webnovel

Kurva 11 - Nozomi Hashimoto: Tentang Nozomi

1 Desember 2009, 06:30 Pagi Waktu Fukuoka

"Darling!!!!!! Ayo cepat kita pergi!" seru Nozomi.

Waduh, hari ini aku terburu-buru, aku bangun jam 06:00 pagi. Nozomi juga telat bangun, Ia hanya butuh waktu siap siap hanya 15 menit, dasar monster. Nozomi sudah begitu siap.

"Iya sebentar!"

"Ayo, nanti kita terlambat!"

"Oke-oke."

Tak lama, aku pun bergegas meninggalkan rumah, bersama dengan Nozomi. Hal yang sama tapi dengan rasa yang berbeda karena saat ini ia adalah pasanganku.

"Darling, kita mau kemana habis sekolah?"

"Mmm... Mungkin Iron Mall dekat kota juga boleh."

"Aku sudah lama tidak berpergian sama orang yang aku dekat."

"Arina?"

"Arina iya tapi maksudku ini kan kamu Cowok."

"Oh iya juga ya."

Kami pun berjalan santai, seperti biasa, semua siswa yang lewat menggosipi kami.

"Wah rumornya benar berarti. Akihito-kun adalah pacarnya Nozomi-chan."

"Wah mereka tampak cocok sekali, dan dekat sekali."

"Haduh ini bisa bikin patah hati cowok-cowok kelas 1 ini."

"Biarin lah, Nozomi terlihat bahagia."

Tak lama,

"Akihito-kun."

"Eh?! Arina?"

Nozomi pun kaget. "Arina kamu ada disini ternyata, eeh? maaf."

"Aku sudah tahu dari hari pertama."

"Apa maksudmu, Arina?" tanyaku.

"Lupakan saja, ayo kita jalan!" ujar Arina.

Arina sepertinya senang, moodnya kembali lagi.

"Bagaimana kemarin dengan Akihito-kun?" tanya Arina.

"Aku dikagetin sama dia, dia menulis tulisan selamat ulang tahun tanpa aku tahu."

"Dia orangnya baik ya."

"Sepertinya iya, dia baru menginap di rumahku 2 harian ini, tapi aku merasa bahwa dia sudah lama bersama-sama kita."

"Entah kenapa aku juga merasa begitu, Nozomi."

"Akihito-kun, bisa juga bersosialisasi walau umurnya terpaut jauh dari kita."

"Kamu benar."

Arina lalu terdiam.

Aku hanya mengikuti obrolan mereka dari belakang. Sesampainya di tangga masuk lingkungan sekolah. Aku pamit sama mereka.

"Aku duluan ke kelas ya. Kalian menyusul saja."

Mereka tersenyum.

"Arina, tugasmu gimana?"

"Tugas dengan Hachikuji-sensei? Beres kok."

"Aku nanti boleh pinjam tugasmu ya, kebetulan kan masih besok dikumpul. Aku mau biasa... nyalin."

"Enak aja! Tapi yasudahlah, kamu juga biasa menyalin tugasku dan sebaliknya. Jadi oke deh."

Mereka berdua tertawa bersama.

Sesampainya di kelas, mereka berdua duduk di tempat yang berbeda. Aku hanya melihatnya dari belakang. Arina duduk tepat di depan sensei. Sementara Nozomi duduk didepanku.

"Akihito-kun, tolong kerjakan soal ini."

"Baik, sensei."

Aku mengerjakan Penjabaran Struktur Kimia Organik. Hal yang biasa aku pelajari selama menjadi Apoteker dan Peneliti.

"Tolong jelaskan ke saya, Parasetamol itu nama lainnya apa?"

"Asetaminofen."

"Nama lainnya lagi."

"Para-Asetamino-Fenol."

Aku diminta menunjukkan mana gugus amida, gugus asetil dan juga gugus fenol. Dan aku bisa menjawabnya dengan mudah. Ini adalah obat analgetik.

"Darling, kamu keren!" ujar Nozomi dalam hati.

Semua orang tepuk tangan ketika aku sudah berhasil mengerjakan soal Sensei.

"Kamu ingin jadi apa nanti di masa depan?"

"Saya ingin jadi peneliti pak."

"Mari kita beli applause yang meriah, kamu layak menjadi peneliti."

Tepuk Tangan meriah, termasuk Arina juga ikut tepuk tangan. Nozomi tersenyum melihatku, dia berusaha tidak terlalu menampakkan agar tidak banyak yang tahu hubungan sebenarnya antara Aku dan Nozomi, tapi dilihat seperti itu saja aku sudah bahagia.

---

Jam pulang sudah ditandai dengan berbunyinya bel sekolah 3 kali.

"Akihito-kun!"

Nozomi tampak senang sekali.

"Aku akan pergi ke ekskul musik, kamu ayo datang sini."

"Ayo kita berangkat."

Aku dan Nozomi berangkat ke ruangan klub sekaligus mencari ruangan klub karya ilmiah.

"Akihito-kun, aku ingin kamu melhat seluruh permainanku hari ini, entah kenapa aku senang sekali. Kamu keren banget di depan tadi, bisa menjawab pertanyaan sensei."

"Aku ga sekeren itu sebenarnya."

"Tapi kamu keren, kamu ilmuwan seperti apa dulunya?"

"Nozomi, jangan kencang-kencang."

"Oke oke."

"Aku... Ilmuwan yang bahkan tidak dapat menyelamatkan istriku sendiri. Walau aku bisa menyelamatkan istriku di masa depan, tapi di dimensi yang lain aku pun ditinggal istriku. Aku, bukan apa apa, Nozomi."

"Maaf, Akihito-kun. Maaf kalau sampai membuatmu membahas masa lalumu."

"Gapapa kok."

"Akihito-kun, kamu sudah menikah sebelumnya?"

"Betul. Aku punya istri namanya Mana-chan, tapi dia kecelakaan setelah beberapa bulan kami menikah. Kecelakaan itu masih belum jelas penyebabnya kenapa."

"Aku minta maaf ya Akihito-kun."

"Gapapa kok."

"Pasti kamu benar-benar sedih, beberapa bulan ini..."

"Aku kehilangan Mana-chan selama 3 tahun. Aku akan mewujudkan impian Mana-chan yang belum bisa dikabulkan."

"Impiannya Mana-chan?"

"Betul. Membuat Perfect Harmony."

"Perfect Harmony?"

"Tapi aku malah terjebak disini."

"Aku minta maaf."

"Gapapa kok, setidaknya aku bahagia selama aku disini."

"Akihito-kun, Kenapa kamu sangat ingin mewujudkan impian Mana-chan?"

Aku pun terhenti, lalu menjelaskan kepada Nozomi.

"Agar Jepang tidak jatuh ke tangan Illuminati."

"Illuminati?"

"Kelompok rahasia yang bermarkas di Amerika Serikat. Mereka adalah penyembah setan, mereka tidak segan-segan melakukan apa saja agar mencapai yang mereka inginkan."

"Aku tidak paham maksudmu."

"Tidak apa-apa, aku hanya menceritakan yang sebenarnya. Kamu lihat aku menyimpan dua buku di meja kamarku?"

"Iya aku juga melihatnya. Wide Awakening dan Protokol Absolute Adjustment."

"Aku tadi malam bermimpi..."

"Mimpimu apa?"

"Bahwa aku harus menemukan bulu dari Burung Waktu."

"Burung Waktu? Apakah aku bisa bantu kamu?"

"Terimakasih banyak, Nozomi. Tapi seharusnya aku akan cari itu sendiri disekitar sini. Bulu Burung Waktu adalah Bulu yang memiliki materi genetik. Bulu itu akan mensinkronisasi dengan otak manusia lewat bantuan alat radio elektromagnetik milik Laboratorium. Bulu Burung Waktu adalah satu-satunya kunci untuk mencapai Wide Awakening of Very Human Existence."

"Wide Awakening of Very Human Existence?"

"Benar, Wide Awakening of Very Human Existence, kombinasi dua protokol itu dan juga Bulu Burung Waktu."

"Wide Awakening itu apa?"

"Penyadaran Manusia lewat peningkatan indera sensorik dan juga ingatan dunia alternatif."

"Absolute Adjustment itu apa?"

"Penyadaran Manusia lewat aturan dan kode etik moral bersikap di Bumi sesuai Aturan Semesta."

"Aku sepertinya tahu kemana ini akan berujung."

Aduh!

Kenapa kepalaku?

"Akihito-kun? Kamu kenapa?"

Kepalaku benar-benar pusing, berat mengangkat kepalaku.

"Akihito-kun, kamu tidak apa apa? Kamu tiba-tiba jadi pucat?"

"Mungkin efek karena aku buru-buru. Aku tidak ambil sarapan yang kamu buat."

"Kenapa kamu tidak ambil sarapan yang sudah aku siapkan?!"

Brak!

"Akihito-kun! Tolong! Akihito-kun pingsan!" seru Nozomi.

Aku hanya bisa mendengar suara Nozomi sayup-sayup. Aku dibawa ke UKS. Nozomi, maafkan aku.

Sementara itu,

"Ketua Kelas, Akihito-kun pingsan."

"Dimana dia?" tanya Arina.

"Di UKS."

"Baiklah aku akan segera kesana. Terimakasih sudah beritahu aku."

Arina pun menyiapkan diri bergegas menuju UKS. Ia mengecek tasnya ternyata masih ada roti tawar dan selai coklat botol yang ia bawa.

Sesampainya di UKS, ia melihatku dengan tatapan kasihan, wajar karena tubuhku entah kenapa jadi pucat.

"Akihito-kun, kamu sudah enakan? Aku siapkan kamu makanan dulu."

"Terimakasih, Arina."

"Boleh aku panggil kamu Akihito?"

"Tiba-tiba kenapa?"

"Tidak. Aku merasa ketika kamu dekat dengan Nozomi, aku merasa dekat denganmu."

"Hahaha. Kan kalian memang teman dekat, sahabatan lagi."

"Ini roti tawar dengan selai cokelat. Makan ya,"

Aku pun memakan roti tersebut, enak rupanya.

"Akihito-kun, aku harap kamu suka roti yang ku siapkan."

"Aku suka kok."

"Beritahu padaku, apa hubunganmu dengan Nozomi saat ini?"

Arina bertanya serius padaku.

Aku tidak boleh menceritakan ini tapi aku juga tidak boleh berbohong.

"Sejak kemarin sore, Nozomi cerita padaku tentang masa lalunya. Dia mengutarakan perasaannya yang sebenarnya kepadaku."

"Nozomi-chan..."

Arina tampak terkejut mendengar pernyataanku.

"Sejujurnya, kami berpacaran sekarang."

Arina hanya terdiam.

"Maaf baru memberitahumu."

"Bukan salahmu kok. Aku juga mau menjelaskan kenapa aku agak menjauh dari Nozomi."

"Kenapa bisa begitu? Kamu melihat dirimu di kaca, sepertinya ada yang kamu pikirkan tentang Nozomi."

"Aku memikirkannya tapi... Aku lebih memikirkanmu."

"Kenapa?"

"Aku menyukaimu, Akihito-kun."

Arina menyukaiku juga? Waduh ini bakalan ribet. Tapi kayaknya aku sudah pernah merasakan hal ini juga.

"Kenapa kamu menyukaiku?"

"Disaat aku pergi izin sama kalian berdua untuk memastikan sesuatu, aku bertemu dengan Meiko. Meiko mengaku bermimpi pernah melihat sosok sepertimu dan pernah bersamanya tapi Meiko mati di tabrak mobil."

Flashback start: Arina's Point of View

Aku berpamitan dengan mereka berdua untuk membereskan urusanku di kelas. Tiba-tiba aku dihampiri oleh Meiko dari kelas 2-B.

"Aku bersyukur dia masih ada disini."

"Akihito-kun?"

"Iya aneh sekali tapi aku..."

"Meiko, kamu bisa cerita?"

"Aku gatau. Aku... Aku tahu mungkin dia tidak pernah mengingatku tapi aku... Aku mengingatnya..."

"Aku bersama Akiko bertemu dengan Akihito-kun secara tidak sengaja, waktu itu sekolah kita namanya bukan Fukuoka tapi SMA Internasional Tokyo yang akan digusur menjadi Laboratorium tempat Akihito-kun bekerja.." ujar Meiko.

"Jadi dia bukan dari Osaka?"

"Bukan, dia... Dia sepertinya mengalami distorsi memori akibat tabrakan."

"Distorsi memori? Jadi Akihito-kun pernah kecelakaan."

"Ia mengorbankan dirinya sendiri setelah ada perintah bahwa harus mengorbankan salah satu dari kami berdua. Akihito-kun memutuskan untuk mengisi waktu dengan adil untuk kami berdua." lanjut Meiko.

"Akihito-kun menenangkanku disaat aku benar-benar takut dan depresi. Aku menyayangi Akihito-kun. Aku harus menjauh dari dia, aku takut dia mengingatku. Aku pikir aku akan sekelas lagi tapi ternyata beruntung sekelas dengan kamu, Arina." pungkas Meiko.

"Tolong rahasiakan ini dari Akihito-kun." ujar Akiko.

"Aku tidak janji." jawab Arina.

Meiko pun diam.

Aku kembali ke kelas lagi. Tiba-tiba beberapa anak anak kelasku menghampiriku, bilang Akihito-kun pingsan.

Flashback end

"Aku menyukaimu, aku ingin membongkar semua tentangmu. Aku ingin tahu siapa kamu sebenarnya. Kenapa kamu bisa ada disini."

"Arina..."

"Karena aku menyukaimu, tolong... Jaga Nozomi-chan."

"Arina..."

"Nozomi-chan gadis yang baik. Dia periang tapi dia mudah depresi dan menyalahkan diri sendiri."

"Aku tahu."

"Aku berharap hubungan kalian baik-baik saja, jika ada apa-apa tolong hubungi aku."

"Terimakasih Arina."

"Kamu istirahat saja disini, UKS tutup jam 4 sore. Aku akan suruh Nozomi jemput kamu."

"Terimakasih banyak, Arina."

Arina pun pergi meninggalkanku dengan perasaan lega. Ia baru dapat kabar bahwa Nozomi sekarang mengerjakan tugas di Perpustakaan. Arina pun segera menuju ke Perpustakaan untuk bertemu dengan Nozomi.

Sesampainya di perpustakaan, Arina melihat Nozomi yang merenung.

"Akihito-kun..."

Arina menebak pasti dia memikirkan Akihito-kun.

"Nozomi-chan."

"Arina! Bagaimana kabar Akihito-kun?"

"Dia sudah baikan, aku sudah berikan dia roti tawar selai cokelat."

"Terimakasih Arina, kamu memang sahabatku yang baik."

"Aku menyukaimu, Nozomi-chan."

Nozomi tampak terdiam tapi tersenyum.

"Arina, ayo ikut aku!"

"Kemana?"

"Ikut saja."

Arina pun mengikuti kemana Nozomi berada. Nozomi seperti ingin mengatakan sesuatu.

"Arina, apakah kamu pernah merasakan perasaan ingin menyelamatkan orang yang disayangi?"

"Aku merasakannya saat ini."

"Ehhh?! Kamu juga ada seseorang yang benar benar kamu suka?"

"Ada."

"Siapa itu?"

"Akihito-kun. Dan aku ingin menyelamatkannya."

"Wah bagus dong, dia orangnya baik banget lho. Dia bisa masak, pinter memperlakukan perempuan."

"Tapi... Dia kan pacarmu."

Nozomi terdiam, disaat menuruni tangga, Arina pun berhenti.

"Kenapa kamu menutupinya dariku?"

"Aku minta maaf. Aku..."

"Tidak apa-apa. Memang begitu Nozomi-chan dari dulu, sulit mengutarakan apa yang harusnya diutarakan."

"Aku minta maaf."

"Aku tidak marah, tapi tolong jaga Akihito-kun."

"Tentu saja aku akan jaga dia, Arina."

Arina terus mengikuti Nozomi sampai berhenti pada lapangan sekolah.

"Arina, aku hari ini akan jujur semuanya ke kamu. Tentang apa yang sebenarnya ada di benakku saat ini dan dari kemarin."

"Kamu tidak perlu menceritakannya. Aku sudah tahu dari Akihito-kun. Meiko juga bicara tentang Akihito-kun."

"Aku akan tetap menceritakannya. Maaf kalau aku egois."

"Jadi apa yang ingin kamu ceritakan?"

"Aku bermimpi, aku terjun dari lantai atas sekolah kita menuju suatu portal ruang dan waktu. Aku sampai di Laboratorium tempat Akihito-kun bekerja. Semua orang sudah mati terbunuh kecuali Akihito-kun yang baru sadar. Segera aku ambil dua buku itu, ku masukkan di Book Log Komputer Lab, namun tiba-tiba terjadi ledakan yang luar biasa. Setelah itu aku terbangun." ujar Nozomi.

"Ironis. Lalu apa yang akan kamu lakukan, Nozomi-chan?"

"Akihito-kun bermimpi bahwa dia butuh bulu burung waktu. Dan aku telah menemukannya."

"Burung Waktu?"

"Iya burung waktu. Aku menemukan bulu ini yang mana akan sebagai kunci untuk dia bisa kembali ke masa depan dan juga bisa menyelesaikan perang di masa depan."

"Berikanlah itu kepada Akihito-kun."

"Aku tidak bisa."

"Kenapa?"

"Aku tidak ingin berpisah dengannya."

"Nozomi-chan..."

"Arina, aku... Aku selalu khawatir kalau dia tiba tiba meninggalkanku dalam suasana yang seolah seperti mimpi ini. Aku benar benar bahagia saat ini bersamanya. Aku takut dia pergi meninggalkanku sendiri."

"Dia tidak akan meninggalkanmu sendiri. Aku yakin itu."

"Jadi aku beritahu dia atau tidak?"

"Beritahu dia jika sudah waktunya atau ketika kamu ketahuan."

"Baiklah terimakasih saranmu Arina."

"Kamu bisa bergantung padaku untuk saran dan bantuan, jangan sungkan seperti dulu."

Nozomi mengangguk.

"Nozomi, aku pulang duluan ya. Akihito-kun masih di UKS."

"Terimakasih."

Nozomi berpisah dengan Arina lagi untuk kali kedua. Nozomi bergegas menuju UKS.

"Darling, maaf. Aku tidak bisa mendampingimu di UKS."

"Tidak apa-apa kok. Ayo kita pulang."

"Oke."

Nozomi tampak lebih diam dibanding sebelumnya, sepertinya dia masih cemas ketika aku tiba-tiba pingsan didepannya.

"Kamu makan ya pulang dari sini nanti aku siapkan. Kamu harus makan."

"Maafkan aku."

"Mulai hari ini aku yang bangunkan kamu."

"Tapi... alarmku kan bunyi sendiri."

"Tidak. Aku tidak mau."

"Maafkan aku."

"Mulai hari ini juga, kamu tidur di kamarku."

"Nozomi, kamu serius?"

"Aku pacarmu, aku khawatir dengan kondisimu, aku takut kehilanganmu."

"Maafkan aku."

"Darling, kamu adalah Euforiaku. Aku janji akan wujudkan Utopiamu."

"Utopiaku?"

"Benar. Perfect Harmony. Sampai saat itu tiba, aku bersumpah aku akan tetap bersamamu hingga titik darah penghabisan."

"Tapi..."

"Tapi apa?"

"Jika aku sudah kembali ke masa depan bagaimana denganmu?"

"Aku akan ikut denganmu ke masa depan."

"Bagaimana caranya?"

"Aku lah yang tahu caranya, Darling. Ayo kita jalan pulang."

Ayo kita pulang.

TO BE CONTINUED

Chapitre suivant