Setelah pertarungan sengit dengan Andrius. Kelompok Divisi pembasmi monster, segera melanjutkan perjalanannya kembali. Kali ini, tujuan mereka adalah Desa Velicia, yang merupakan rute terdekat dari hutan ini, sebelumnya Marvis sudah membakar mayat Andrius dan beberapa ranting pohon dan dedaunan. Agar para Knight kerajaan yang memeriksa tempat itu berkesimpulan bahwa mereka sudah mati.
Noir memang tidak memiliki bukti bahwa Tim A itu adalah anggota kerajaan. Namun, jika dilihat dari Potion monster sebelumnya, hanya orang-orang yang berasal dari Kerajaan yang mampu membelinya, artinya itu bukan barang yang murah.
Marvis memimpin jalan di depan, menebas beberapa semak belukar yang mengganggu, untuk membuka jalan kepada anggota lain yang mengikuti dari belakang. Sementara itu, Noir dan ketiga orang lainnya berjaga-jaga jika ada monster lain yang menyerang.
Ada beberapa Goblin yang ingin menyerang, namun para anggota Divisi Pembasmi Monster sudah ahli dalam urusan menangani kelompok Goblin, jadi mereka mampu mengalahkannya dengan sangat mudah.
Noir tidak ambil bagian karena pedangnya telah rusak, ia terpaksa memakai pedang Goblin dengan kualitas rendah dan dapat rusak kapanpun.
Tapi, memiliki barang ini saja sudah membuat Noir bersyukur. Setidaknya, ia memiliki senjata untuk melakukan perlawanan kepada monster jika keadaannya menjadi terlalu berbahaya.
"Noir..."
Roseline yang berjalan di sampingnya, mulai memanggil namanya dengan nada yang rendah. Noir menoleh.
"Ada apa, kapten?"
"Maafkan aku .... Itu ... Pedangmu rusak karenaku, aku akan mencoba menggantinya di lain waktu. Jadi mohon tunggulah saat kita sampai di Desa Velicia nanti,"
Wanita ini sudah meminta maaf sebanyak tiga kali sejak perjalanan ini dimulai. Meski Noir sebelumnya sudah menjawab dengan 'itu tidak masalah' namun wanita ini tetap bersikeras untuk mengganti pedangnya tersebut. Lagipula pedang itu adalah pemberian dari sistem game, itu tidak memakan uang kau tahu? Jadi Noir tidak mengalami kerugian yang berarti.
"Aku berterimakasih,"
"Tidak... Seharusnya akulah yang berterimakasih. Kau sudah banyak membantuku kali ini."
Pada akhirnya Noir menyerah dan membiarkan Roseline berbuat apa yang dia mau. Dan secara tidak sadar, mata semua orang ternyata sedang menatap Noir, namun kali ini bukan tatapan dingin maupun mengamati, itu adalah tatapan tulus dengan senyuman.
"Aku sepertinya mulai mengerti seperti apa sifat Noir yang sebenarnya. Jujur saja, kesan awalku padanya adalah menyedihkan, karena wajahnya selalu suram dan sama sekali tidak memiliki semangat!" Novi berkata. "Bagaimana denganmu, Marvis?"
"Kalau aku...," Marvis terdiam sejenak. "Dia seperti mayat yang berjalan di film yang pernah kutonton,"
Tidak peduli seperti apa kesan mereka berdua kepada Noir. Itu terlalu menyakitkan jika mengatakannya dengan terang-terangan, lagipula apakah wajahnya memang sesuram itu?
"Bwahahaha!! Seperti yang diduga dari sahabat sekaligus rivalku. Kau sungguh menawan saat menyelamatkan Kapten tadi. Seharusnya kau melakukannya sambil mengatakan 'Kapten, aku akan selalu menjagamu untuk selamanya' dan mungkin kau akan memicu adegan romantis seperti dalam film-film!" Edward berkata.
Noir hanya terdiam, orang tampan berambut pirang yang aneh itu mulai memanggilnya dengan sebutan rival sekarang. Bahkan, dia melakukannya tanpa mendapat persetujuan dari pihak yang bersangkutan. Yah, terserah.
"Edward! Leluconmu itu sungguh lucu ya, hahaha!"
Dalam sekejap, entah bagaimana Roseline sudah ada di depan Edward. Dan dia menarik kerahnya hingga tubuhnya terangkat dari tanah. Marvis dan Novi tersenyum kecut akan hal itu, begitupun dengan Noir.
***
Setelah melakukan hiburan yang mampu menenangkan beban hati dan pikiran. Kelompok Divisi Pembasmi Monster kembali melanjutkan perjalanan mereka, berkat lelucon yang dibuat Edward sebelumnya. Mereka semua telah melupakan kejadian sebelumnya, dimana mereka elah bertarung dengan monster tingkat bahaya yang disebut dengan Andrius.
Banyak monster yang masih Noir tidak ketahui tentang tingkatannya. Yang pasti, ia mengetahui satu hal. Yaitu, bahwa amonster yang setingkat dengan Andrius tidak seharusnya untuk dijadikan musuh, mereka dapat menang dengan keberuntungan sebelumnya. Dan jika saja sekarang Andrius yang kedua muncul, tidak tahu bagaimana ke depannya nanti.
"Noir... Kau terlalu pendiam. Setidaknya bantu aku membawa bawaan ini."
Di samping Noir sekarang adalah Edward. Dia memanggul sekarung buah-buahan hutan yang ditemui di jalan sebagai bekal untuk ke kota selanjutknya nanti. Dan alat pembungkus buah-buahan yang disebut dengan karung itu sebenarnya adalah jubah Divisi Pembasmi Monster yang dimiliki oleh Roseline.
Karena Roseline sebelumnya tidak memakai itu karena sudah memakai armor. Dia memberinya kepada Edward untuk menampung apel-apel itu.
"Itu kesalahanmu sendiri karena menghina kapten, aku akan membantumu dengan berdoa kepada Tuhan agar kakimu tidak kesemutan."
"Oi... Hanya dengan berdoa saja tidak membuat diriku lebih baik. Tetapi terimakasih!"
Edward membalas dengan kesal, lagipula Noir juga tidak ingin membawa bawaan yang terlihat berat itu, apalagi itu adalah hukuman yang seharusnya orang lain terima. Setelah beberapa jam berjalan, akhirnya rombongan mulai melihat cahaya di depan sana.
Tidak salah lagi bahwa itu adalah jalan keluar dari hutan ini, yang artinya mungkin desa Velicia sudah dekat.
Semua wajah menjadi senang, karena mereka mulai menemukan pemukiman untuk ditinggali setelah berjalan cukup lama dan melelahkan. Setidaknya, disana mereka akan mampu untuk mengistirahatkan kedua kaki mereka yang hampir patah.
"Semuanya! Ayo!"
Roseline yang sekarang berada di barisan depan bersama dengan Marvis berseru dengan semangat. Dan mereka pun mempercepat jalan dengan berlari ringan, menembus cahaya tersebut, dan tiba di tempat tujuan.
***
Desa Velicia, adalah tempat yang sederhana dan cukup jauh dari Kota Edgard. Jarak tempuhnya diperkirakan adalah 10 kilometer dan memakai waktu yang lama jika berjalan kaki. Desa Velicia, juga merupakan wilayah yang ekonominya tidak stabil.
Mungkin karena jauh dari Ibukota membuat desa itu terbengkalai dan hampir ditinggalkan. Namun, penduduk disana masih berusah mempertahankannya karena tidak ingin kehilangan tempat dimana mereka lahir.
Dari sini Noir mengetahui, bahwa kerajaan memang tidak terlalu memperdulikan tentang rakyatnya. Terlebih lagi masih ada sistem diskriminasi di dunia yang disebut sebagai Artemia ini. Yah, jika kau kuat kau akan disegani, dan jika kau lemah kau akan ditindas.
Sepertinya dunia ini masih menganut sistem purba. Dimana yang kuat mendominasi yang lemah, bukan seperti dunianya dulu. Dimana yang kaya yang akan mendominasi apapun. Disini, kekuatan adalah segalanya.
Oleh sebab itu, Noir harus segera bertambah kuat dengan cepat di dunia yang berbeda ini. Dunia dimana terdapat makhluk mitos yang disebut sebagai monster, dan di dunia Noir berada saat ini, ada juga yang disebut dengan sihir, sesuatu yang melawan hukum fisika dengan memanfaatkan energi dalam internal yang disebut dengan Mana.
Royale Kingdom, pada dasarnya adalah game yang membuat para pemain untuk menaklukkan lima kerajaan besar di Artemia. Apakah dengan begini, Noir harus melakukan pekerjaan itu dan mengambil alih lima Kerajaan besar sekaligus? Nah, siapa yang tahu.