webnovel

Chapter 13

Waktu menunjukan pukul 8.30

Aku kembali duduk di kursi sofa itu, berusaha merilekskan tubuh ku, dengan hanya menggunakan handuk hotel, dan pakaian dalam, karena aku tidak membawa pakaian ganti, jadi aku memesan layanan kamar untuk mencuci pakaian ku, juga menu sarapan pagi.

Aku masih tidak dapat mengingat kapan aku membuat noda wine itu, dan seharusnya noda lumpur di sepatu ku itu tidak ada, aku ingat sudah membersihkan sepatu ku dengan mesin pembersih sesaat setelah aku memasuki lobby hotel ini. Perasaan aneh itu kembali muncul, bersamaan dengan semua pertanyaan dan kebingungan yang memenuhi kepala ku. Aku melirik laptop ku yang masih menyala, layarnya menunjukan sebuah data catatan kasus bunuh diri sebuah keluarga lima belas tahun yang lalu. Melihat hal itu mengingatkan ku, ada sesuatu yang lebih penting yang harus aku lakukan dibandingkan memikirkan noda wine itu.

Aku mengumpulkan semua data yang sekiranya akan aku butuhkan dalam kasus Harry, latar belakangnya, latar pekerjaannya, juga keluarganya. Tapi setelah aku mengumpulkan semua data ini, justru yang paling membuat ku curiga adalah keluarga Bloodwood itu sendiri, Harry bukanlah anak kandung dari keluarga Bloodwood, dia diadopsi oleh keluarga Bloodwood, tapi aku tidak dapat mengerti kenapa keluarga Bloodwood mengadopsinya. Keluarga Bloodwood itu sendiri memiliki satu orang anak kandung, tapi dia juga mengadopsi Harry tanpa alasan yang jelas, tidak ada informasi yang menjelaskan apa Bloodwood memiliki hubungan dengan keluarga kandung Harry yang membuatnya mengadopsi anak yatim-piatu itu, atau data yang menjelaskan Harry akan menjadi ahli warisnya, jadi kenapa Bloodwood mengadopsinya?

Aku tidak dapat mengerti alasannya, tapi firasat ku mengatakan itu akan menjadi jawaban dari segalanya.

Aku mencoba untuk mengesampingkan rasa penasaran ku, dan mencoba mencari petunjuk lainnya, setidaknya aku harus mencari cara untuk mengelabui pihak polisi.

"Lihat lah isi tas Harry." Sahut suara di kepala ku.

Mendengar perkataannya mengingatkan ku, aku memang meninta Harry untuk menyerahkan ranselnya, itu pun karena suara itu yang menyuruh ku. Harry sempat bersikeras tidak mau memberikannya, tapi pada akhirnya dia mau memberikannya pada ku, walaupun sangat sulit untuk meyakinkannya. Sebuah ransel yang dibawa seorang pembunuh dalam pelariannya, sebenarnya apa isi nya? Kalau perkataan suara itu benar, seharusnya itu akan menjadi petunjuk besar untuk ku.

Aku bangun dari kursi sofa itu, dan mencari tas ransel milik Harry. Seingat ku, aku meletakkannya di dalam lemari pakaian, tapi saat aku mencarinya aku tidak menemukannya. Melihat ransel itu yang menghilang dari tempat seharusnya aku meletakkannya membuat jantungku seakan berhenti karena terkejut dan menenggelamkan ku kedalam kepanikan.

Aku hanya berdiri terdiam, dengan pikiran yang tidak karuan karena panik, memandang lemari pakaian yang hanya ada satu buah handuk yang tergantung dan beberapa hanger pakaian. Bagaimana mungkin benda itu hilang, pasti ada seseorang yang mengambilnya, tapi aku tidak kemanapun setelah cek in hotel semalam, jika ada orang yang memasuki kamar ini aku pasti menyadarinya.

"Hahaha! Kenapa kau panik begitu?." Sahut suara di kepala ku.

Mendengar suara itu berbicara dengan tiba-tiba di tengah kepanikan dan pikiran ku yang tidak karuan, membuat kepala ku menjadi kosong dalam sekejap. Butuh beberapa detik untuk ku kembali tersadar, tapi berkat itu aku dapat sedikit menjadi lebih tenang dan berpikir lebih jernih.

"Ranselnya ada di laci wastafel kamar mandi." Ujar suara di kepala ku.

"Di kamar mandi? Tapi aku yakin aku meletakkannya di dalam lemari ini, sesaat setelah aku memasuki kamar ini." Pikir ku.

Aku berjalan dengan langkah cepat menuju kamar mandi, dan mencari ransel itu di laci wastafel seperti yang suara itu katakan, dan ternyata memang benar, ransel itu berada di dalam laci di bawah wastafel. Tapi bagai mana mungkin ransel itu berada di dalam sana, aku sangat yakin telah meletakkannya di dalam lemari pakaian semalam, dan aku yakin aku tidak memindahkannya atau bahkan menyentuhnya lagi setelah itu.

"Bagai mana mungkin, aku yakin meletakkannya di dalam lemari pakaian sesaat setelah memasuki kamar ini." Gumam ku.

"Hahahah. Kau sudah mulai pikun ya." Sahut suara di kepala ku dengan nada yang meledek

"Diam lah!" Balas ku dengan nada kesal.

"Biar ku beri tahu kau, Tangan mu sendiri yang memindahkan ransel itu."

"Tangan ku sendiri? Apa maksud mu? Jika aku memindahkannya sudah pasti aku mengingatnya!"

"Makanya aku bilang kau sudah pikun." Balasnya dengan nada yang meledek.

Ini aneh, aku merasa beberapa hal aneh terjadi pagi ini, beberapa hal yang tidak dapat aku ingat telah aku lakukan, pertama noda wina di kemeja, noda lumpur di sepatu, dan sekarang ransel ini. Aku meletakan sebelah tangan ku di kening ku, berusaha mengingatnya sekeras mungkin, tapi aku tetap tidak dapat mengingatnya. Itu aneh, aku tidak pernah mengalami ini, seakan sebagian ingatan ku telah hilang.

Aku tidak dapat mengingatnya, jika memang aku meminum wine dan mabuk, lalu memindahkan tas itu dalam keadaan mabuk dan tidak sadar, paling tidak aku dapat mengingat momen sebelum aku mabuk, tapi aku sama sekali tidak mengingatnya.

Kenyataannya ransel itu memang berada di sana, tapi bagai mana? Sejauh yang aku ingat aku meletakan ransel itu di dalam lemari pakaian, dan mulai mencari data mengenai Harry, dan setelah itu seharusnya aku tertidur, tapi bagai mana ransel itu berpindah tempat? kalau ada orang lain yang memasuki kamar ini aku pasti menyadarinya, dan jika memang orang lain, kenapa dia tidak membawa ranselnya saja sekalian, kalau memang dia hanya menginginkan isi nya, dia tidak perlu repot-repot memindahkan ranselnya. Tapi jika aku yang melakukannya aku tidak mengingatnya, kecuali tangan ku lepas dan berjalan sendiri memindahkan ransel itu.

Untuk beberapa saat aku terus berusaha untuk mengingatnya, memacu otak ku untuk mengingatnya sekeras mungkin, hingga satu perkataan suara itu beberapa saat lalu melintas di benak ku, dan mulai menenggelamkan ku kedalam rasa takut. "Tangan mu sendiri yang memindahkan ransel itu." Kata-kata itu seakan menggema pelan di dalam pikiran ku.

"Apa maksudnya? Tangan ku sendiri yang memindahkannya? Aku memindahkannya tanpa aku sadari? Tubuh ku bergerak tanpa aku sadari? Itu hampir tidak masuk akal, tapi keberadaan suara itu saja sudah tidak masuk akal." Pikir ku.

Perasaan aneh itu kembali muncul, perlahan merambat di punggung ku seperti sebuah tanaman liar yang memenuhi pagar, menjalar dengan perlahan memenuhi diri ku, bersamaan dengan perasaan dingin yang mulai menutupi kulit ku, aku melirik tangan ku, tanpa aku sadari tangan ku bergemetar pelan, rasa takut sudah memenuhi diri ku, bersama dengan sebuah kata-kata yang begitu sering aku dengar memenuhi kepala ku.

"Aku akan selalu bersama mu."

Kata-kata itu menggema pelan di pikiran ku, bersamaan dengan rasa takut yang sudah menenggelamkan ku. Mungkin aku tidak pernah menyadarinya, sudah cukup lama suara itu bersama ku, bahkan aku tidak mengingatnya sejak kapan aku bersamanya. Tapi kini bersamaan dengan rasa takut, panik, bingung, dan curiga yang memenuhi hati ku, sebuah pertanyaan muncul di benak ku.

"Sebenarnya suara apa itu?"

Chapitre suivant