webnovel

Melarikan Diri dari Penyergapan

Aku sudah rapi dengan pakaian seragam yang aku kenakan. Karena, aku tidak bawa baju ganti, makanya aku masih memakai pakaian yang masih tertempel di tubuhku semalam. Tapi, semuanya tertutup karena aku sudah mandi, make up, dan parfum sehingga penampilanku terlihat segar walau tidak ganti baju.

Ardi duduk di balkon kamar. Pandangannya menerawang, seperti sedang memikirkan sesuatu. Segan rasanya untuk nimbrung dengannya karena kejadian semalam. Terlihat wajah lelahnya yang kurang istirahat serta bekas hitam di sekeliling matanya menandakan bahwa dia kurang tidur. Mungkin semalaman dia asyik bertafakur, sehingga tidak memperdulikan kondisi fisiknya.

"Lagian aku hanya ingin memastikanmu aman dari gangguan mahluk halus." Kata-katanya semalam masih tergiang di kepalaku. Apa mungkin dia bertafakur semalaman hanya untuk melindungiku dari mahluk halus? ya Ampun, mulia sekali hatinya. Membuatku semakin tidak enak hati.

"Ardi, sarapan yuk?" ajakku setelah menghampirinya. Dia menoleh ke arahku. Bibirnya terlihat pucat.

"Kamu duluan aja, aku sedang puasa." Tuturnya lembut.

"Oh, maaf." Sahutku pendek."Ya sudah, aku turun dulu ya. Kartunya saya bawa dulu." Aku beringsut dari balkon. Sekilas, Ardi hanya mengangguk sambil tersenyum. Aku bisa melihat keteduhan di sana. Ardi memang berubah menjadi sosok yang lain dan misterius. Kedatangannya yang tiba-tiba sebagai sosok penolong sekaligus membawa sejuta misteri. Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan, tetapi aku lebih memilih untuk menahannya sampai situasinya tepat.

Sesampainya di restoran hotel, seorang Waiter menyapaku dan menanyakan nomer kamarku. Aku pun membalasnya sembari mengulurkan kartu kamar. Sejenak dia menulis sesuatu di kertas dan mempersilakanku untuk mengambil sarapan.

Gaya khas eropa langsung menyambutku, tatkala aku memasuki restoran itu. Terlihat Buffe yang sudah ditata sedemikian rupa sehingga tampak menarik. Agaknya yang menginap di hotel itu tidak terlalu rame karena hanya terlihat beberapa orang yang sarapan di restoran itu. Atau mungkin sebagian tamu ada yang belum datang.

Aku memilih Meja yang ada di outdoor yang biasanya di gunakan bagi tamu yang merokok. Tapi berhubung belum ada orang disana, aku bisa bebas memilih tempat duduk.

Dua paincake yang dilumuri dengan madu, serta omlet dengan saus tomat di piring sebelahnya, cukup menggugah selera makan. Perutku sudah berbunyi sedari tadi minta diisi. Aku meraih garpu dan pisau yang sudah tersedia di meja dan mulai memakannya.

Tiba-tiba, seseorang menggunakan pakaian jaket kulit dan jean hitam membuka pintu yang menghubungkan ruang indoor dan outdoor. Aku yang sedang mencomot potongan pancake pun tertuju padanya. Penampilannya aneh hanya untuk sekedar sarapan. Apalagi dia menggunakan kacamata hitam dan topi.

Dia berjalan santai di sampingku dan berhenti tepat di dua meja di depanku. Sejurus, kemudian dia duduk menghadapku. Agaknya dia sudah selesai sarapan dan memilih merokok di sini. Tapi entah kenapa, perasaanku mendadak menjadi tidak enak.

Aku yang semula bersemangat untuk menyantap makanan, pun memelankan tempo. Asap menyembul dari mulutnya. Aku membuang pandangan ke tempat lain, tetapi sepertinya dari balik kacamatanya, dia merasa dia terus memperhatikanku. Terlebih ada senyum misterius yang mengembang dipipinya.

Terdengar suara ponselnya berdering. Dari posisi semua yang bersender dikursi, dia berganti melipat kedua tangannya diatas meja, dengan badan yang agak condong. Lalu, dia mengangkat telfon. Aku tidak terlalu jelas dengan apa yang dia ucapkan karena suaranya yang menggumam.

Buru-buru aku menghabiskan sarapanku, dan bergegas kembali ke kamar. Meninggalkan Pria Aneh yang sepertinya akan berniat jahat.

Aku menutup pintu kamar dengan keras dan bersandar di balik pintu. Ardi keheranan melihatku.

"Ada apa Dina?"

Dengan nafas yang berburu aku menjawab,"Ada pria aneh Di, aku takut."

Ardi mengernyitkan dahi. dia memejamkan mata dengan menarik nafas sekali tarikan. Aku hanya melongo melihat kelakuannya.

"Dia adalah orang suruhan Pak Sugeng untuk mencarimu, dan sepertinya dia sudah memberitahu Sugeng kalau kamu sudah ada disini." tukasnya yang membuatku terhenyak.

"Terus, kita harus bagaimana Di, apa yang harus kita lakukan?"

"Satu-satunya cara adalah kita harus segera keluar dari hotel ini secara diam-diam. Dan langsung pergi ke alas blora."

"Tapi bagaimana caranya kita keluar agar tidak ketahuan Di?"

***

Seorang satpam yang berjaga di lobby mendadak kesurupan. Dia mengamuk dan mendorong orang di sekitarnya. Hal itu langsung membuat semua orang Panik dan bergegas untuk menenangkannya, namun hal itu sia-sia saja, karena kekuatannya yang berkali-kali lipat.

Grrr...grrr

Suaranya geramannya sangat berat. Seketika dia keluar dari area hotel dan melompat sampai ke jalan raya. Memancing perhatian setiap orang yang berlalu lalang di trotoar. Aksinya tidak berhenti disitu. dia melompat-lompat seperti orang gila di tengah jalan. Hal itu tentu menganggu Pengendara, sehingga kemacetan tidak terhindarkan.

Polisi yang kebetulan patroli pun mencoba menarik satpam itu, tapi dia malah terpental. Kelakuannya sontak menjadi perhatian banyak orang. Disaat seperti itu, Diam-diam, dua orang sedang melangkah menjauhi hotel itu. dan dengan segera naik ke angkutan warna hijau yang kebetulan kosong.

"Kasihan satpam itu Di," pekikku ketika melihat kerumunan dari balik kaca depan angkutan.

"Tenang saja, yang penting sekarang kita bisa mengacaukan perhatian para mata-mata sugeng supaya mereka gagal menangkap kita. aku tahu sebagian dari mereka telah menunggu kita di luar hotel.

"Ih, jahat banget ya kamu. terus mobilku gimana?"

"Biarkan dulu ke hotel, bahaya keluar dari hotel dengan menggunakan mobilmu. Pasti Mereka akan sangat gampang untuk menangkapmu. Lagipula, aku yakin pasti mobilmu akan aman-aman saja di hotel."

"Terus setelah ini kita kemana?"

"Kita pergi ke terminal Bungurasih untuk sampai ke alas Blora."

"Tapi, tolong Satpam itu Di. Kasihan." Rengekku yang kasihan melihat Satpam itu terus melompat seperti orang gila.

"Iya, iya sebentar." Ardi menarik nafas dengan satu tarikan dan mulai memejamkan mata. Satpam itu pun akhirnya pingsan. Terlihat beberapa orang membopongnya ke trotoar. Lalu lintas yang semula macet pun kembali berjalan secara normal.

Ini semua adalah rencana Ardi. Entah kekuatan ghaib darimana yang dia hembuskan sampai-sampai Satpam itu kesurupan dan membuat kekacauan sehingga menciptakan kerumunan. Sehingga Para pesuruh Sugeng yang mengintai dari luar mobil akan kesulitan untuk menemukan kita di kerumunan itu.

"Menunduk Dina!" titah Ardi sembari mendorong punggungku untuk menunduk. Aku yang tidak tahu apa-apa pun hanya menurutinya.

"Ada apa sih Di."

Dia tidak segera menjawab pertanyaanku. Beberapa saat ketika Angkutan Hijau itu berjalan, Dia menegakan badan. Aku pun melakukan hal serupa.

"Sebenernya ada apa sih Di?

Dia menunjuk ke arah belakang mobil. Terlihat tiga orang berpakaian serba hitam berdiri di sekitar Jembatan penyebrangan orang, tak jauh dari hotel itu. aku terhenyak saat mengenali salah satu di antara mereka. Dia adalah orang Aneh yang kutemui di restoran tadi.

bersambung

Note:

gimana ya perjalanan Ardi dan Dina ke Blora ya? apakah mereka berhasil menyelamatkan Pak min ya?

Chapitre suivant