"A-apa?" Wajah Niin menjadi sangat merah, gugup dan berdebar-debar.
"Iya atau tidak?" Naara melangkah lebih dekat lagi, hampir tidak ada jarak di antara ia dan Niin saat ini.
Detak jantung Niin mulai tidak terkendali wajahnya pun sudah sangat merah. Ia melirik ke kanan, menghindari melihat wajah Naara yang sangat dekat dan dengan malu-malu ia menjawab, "I-iya."
Wusss ... angin berhembus.
Tiga detik kemudian, ia kembali melihat pria di depannya. "Gu ... mha?" Ia tekejut saat dua jari pria itu menyangga dagunya.
"Gu–"
Entah apa yang dipikirkan Naara, dengan cepat tapi lembut ia membungkam bibir Niin dengan bibirnya.
Kini kedua tangannya bergerak melingkar ke pinggul Niin, membawa gadis itu ke dalam pelukannya dan memperdalam ciumannya.
Bagi Naara hal yang ia lakukan sekarang adalah hal konyol tapi ada hasrat tersembunyi dari dalam yang mendorongnya melakukan hal tersebut, sebuah hasrat yang tidak tertahankan.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com