alih Gilang yang sudah mabuk berat.

"Jaga dia. Aku mau menghampiri Guan dulu." Aksel mengangguk.

"Dasar pemabuk!" gerutu Aksel kemudian menggendong Gilang layaknya karung beras dan membawa lelaki itu ke dalam mobil.

Di tengah perjalanannya menemui Guan, A tiba-tiba berhenti saat melihat seseorang yang tidak begitu asing di matanya. Tanpa ragu, A menghampiri seseorang itu yang merupakan seorang gadis.

Sontak, betapa terkejutnya ia saat melihat gadis itu yang tak lain adalah Jie yang selalu mengganggunya di sekolah. Namun, yang aneh bagi A adalah penampilan gadis itu.

"Hei, kau kehabisan obat ya?" tanya A.

"Ah? Ya? Kau? Kau ngapain di sini?" Saat gadis itu berbalik betapa terkejutnya ia saat melihat A.

"Aku yang seharusnya bertanya, kau ngapain di sini?" A dengan sarkas bertanya lagi.

"Yah ngapain lagi kalo bukan ke acara ulangtahun Guan. Lo nguntit gue ye, 'kan? Dasar penguntit!" sentak Jie.

Jie Adora itulah nama aslinya. Gadis cantik berambut pendek seleher ini merupakan teman Alister lebih tepatnya pengganggu hidup Alister. Entah kenapa dari kelas X, Jie selalu mendekati A dan membuat lelaki itu jengkel akan sifatnya. A juga tidak tahu asal-usul kenapa gadis itu selalu menguntit hidupnya. Ehk, tiba-tiba saja A malah dikatain penguntit.

"Aku penguntit?" A menunjuk dirinya sendiri. "Kau penguntit! Malah nuduh sembarangan. Kau harus tahu aku tidak pernah mengganggu kehidupan seseorang," ucap A penuh penekanan.

"Terserah lo deh!" ujar Jie gelegapan dan berlalu meninggalkan A begitu saja.

A menaikan alisnya sebelah. "Pakaian yang aneh," batinnya.

A kemudian berjalan menemui Guan yang sedang berbicara dengan teman-temannya.

"Ehk Alister." Sambut Guan langsung memeluk A. Begitu juga dengan A yang membalas pelukan Guan.

"Hei semuanya! Kenalkan ini teman gue," seru Gilang memperkenalkan A. Sedangkan A hanya tersenyum sinis.

"Guan terimakasih atas jamuan istimewanya." Guan mengangguk.

"Saya ingin mengucapkan bahwa Guan ini adalah teman yang sangat baik. Namun, dia tidak akan pernah bisa mengalahkanku. Jujur saja, Guan bukan tandinganku," tutur A dengan menatap Guan begitu tajam.

Tak mau berlama-lama, lelaki itu langsung meninggalkan Guan serta para hadirin yang bungkam tiba-tiba.

Kalian bingung gak. udah ikutin aja. sebagian babnya udah aku perbaharui

Widhi_7581creators' thoughts
Chapitre suivant