webnovel

Keputusan Aisyah

Aisyah duduk di kursi taman yang kosong, sambil memperhatikan satu keluarga yang asik bercanda di tengah taman. Mereka terlihat begitu bahagia, rasanya rumah tangga mereka sudah lengkap dengan kehadiran di kecil.

Dan saat sedang memperhatikan mereka, pundak Aisyah di sentuh seseorang membuat Aisyah menoleh pada orang itu.

"Assalamualaikum, sudah lama ya?" Ucap Latifah dengan senyumnya.

Aisyah tersenyum menatap Latifah, lalu ia menjawab salam dari wanita cantik itu.

"Waalaikum sallam mba, tidak juga." Jawab Aisyah dengan senyumnya.

Latifah langsung berpindah dan duduk di samping Aisyah, lalu ia pun memulai basa-basinya.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Latifah sambil menatap Aisyah.

Aisyah balas menatap Latifah dan ikut tersenyum, rasanya sudah lama mereka tidak berbicara seperti ini.

"Aku baik mba, bagaimana dengan mba sendiri?" Jawab Aisyah dengan tenang.

Latifah tersenyum mendengar jawaban Aisyah, yah jika ia bisa jujur memang tidak terlalu baik sejak Aisyah tidak datang lagi ke rumahnya.

"Ya cukup baik" balas Latifah dengan senyum tipisnya.

Aisyah menatap Latifah sesaat, ia tau Latifah pasti sedikit kesulitan karna dirinya tidak datang untuk membereskan rumahnya lagi.

"Maaf ya mba, akhir-akhir ini aku tidak datang. Aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya, terutama permintaan mba itu." Jelas Aisyah pada Latifah dengan menunduk.

Latifah menatap Aisyah dengan senyum tipis, lalu ia pun sedikit memiringkan tubuhnya menghadap ke arah Aisyah.

"Jadi, bagaimana keputusanmu?" Tanya Latifah langsung dengan serius.

Aisyah menghela nafas panjangnya, ia menguatkan hatinya untuk menjawab pertanyaan itu. Sejak pagi ia sudah mengingatkan dirinya untuk melakukan hal sesuai dengan kata hatinya, sesuai dengan perkataan sang ayah.

'jika memang pilihan ini benar, maka aku tidak boleh ragu untuk mengatakannya.' batin Aisyah meyakinkan.

Aisyah mengangkat wajahnya, dan menatap Latifah dengan senyumnya.

"Sebelum itu aku ingin bertanya lebih dulu, apa mba Latifah bisa menerima dengan ikhlas jika aku benar-benar menjadi istri kedua mas Rafka?" Tanya Aisyah dengan tatapan seriusnya.

Latifah menatap Aisyah dengan wajah sedikit terkejut, mungkin ia tidak menyangka jika Aisyah akan mempertanyakan hal itu. Dan benar saja dugaan Aisyah, Latifah pasti tidak mudah menerima pernikahan kedua suaminya.

"Mba, aku tidak ingin menyakiti siapapun. Kalaupun aku menerimanya, apa mba Latifah siap berbagi suami denganku? Poligami bukan hal yang mudah mba, kita harus bisa menahan perasaan kita sendiri agar tidak timbul kecemburuan yang berlebihan. Jika mba Latifah tidak ikhlas dan rela melepas mas Rafka untuk menikah lagi, aku tidak bisa melakukannya mba." Ungkap Aisyah mengeluarkan isi hatinya.

Latifah menunduk, mendengar perkataan Aisyah membuat perasaan Latifah kembali bimbang. Bukan ia takut Rafka menikah lagi, hanya saja ia takut jika cinta Rafka berpindah pada istri keduanya karna dirinya yang tidak sempurna sebagai seorang istri.

"Kau benar Aisyah, aku belum sepenuhnya ikhlas untuk melepas mas Rafka menikah lagi. Aku takut cinta mas Rafka terbagi, karna aku tidak sempurna. Rasa takut itu menghantui aku, dan membuat aku ragu untuk mengikhlaskan mas Rafka berpoligami." Jawab Latifah membenarkan ungkapan Aisyah.

Aisyah mengangguk paham, hal yang wajar jika Latifah khawatir seperti itu. Karna itulah Aisyah mempertanyakan hal itu, agar ia tidak salah dalam melangkah.

"Mba, aku tidak bisa menyakiti hati mba karna mba sudah terlalu baik padaku. Jika mba sendiri terluka, bagaimana bisa aku menerima mas Rafka untuk menikahiku?" Tukas Aisyah mencoba menjelaskan.

Latifah mengangguk setuju, ia juga membenarkan apa yang Aisyah katakan.

"Ya, aku tau itu. Maaf jika aku sudah membuatmu merasa tidak nyaman, tapi apa yang aku katakan padamu saat itu benar-benar tulus Aisyah. Aku ingin kau yang menikah dengan mas Rafka, aku tidak bisa menerima wanita lain selain dirimu. Hanya kamu Aisyah, karna kamu memiliki akhlak yang baik. Jika nanti kamu memiliki keturunan, maka keturunanmu pasti akan baik juga. Aku dan mas Rafka, hanya ingin kamu yang menempati posisi itu." Jelas Latifah dengan jujur.

Aisyah tersenyum tipis, mengingat posisi Latifah saat ini wajar saja jika ia memikirkan hal itu. Latifah berada di dua pilihan yang sama-sama menyulitkan, dan dengan terpaksa ia harus melakukan salah satunya.

Dan Latifah memilih untuk merelakan Rafka menikah lagi, daripada rumah tangganya hancur karna ketidak sempurnaannya sebagai seorang istri untuk keluarga Rafka.

"Jadi, mba ingin bagaimana?" Tanya Aisyah memastikan.

Latifah menatap Aisyah dengan yakin, ia memang tidak mundur lagi dari jalannya saat ini. Mau tidak mau, Latifah harus menerima jika dirinya di poligami.

"Aku akan mencoba untuk ikhlas jika mas Rafka menikah lagi, tapi harus kamu yang akan menjadi istrinya nanti." Jawab Latifah memutuskan pilihannya.

Aisyah tersenyum mendengar jawaban itu, jika memang Latifah menginginkan hal itu maka Aisyah juga tidak bisa mundur dari keputusan yang hatinya inginkan.

"Baiklah, jika memang itu yang mba inginkan. Aku setuju menikah dengan mas Rafka, tapi aku ingin pernikahan yang sederhana saja." Ungkap Aisyah dengan senyumnya.

Latifah menatap Aisyah tidak percaya, ia pikir Aisyah akan kembali menolaknya. Tapi ternyata gadis itu justru menerima permintaannya, dan dengan senyum yang tulus dan ikhlas dengan takdir hidupnya itu.

"Kamu yakin mau menjadi istri kedua untuk mas Rafka?" Tanya Latifah memastikan.

Aisyah mengangguk pelan, lalu ia tersenyum dengan manis seakan tidak ada beban dalam menjawab pertanyaan itu.

"Insya Allah aku siap mba, aku pasrahkan semuanya pada yang kuasa." Jawab Aisyah dengan senyumnya.

Latifah ikut tersenyum lebar, ia benar-benar bahagia karna akhirnya Aisyah mau menjadi istri kedua untuk suaminya. Walaupun di sisi lain ia merasa sedih, karna itu berarti cinta Rafka akan terbagi untuk Aisyah juga.

"Alhamdulillah ya Allah, aku bahagia sekali." Ungkap Latifah sambil memeluk Aisyah.

Aisyah hanya mengangguk dalam pelukan Latifah, ia sudah membuat keputusan yang besar kali ini. Aisyah harus bertanggung jawab untuk keputusannya itu, ia harus terbiasa hidup sebagai pengganti.

'Ya Allah, aku sudah membuat keputusan yang besar. Tolong ridhoi jalanku, dan bantu aku untuk bisa melewati segala rintangan yang menanti di depan. Hanya kepadamu aku berpasrah, dan hanya kepadamu aku meminta pertolongan. Kuatkan hatiku, jika nanti suamiku lebih mencintai mba Latifah. Aku yakin akan ketetapanmu, dan aku pasrahkan segalanya padamu.' batin Aisyah berdoa.

Latifah melepas pelukannya, lalu ia pun memberi jadwal pada Aisyah kapan Rafka akan datang ke rumahnya untuk lamaran resmi. Aisyah hanya mengangguk saja, ia tidak ingin banyak menuntut untuk pernikahan ini.

"Baik mba, aku akan menunggu kedatangan kalian." Jawab Aisyah dengan senyum cantik.

Latifah mengangguk, sepertinya hanya dia yang paling bersemangat dengan pernikahan Rafka dan Aisyah. Padahal hatinya sangat terluka, tapi ia bisa menutupi semua itu dan menampilkan senyumannya.

Chapitre suivant