Saat itu aku mulai merasakan sebuah ketidak adilan yang bahkan tak pernah aku pikir kan sebelum nya. Akan aku pikirkan dan rasakan kini
Mengapa tak boleh, mengapa hanya karena aku perempuan dan abang laki laki kami tak boleh melakukan apapun yang kami suka.
"Aw, bukan sembarangan bu, itu fakta realita" Ujar ku sambil menggosok gosok paha ku yang menghangat.
"Kamu itu sama bapak nempel nya kaya perangko, sekarang malah kaya dua magnet yang tolak menolak" Ujar ibu ikut mengelus paha ku. Mungkin ia merasa bersalah telah melampiaskan kekesalan nya dengan memukul paha ku.
Seperti biasanya ketika aku melunjak ibu akan melayangkan tangan nya ke paha ku. Dan setelah itu ia pula yang akan merasa bersalah.
Padahan pukulan nya tak sesakit itu juga. Hanya saja letak telapak tangan yang jatuh dengan posisi pas mampu membuat suara keras hingga orang yang mendengar nya akan berasumsi bahwa itu akan terasa sangat sakit.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com