Di bawah remang-remang bulan yang indah, sekarang Noir berdiri di samping Roseline di atas jembatan. Menatap aliran sungai yang deras dan berisik. Wajah Roseline masih memerah seperti sebelumnya, namun dia sudah cukup tenang dibandingkan tadi.
Untuk Noir sendiri. Ia merasa bersalah karena sudah melihat apa yang seharusnya tidak ia lihat. Ya, sebaiknya ia mengurung diri di dalam kamar dan tidak keluar sampai pagi waktu itu.
Tapi jika boleh jujur, aku akan mengatakannya berkai-kali bahwa suara Roseline sangatlah merdu. Jika di dunianya sebelumnya, Roseline mungkin dapat menduduki posisi teratas dalam penyanyi TOP dunia. Ya, dan kemungkinan seperti itu sangatlah tinggi.
Bagaimanapun juga situasi sekarang sangatlah canggung karena tidak ada yang mengatakan sepatah kata apapun.
"N-Noir! K-Kenapa kau bisa berada di tempat ini?"
"Bagaimana denganmu sendiri, Kapten?"
"Y-yah...." Roseline mengarahkan pandangannya kembali ke arah bulan dia atas mereka. "Aku hanya berpikir, bahwa bulan akan menjadi indah jika dilihat dari sini, ditambah dengan suara air yang berisik membuat hatiku menjadi tenang, bagaimana denganmu, Noir?"
"Aku..." Noir juga ikut memandang bulan. "Aku hanya tidak dapat tidur dengan baik,"
"Seperti itu, ya"
Setelah percakapan singkat itu, suasana menjadi hening kembali. Mereka sibuk memandang bulan yang saat ini cerah, Noir berpikir apakah bulan ini memang sungguhan? Kau tahu, lagipula ini adalah dunia lain. Bisa jadi sesuatu yang nampak nyata menjadi tidak nyata.
"Kapten..,"
"Kau bisa memanggilku Roseline saat kita hanya berdua saja, Noir."
Mereka berdua menatap dengan intens.
"Kau masih memikirkan tentang Tim A?"
Pertanyaan itu membuat mata Roseline melebar. Dia segera mengalihkan kembali pandangannya, kali ini melihat ke arah sungai yang mengalir dengan deras.
"Apa raut wajahku sangat mudah terbaca?,"
"Begitulah,"
"Seperti itu ya, sedari dulu aku memang tidak pandai untuk menutupi sesuatu. Jika kau mengatakan seperti itu, aku mengakuinya kalau aku masih tidak percaya bahwa Albert, Sofia, Paul, dan Gerald akan melakukan perbuatan berbahaya semacam itu. Padahal kami sudah bersama selama tiga tahun, tapi kenapa..." Roseline menjadi murung. Matanya menjadi berair, Noir melihatnya dalam diam dan tanpa ekspresi sedikitpun.
"Maaf... aku telah mengatakan hal yang aneh padamu," lanjut Roseline sambil mengusap air matanya dengan lengan tangannya. "Sekarang, lebih baik kita kembali ke penginapan. Udara akan semakin dingin di malam hari,"
Noir hanya mengangguk, dan tidak banyak bicara karena saat ini ia tidak memiliki kemampuan untuk menghibur gadis. Dia hanyalah seorang pemuda yang sedikit pandai dalam urusan bisnis, bukan ahli dalam mendalami perasaan gadis.
Noir mengikuti Roseline dari belakang, dan disaat yang bersamaan. Dari arah desa, terdengar suara lolongan serigala yang membuat tubuh Roseline langsung menegang. Tubuhnya bergetar, dan dia mendecakkan giginya dengan kesal.
"Noir, persiapkan dirimu untuk bertarung!"
***
Sementara itu di desa Velicia. Para warga mulai berhamburan berdiri di depan gerbang desa sambiloto membawa beberapa obor dan senjata yang seadanya, mereka menggunakan sekop, tombak untuk menangkap ikan, dan bahkan busur yang dibuat khusus untuk berburu.
Wajah mereka nampak geram, marah, sekaligus takut karena pertarungan ini akan memakan korban lagi nanti. Di depan mereka, sudah ada sekitar 70 Black Wolf yang baru saj keluar dari hutan. Mata serigala serigala itu merah menyala, dan dari mulut mereka meneteskan air liur yang banyak.
Para warga desa yang terdiri dari laki-laki merapatkan senjata yang dibawanya. Sambil menetapkan hati untuk melindungi anak dan istri mereka yang saat ini sedang sembunyi di rumah.
Ya, mereka tidak boleh mundur. Jumlah Black Wolf yang menyerang lebih banyak daripada yang sebelumnya. Jika seperti ini, bukan hanya kebun saja yang hancur, melainkan seluruh desa juga akan hancur karena invasi Black Wolf ini.
"Semuanya siapkan senjata kalian!" kata salah seorang warga desa.
Segera warga desa membentuk formasi, barisan paling depan adalah orang-orang berotot yang memiliki badan yang besar dan tinggi. Mereka juga memakai pakaian yang tebal, berguna sebagai tameng untuk menghambat pergerakan Black Wolf.
Sementara barisan kedua diisi oleh orang ornag yang membawa cangkul, sekop, maupun tombak runcing. Untuk barisan ketiga, diisi oleh orang-orang yang membawa busur. Mereka harus dilindungi karena mereka adalah penyerang jarak jauh.
"Se--"
"Tunggu!"
Sebelum salah satu dari pria warga desa mengatakan "serang!" Kalimatnya terhenti karena sebuah teriakan yang cukup keras dan melengking. Mereka semua mengalihkan perhatian pada sumber suara tersebut, dan ternyata ada seorang gadis yang memakai gaun one piece dan seorang pria petualang yang mengikutinya dari belakang, sedang berlari menuju ke arah mereka.
Para warga desa menyipitkan matanya dan memandang dengan benci pada kedua orang itu. Roseline dan Noir.
"Ada apa Nona muda, jika kau ingin berlindung segeralah masuk ke dalam desa."
"T-Tidak! Tunggu, kami disini karena ingin membantu kalian! Kami akan ikut bertarung dengan kalian semuanya!" jawab Roseline dengan nafas yang terengah-engah. Dia kelelahan.
Para warga desa memandang satu sama lain, karena mereka sepertinya memiliki dendam kepada kerajaan, seharusnya mereka akan menolak bantuan dari Roseline karena menganggapnya sebagai salah satu dari Ksatria Kerajaan. Namun, posisi mereka saat ini juga tidak diuntungkan, ditambah dengan keluarga mereka yang saat ini bersembunyi di rumah. Mereka harus bisa melindunginya.
"Baiklah!" Jawab pria tidak dikenal itu.
Roseline menghela nafas lega karena telah mendapatkan izin. Dia kemudian berbalik dan menatap Noir yang ada di belakangnya.
"Noir, aku akan memanggil yang lainnya. Mungkin mereka saat ini sedang tidur karena kelelahan, sampai saat itu tiba tolong bantu warga desa. Aku juga perlu untuk mengambil armor dan pedangku saat ini."
"Baik..."
Noir menjawabnya dengan Segera. Roseline menhangguk puas dengan jawaban itu dan mulai berlari pergi menuju ke arah penginapan untuk memangg Marvis, Novi dan juga Edward. Sementara itu Noir akan mengulur waktu bersama dengan warga desa hingga mereka tiba.
Setelah punggung Roseline tidak terlihat lagi, Noir mengeluarkan pedang Goblin dari Invetory miliknya. Warga desa nampak terkejut saat melihat Noir mengeluarkan pedang dari ruang hampa. Tetapi, Noir sudah mulai terbiasa dengan tatapan terkejut seperti itu.
Pedang Goblin, meski panjangnya lebih pendek daripada Long-Sword. Namun ini tetaplah sebuah senjata, Noir masih memiliki banyak di Invetory miliknya setelah membantai banyak Goblin di hutan sebelumnya.
Durabilitas (ketahanan) pedang Goblin memanglah tidak tinggi. Selain itu besinya juga berkarat. Tapi, itu semua sudah cukup untuk sekarang ini, setidaknya ia masih memegang pedang dan bukannya sekop.
Di kesempatan ini pula, Noir ingin menguji skill barunya yaitu [Wind Step]. Seberapa cepat dirinya dapat bergerak sambil menebas musuh nanti, itu akan segera di ketahui. Menghadap ke arah sekelompok Black Wolf di depan, Noir menyipitkan kedua matanya hingga sebuah panel muncul di hadapannya.
[ Black Wolf Forest. Lv. 24
Serigala hitam yang hidup berkelompok. Menyukai buah-buahan dan sayur-sayuran. Karena kesukannya itu, mereka biasanya hidup Nomaden dan akan menghuni tempat yang memiliki banyak sumber daya makanan kesukaan mereka. ]
'Jadi serigala ini vegetarian?' pikir Noir.