webnovel

Memberinya Bunga

Éditeur: Wave Literature

Zhuang Yan tampi di urutan pertama, kemampuannya bermain violin sejak dulu memang sudah memenuhi standar Central Conservatory of Music, jadi dia dapat mendapatkan nilai S dengan mudahnya.

Xu Lu tampil di urutan kedua, dia memainkan lagu dari bab 2 Beethoven's fourth piano sonata in E flat major.

Setelah selesai memainkannya, ketiga profesor memberikannya nilai A. Xu Lu merasa sedikit kecewa karena di mengira dia akan mendapatkan nilai S, tapi walaupun A dia juga tetap bisa masuk ke Central Conservatory of Music.

Wen Jianmin bertepuk tangan, kemudian Zhong Hui memberikan buket bunga yang ada di tangannya kepada Wen Jianmin dan berkata, "Jianmin, kamu saja yang memberikannya bunga."

Wen Jianmin tidak menolak, dia membawa bunga itu lalu berjalan ke depan panggung. Xu Lu tersenyum dan pergi menghampiri Wen Jianmin kemudian dia menerima 1 buket bunga besar itu, "Terima kasih Paman Wen."

Hal itu tentu saja menarik perhatian Wen Qiao yang sedang bersiap-siap, dia menarik nafas dalam dan berusaha untuk mengendalikan perasaannya agar tidak terpengaruh oleh mereka.

Wen Jianmin sudah memperlakukan anak tirinya jauh lebih baik daripada anak kandungnya sendiri lebih dari 10 tahun, jadi dia sudah terbiasa dengan hal itu dan itu sama sekali bukan hal yang baru.

Wen Jianmin mengusap kepala Xu Lu lalu memujinya, "Kamu bermain dengan sangat bagus, tadi paman lihat para profesor terus menganggukkan kepala mereka. Paman bangga kepadamu."

Xu Lu tersenyum malu, dia membawa buket bunga itu lalu melewati Wen Qiao yang melihat semua itu.

Langkahnya terhenti kemudian dia tersenyum ke arah Wen Qiao dan berkata, "Kamu jangan khawatir, Paman Wen sepertinya juga mempersiapkan bunga untukmu."

Wen Qiao hanya melihatnya dengan dingin seolah berkata: Kamu kira aku peduli?

Xu Lu menggertakkan giginya kemudian dia dengan kesal membawa buket bunga itu ke belakang panggung.

Wen Qiao berjalan ke tengah panggung kemudian dia duduk di atas kursi. Lampu panggung perlahan menyala dan dia meletakkan tangannya di atas pipa dengan tenang.

Dia memainkan sebuah musik tradisional yang berjudul 'Balapan Kuda'. Awalnya pertunjukannya memancarkan perasaan yang antusias dan bersemangat, jarinya dengan lincah menarik, menekan dan menggetarkan sinar pipanya. Suara alunan pipanya begitu mengalir seperti air dan dalam sekejap menarik perhatian 3 orang prefesor yang ada di bawah panggung serta… Fu Nanli.

Dia duduk di tempatnya dan dengan tenang melihat perempuan muda yang sedang berada di atas panggung itu, dia melihatnya dengan sorot mata yang lembut dan hangat. Hari ini Wen Qiao menggunakan terusan berwarna putih, dia terlihat mempesona, wajahnya sangat cantik dan dia begitu menghayati alunan musik yang ia lantunkan hingga membawa semua penonton untuk ikut larut dalam alunan musiknya.

Di sisi lain, Xu Lu berada di samping Zhuang Yan. Dia dapat melihat sorot mata Zhuang Yan yang terus melihat Wen Qiao sejak Wen Qiao naik ke atas panggung dan sama sekali tidak bergerak.

Hal ini membuatnya merasa tidak tenang. Walaupun semua siswa di sekolahnya mengatakan bahwa mereka berdua sangat cocok satu sama lain, tapi Zhuang Yan sama sekali tidak pernah mengatakan menyukai dirinya.

Sedangkan dia adalah seorang perempuan dan dia tidak ingin seperti Wen Qiao yang mengejar laki-laki.

Saat Wen Qiao akan menyelesaikannya, permainan alunan musik terakhirnya terdengar begitu lama hingga memenuhi ruangan auditorium sebelum akhirnya menghilang.

Para profesor yang ada di bawah panggung langsung saling berbisik satu sama lain.

Xu Lu menggepalkan tangannya dan berharap Wen Qiao mendapatkan nilai B. Dia tidak ingin Wen Qiao ada di sekolah yang sama dengan Zhuang Yan. Dia berharap Wen Qiao sebaiknya masuk ke Xinghai Conservatory of Music.

Wen Qiao merasa darahnya seolah mendidih, sesaat dia selesai bermain, jarinya gemetar. Saat dia mengangkat kepalanya, dia melihat Fu Nanli bangkit berdiri dan berjalan ke arahnya dengan membawa 1 buket bunga.

Seorang laki-laki yang menggunakan setelan jas, terlihat begitu elegan dan dia berjalan selangkah demi selangkah ke arah Wen Qiao. Dia terlihat seperti anak dari keluarga bangsawan yang begitu elegan, arogan, dan misterius.

Saat dia tiba di samping panggung, Wen Qiao bangkit berdiri lalu dia mengangkat sedikit roknya dan berjalan sambil tersenyum ke arah Fu Nanli.

Fu Nanli membawa 1 buket bunga mawar putih, dalam bahasa bunga, mawar putih melambangkan ketulusan dan murni.

Dia membungkukkan tubuhnya untuk menerima buket bunga itu...

Sedangkan para siswa perempuan yang ada di sana dan melihat hal itu pun langsung heboh, "Siapa itu? Tampan sekali."

"Mungkin artis, lihatlah dia begitu tampan dan tubuhnya juga tinggi."

Chapitre suivant