Di kamarnya, Naara sedang duduk di tepi jendela, menikmati hembusan angin dan membiarkan rambut merahnya terayun-ayun. Ini adalah hari ke tujuh setelah pertarungan melawan Jenderal Thougha. Saat ini ia sedang berpikir tentang orang-orang yang seenaknya menganggap dirinya adalah teman mereka. Walau berat dia harus mengakui kalau ia nyaman berada di Garuda Merah tapi ... mendadak ia mengingat perkataan Jenderal Thougha yang mengatakan bahwa keberadaannya hanya akan mengutuk orang-orang di sekitarnya.
Ia tidak ingin percaya tapi ia juga tidak bisa memungkiri bahwa ada bagian dari hatinya yang merasa takut jika perkataan Jenderal Thougha itu memang benar, ketakutan yang selalu sukses membuatnya tidak ingin terikat oleh siapapun.
Berkali-kali ia melepaskan napas lelah, ia merasa berat di dada. Tidak lama ia termenung, seseorang membuka pintu kamarnya.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com