webnovel

Kebenaran

Mata L terbuka sempurna dengan seketika saat mendengar pintu tertutup. Dia bangun terduduk dan tiba-tiba matanya mulai menampilkan isi di balik cermin yang sering dia ketahui kalau ada orang yang mengintainya tapi sekarang dia sudah tidak melihatnya lagi.

Dia turun dari ranjang dan tiba-tiba badanya seperti kesetrum listrik dan berpindah ketempat lain.

Di suatu rungan dengan lantai yang dingin dan gelap dengan satu cahaya lampu yang redup sebagai pencahayaan terakhir. Terlihat di bawanya kumpulan mayat yang tak berbau dia menemukan hal yang tak pernah dia liat sebelumnya. Dia memang tidak tau apapun tapi otaknya terus menjawab setiap pertanyaan dan dia merasa seperti mempunyai dua kepribadian.

Dia menghampiri mayat itu yang sudah kaku dan di biarkan terkumpul seperti sampah yang bertumpuk. Sekilas saja melihatnya, dia menilai bahwa orang yang melakukan hal itu adalah manusia yang tidak beradap.

Entah kenapa air matanya jatuh begitu saja tanpa di minta, dia kaget sambil menatap bingung air mata yang baru di usapnya.

_o0o_

L

Setalah di bujuk sama Ken akhirnya L mau berangkat, mereka siap untuk pergi ke perbatasan distrik 23 di mana di sana lebih banyak lagi kaum Zolu tidak seperti yang berada di distrik 24 yang hanya puluhan.

Mereka menggunakan halikopter dan mendarat di atas dinding pembatas. Mereka pergi hanya berempat setelah Alita meminta putus kepada Sem secara sepihak. Lelaki itu juga masih galau dan kebanyakan diam. Esta memahami hal itu dan memutuskan untuk membiarkanya. Ken juga tidak peduli karna orangnya memang cuek sedangkan L dia masih menjaga jarak karna perkataan Sem yang enggak ada akhlak.

Karna ukuran dindiang pembatas sangat luas maka mereka bisa membuat tenda sembari mengatur persiapan alat mereka. Sedangkan itu tim senior sudah pergi kembali membawa halikopter meninggakan kelompol L menjalankan tugasnya.

"Apa kita akan turun kebawah?" tanya Ken tiba-tiba membuat ketiganya menoleh heran.

"Memang seharusnya kan? Kalau enggak, tujuan kita datang kesini untuk apa?" balas Esta gereget dari tadi dengan sikap Ken.

"Iya aku tau tapi kalian tidak lihat? mereka lebih banyak dan terlihat lebih ganas dari yang aku lihat sebelumnya, kalau pun kita turun belum juga nyampe di tanah kita pasti udah mati diluan."

Dalam hati mereka menyetujui ucapan Ken tapi Sem langsung membantahnya. "Halah cemen banget sih, punya otak kan? Yah gunain! Kalau cuman mikir kek gitu jadi sia-sia dong kita sampe ke sini." Sem berlalu pergi keluar dari tenda.

Mereka bertiga terdiam mendengar hal itu dan kembali pura-pura sibuk. Sedangkan Sem sebenarnya dia mengingat sesuatu apalagi dinding pembatas di mana dia pernah pergi bersama L hingga membuatnya marah dan melampiaskannya kepada Ken.

Dia terus berjalan dan tanpa sengaja dia mendapatkan ide. Sem berlari kembali ketenda menghampiri ketiganya.

"Aku punya ide!"

"Apa?" tanya L tertarik.

"Bagaimana kalau kita menggunakan tali penghubung ke pohon yang berada di sana trus kita turun saat malam nanti." Ketiga saling memandang dan tertunduk.

"Kenapa?" Sem heran.

"L sudah mengatakan hal itu kepada kami dan menunggumu datang untuk memberitaukannya," jawab Esta membuat Sem beralih memandang L tajam.

"Tuh kan. Pasti kau ingat juga saat aku mengajakmu kedinding pembatas, ide yang pernah kuberikan padamu dan sekarang kau gunakan, jadi jangan berbohong lagi!"

"Kau masih belum juga putus asa ya? Tidak heran Alita memutuskanmu," sahut Ken. Sem mendengar hal itu langsung menarik kerak seragam Ken dengan penuh amarah. "Jangan bawa-bawa dia disini!"

"Kalau dia aja engak mau ngaku, berarti kau emang enggak punya kesempatan untuk pdkt ama dia."

"Tujuanku bukan itu bangsat!" Sem melayangkan bogemananya di pipi Ken dengan keras hingga mengeluarkan bercak darah di sudut bibirnya.

"Hentikan Sem!" teriak Esta saat saudara kembarnya itu ingin menginjak tubuh Ken menggunakan kakinya hingga berujung masih terangat di udara dengan mata yang tertuju pada Esta.

"Kau mau paman Mex mengeluarkanmu? Kau mau kita kembali lagi ke distrik 24? Ayo lakukan! Ayo bunuh dia!" teriak Esta marah sambil meneteskan air mata.

Sem mengembalikan kakinya semula lalu menghampiri Esta, dia memeluk gadis itu dengan penuh sayang. "Maaf," lirinya dan Esta malah semakin menangis.

_o0o_

L

Lelaki berjas putih memasuki ruangan di tempat L dengan membawa map kaca miliknya.

"Ayo bangun, kau akan di periksa," ucap lelaki itu tapi L tidak menyaut sama sekali dan masih tetap tidur dengan keadaan selimut masih menempel di bahunya.

"Sampai kapan kau akan tidur? Bukanya kau ingin pergi? Maka dari itu saat selasai nanti aku akan memberikanmu peluang untuk pergi setelah menyelesaikan jawaban yang kuberikan. Bagaimana?" tawar lelaki itu dan mulai duduk di samping ranjang L.

Hening sesaat lelaki itu menoleh menatap cermin sambil mengangkat bahunya bingung sebagai bentuk komunikasi. Lelaki kedua masuk dan langsung manarik bahu L dan betapa terkejutnya dia melihat wajah L yang kaku.

"Dia mati?" Lelaki itu menutup mulutnya dengan tatapan tidak percaya.

"Jangan bercanda ayo segera cari dia!" Lelaki kedua murka dan menekan tombol merah yang berada di bawah ranjang L.

Dia pergi meninggal lelaki pertama yang malah terkekeh. Lelaki pertama tau itu bukan lah L yang asli tapi avatarnya yang di sudah lama di buang.

"Rupanya dia sudah tau semuanya," gumanya sambil tersenyum merasa sudah di bodohi gadis itu.

_o0o_

L

Malam tiba mereka sudah bersiap-siap berangkat, Ken menembak kan tali penghubungnya di pohon besar hingga memudahkan untuk mendarat. Dia juga lebih dulu turun menggunkan tali pinggangnya diikuti dengan Esta, L dan terakhir Sem.

Saat turun di pohon mereka memperhatikan sekeliling dan saat situasinya benar-benar aman baru lah mereka mulai berjalan menggunakan kaca mata penglihatan malam (NVD).

Mereka membuat jebakan di dalam hutan. Agar bisa mendapatkan Zolu lebih mudah mereka meletakan alat berupa jebakan besi berbentuk kubus di bawah tanah hingga saat para Zolu melewatinya jebakan besi keluar dari tanah dan bisa mengurungnya.

Alat yang tersedia tidak banyak, mereka hanya mengandalkan tali dan menariknya dari atas dinding.

Saat sudah selesai jam menunjukan pukul 5 pagi. Mereka bergegas naik di atas pohon tapi salah satu Zolu sempat melihat mereka dan mengerang membuat Esta kaget dan tanpa sengaja menginjak jebakan dan berakhir mengurung dirinya.

Esta panik sambil memanggil Sem penuh ketakutan dari balik kubus itu dan hanya jendela kecil itu yang mengubungkannya. Ketiganya segera berusaha menolong Esta dengan membuka kunci yang berada di atas atap kubus tapi terlambat. Suara erangan salah satu Zolu membuat semuanya terpancing dan membuat Ken lari lebih dulu ke pohon bersama L. Sedangakan Sem masih setia di samping Esta.

Gadis itu mulai menangis dan memegang tangan Sem erat. "Pergi Sem mereka udah datang," lirinya.

"Aku enggak akan pergi ... "

"Sem ayo!" teriak Ken dari atas pohon.

"Dia akan selamat kalau berada di tengah kubus lagian kubus besi itu udah di rancang khusus dan Zolu tidak bisa menghancurkannya," jelasnya. Tapi Sem tidak mau dan masih berusaha membuka penutupnya, Ken berlari turun dari pohon sambil memaksanya ikut.

"Gapapa Sem aku akan nurutin kata Ken!" Esta berusaha meyakinkan lelaki itu yang terus merontah.

Sem di seret dan Ken menembak tali ketempat tenda mereka dan menekan tombol di tali pinggangnya hingga membuat ketiganya tertarik ke dinding pembatas.

Sem melihat dari bawah, kaum Zolu sudah mengepung kubus itu, dia juga masih mendengar tangisan pilu saudaranya karna ketakutan membuat lelaki itu tanpa sengaja meneteskan air mata.

"Tunggu aku Ta," batinnya.

_o0o_

L

Chapitre suivant