webnovel

Melihat Wajahku Adalah Orangku

Éditeur: Wave Literature

Nada suara Han Jundong terdengar sangat serius, sehingga membuat semua siswa yang hadir di sana tampak tercengang.

"Guru Han, tapi…"

Ketika ada seorang teman sekelas ingin mengatakan sesuatu, tetapi tiba-tiba ia dipegang oleh teman sekelas yang lain. Mereka bertukar pandang dan akhirnya tidak jadi mengatakan apa pun.

"Sekian untuk pemeriksaan hari ini. Semuanya kembali ke kelas dan bersiap-siap pulang sekolah." Kata Han Jundong, "Semua anggota tim kedisiplinan datang ke kantor saya malam ini. Besok pagi kumpul di kantor saya, tidak boleh ada satu pun yang tidak hadir. Jika ada yang tidak datang datang…"

Han Jundong tidak mengatakan kalimat selanjutnya. Karena saat itu tim kedisiplinan sudah pergi lebih dulu.

Ketika melihat He Yuxiang dan Han Lulu, Han Jundong menggertakkan gigi kemudian ia pun bertanya, "Apa yang kalian lakukan di sini?"

"Guru Han, dia mengirim pesan teks padaku dan memintaku untuk datang ke sini…"

"Aku tidak, aku…"

Plak! Sebelum Han Lulu selesai berbicara, tiba-tiba ia ditampar dengan keras oleh Han Jundong. Seketika tatapan Han Lulu langsung berubah, dan sepertinya ia tidak percaya melihat Ayahnya menamparnya seperti itu.

Ini adalah pertama kalinya Han Lulu mendapatkan tamparan dari Ayahnya. Dan saat ini perasaan Han Lulu benar-benar sangat hancur.

*

Akhirnya, kini suasana di sebelah batu Taolin menjadi sunyi. Yun Hua pun merasa lega, tetapi ia tetap masih bersembunyi dan tidak berani langsung keluar dari persembunyiannya. Karena ia juga tidak tahu apakah orang-orang yang berdatangan tadi itu sudah pergi jauh atau belum. Jika mereka ketahuan, maka semuanya akan sia-sia.

Saat ini, pria yang sejak tadi berada di belakang dalam posisi yang begitu dekat itu rupanya juga ikut bergerak. Kini Yun Hua hanya merasa seluruh tubuhnya penuh dengan keringat. Diam-diam Yun Hua mengepalkan tinjunya, tapi ia tetap tidak berani bergerak.

Yun Hua tidak tahu apa yang dilakukan pria itu dan mengapa pria itu bersembunyi di sini. Sekarang semua orang telah pergi, dan pria itu satu-satunya orang yang ada di sana bersama Yun Hua. Bagaimana kalau... bagaimana kalau pria itu melakukan sesuatu padaku? Bagaimana ini?

Yun Hua menggertakkan giginya. Tidak, jangan! Yun Hua tidak akan pernah membiarkan dirinya mengulangi takdir seperti dalam kehidupannya yang sebelumnya.

Jika pria ini benar-benar berani melakukan sesuatu padaku, akan lebih baik jika aku mati daripada membiarkan pria ini berhasil melakukan sesuatu yang buruk padaku!

"Semua orang sudah pergi, apa kamu masih tidak mau keluar?" Suara pria itu begitu dalam dan serak, namun nada bicaranya terdengar seperti sedang mengejek.

Yun Hua menggigit bibirnya, kemudian dengan waspada ia mulai melangkahkan kakinya untuk maju. Karena merasa orang yang ada di belakangnya tidak bergerak, Yun Hua pun dengan cepat segera berlari ke depan beberapa langkah. Kemudian ia segera berbalik untuk melihat siapa pria yang dari tadi ada di belakangnya itu.

Tetapi gerakan pria itu sangat cepat, sehingga Yun Hua hanya bisa melihat kilatan bayangannya saja. Ketika Yun Hua melihat ke arah pria itu, saat itu juga pria tersebut sudah berada di balik bebatuan.

Yun Hua pun tidak bisa melihat wajah pria itu sama sekali, tapi ia bisa melihat bahwa pria itu mengenakan baju dan celana yang berwarna hitam ketat. Dilihat dari sisi wajah pria itu, Yun Hua merasa bahwa pria yang ada di belakangnya itu adalah seorang pria yang tampan, bahkan bisa membuat jantungnya berdetak lebih cepat daripada biasanya.

"Sebenarnya siapa kamu?" Tanya Yun Hua kepada pria tersebut.

Kemudian pria itu pun tersenyum tipis. Namun Yun Hua tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, ia hanya melihat bayangannya sekilas, namun ia bisa merasakan bahwa aura pria itu dingin dan tidak bisa diabaikan.

Suara pria itu tidak lagi terdengar dalam saat mereka berada dalam posisi yang sangat dekat di celah batu tadi. Suaranya barusan terdengar sangat menyenangkan, seperti alunan cello yang anggun.

"Jangan terlalu penasaran, gadis kecil. Wajahku bukan untuk dilihat siapa pun." Suara pria itu terdengar datar namun wajah pria itu tersenyum, "Jika kamu melihat wajahku, itu berarti kamu bisa menjadi orangku. Bagaimana? Apakah kamu ingin melihatnya?"

"Tidak!" Yun Hua hampir tanpa ragu mengatakannya, kemudian ia pun langsung berbalik. Dan dengan cepat ia menunjukkan bahwa ia tidak mau melihat wajah pria itu.

Konyol sekali. Aku, Yun Hua sudah pernah mati sekali. Aku mengerti hal ini lebih dari siapa pun. Rasa penasaran hanya dapat membuatku mendapat masalah! Batin Yun Hua.

Saat ini Yun Hua bukan lagi gadis lugu yang masih kelas 2 SMP. Dibandingkan dengan rasa ingin tahu, ia lebih peduli tentang hidupnya dan tidak ingin terlibat dalam masalah apapun ke depannya.

Chapitre suivant