webnovel

Kisah Angin Melawan Pilar Besi (Part. 3)

Mungkin, aku akan mendapat piagam sebagai "penipu" yang mengumpat dibalik rahang yang saling mencengkram erat. Menelan liur perlahan-lahan demi tak terdengar suara airnya. Dan terkadang, meng-iyakan sesuatu yang seharusnya tidak patut. Tapi, mataku ada dua, dan kepalaku belum kopong. Jadi aku harus mempertimbangkan beberapa hal yang layak tak layak ku lakukan demi mencabik atau menggopoh. Aku masih saja berkeluh kesah seperti ini, kala kaum lain yang lebih sukar, tabah.

Ini bentuk suaka yang berada tepat dalam jantung, mengalir lewat nadi compang-camping, dan memompa jantung sebegitu derasnya.

  Tidak ingin mengkritik atau menyindir suatu hal yang sangat lancang ku perankan. Hanya saja, aku masih 09 manusia, tak luput dari kesalahan, juga rasa terhadap kebahagiaan atau sebaliknya. Miniatur kekecewaan yang hampir tak kasat mata, aku pembual. Mungkin, permadani telah dicuci rapih oleh pergerakan mesin, namun apa guna berjiwa besar?

Dewasa ini, malah alih kendali.

Beberapa diantarana saling tak perduli, acuh tak acuh. Dan aku benci, setengah dengki. Seorang dengan rasa pedih yang ia kira hanyalah ia yang paling terkikis.

Ketika mental menjadi mata kaki, ia akan mencari meski telapaknya terkelupas bumi.

-Allaboutme,

Catatan Dua Cermin; Dua Maksud

Nandailhamcreators' thoughts
Chapitre suivant