webnovel

Orcs

Dari dalam gelapnya portal itu, berbagai macam makhluk berjalan keluar. Enam makhluk berkulit hijau setinggi manusia dewasa muncul dari portal itu, masing-masing membawa baju zirah berat, palu godam, kapak, serta golok. Mata hijau mereka memandang elf itu dan mereka tersenyum, memamerkan gigi taring mereka.

Mags dan Silva mundur selangkah, sementara Emery membaca informasi yang muncul pada telapak tangannya.

[Orc]

[Battle Power: 50]

"Orc!" Mags berseru, memutuskan untuk berbalik dan berlari. Namun, saat ia baru mengambil dua langkah, sebuah tombak melesat cepat dan menusuknya hingga Mags terjebak di sebuah pohon dengan tombak yang menusuk punggungnya.

"Krr. Tidak ada yang boleh pergi!" Salah satu orc berkata dengan suara serak.

Satu elf berambut emas kepang, bertelinga runcing, dan mengenakan jubah hitam muncul, diikuti oleh dua elf lainnya. Salah satu elf memiliki rambut hitam pendek, sementara elf kedua memiliki rambut coklat pendek. Kedua elf itu memancarkan aura kekuatan dengan tekanan yang setara dengan elf berzirah merah sebelumnya.

Emery berusaha untuk tetap melihat mereka sembari memeriksa tulisan di tangannya. Namun, tulisan di tangannya hanya menunjukkan mereka adalah elf, dan battle power mereka hanya tertulis '???' tanpa angka pasti.

Emery memandang elf di paling depan, dan elf itu menatapnya kembali, hingga Emery merasa seperti sedang diikat hingga ia tidak bisa bergerak. Bahkan, ia sama sekali tidak bisa menggerakkan satu jarinya sedikit pun. Terdengar suara dari sisi sampingnya, menunjukkan Silva juga sedang berada dalam situasi yang sama.

"Ini semua salahmu, kau menularkan kesialanmu padaku!" Silva berkata dan menggertakkan giginya.

Emery tidak bisa mengatakan apa-apa. Ia tidak menyangka tekanan dari aura para elf itu membuatnya juga tidak bisa bicara. Ia terus memutar otak, berusaha mencari cara, namun ia hanya bisa diam membatu. Pandangannya fokus mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk pergi.

Ketiga elf itu berhenti di depan elf yang tengah terluka.

"Cin nin eriol (bahasa elf)... Apakah kau tidak bisa meninggalkanku saja, bukankah kita teman lama?" Elf itu bertanya dengan tatapan sedih.

"Kau tahu itu tidak mungkin." Jawab sang elf berambut emas.

Elf yang terluka itu hanya bisa menghela nafas. "Kalau begitu, aku tidak punya pilihan lain."

Angin bergerak, dan semua di sekitar mereka menjadi gelap selama beberapa saat Tekanan yang membuat Silva dan Emery tidak bisa bergerak pun menghilang saat mereka terdorong beberapa langkah. Asap hitam muncul dari dada elf yang terluka itu dan masuk ke dada Cole, dan seketika, elf itu tersungkur ke tanah dengan mata terbelalak.

Cole terjatuh berlutut dan berteriak dengan kerasnya. Asap hitam itu telah memasuki dadanya, dan energi kuat meledak dari tubuhnya, memunculkan bola-bola cahaya hitam yang penuh dengan energi kegelapan. Bola-bola cahaya itu berputar, sebelum membesar dan bergerak mendekati para orc.

"GRAAA!" Teriak salah satu orc sembari melompat menghindar, namun bola cahaya hitam itu mengikuti pergerakan mereka, sehingga para orc itu memutuskan untuk menangkis serangan dengan senjata-senjata mereka. Namun percuma saja, saat salah satu bola cahaya menyentuh tubuh para orc, mereka hanya bisa gemetar sebelum jatuh dan mati ke tanah. Dalam waktu beberapa detik saja, tiga orc sudah mati, namun para elf hanya diam dan sama sekali tidak takut. Mereka hanya memandang bola-bola cahaya itu bergerak sembari menggumamkan mantra.

Elf berjubah hitam di depan mengangkat tangannya, menciptakan zat cairan berbentuk seperti cermin yang menghentikan setiap bola-bola cahaya itu. Setiap bola cahaya hitam itu bergetar kuat, seakan berusaha keluar, namun tidak ada yang terjadi.

Elf kedua memunculkan sebuah tongkat dari cincin-nya dan sebuah bola cahaya petir melesat cepat ke arah Cole. Serangan berbentuk kilatan-kilatan petir terus menyerang, namun Cole hanya melambaikan tangannya dan semua petir itu bergerak seakan menghindarinya. Petir menghantam pepohonan di sekitar mereka, hingga sebagian besar tumbang dan ada juga yang mulai terbakar.

Salah satu orc berusaha menyerang Cole, namun lagi-lagi Cole hanya melambaikan tangan, dan petir berbalik menyerang orc tersebut.

Bau daging busuk yang terbakar memenuhi tempat itu. Seketika, Emery tersadar bahwa Cole yang mereka lihat sangat berbeda dengan Cole yang selama ini mereka kenal.

Menyadari ada kesempatan, elf ketiga menghilang dan muncul di belakang Cole. Cole sadar akan keinginan elf itu dan berhasil menghindari dua serangan, namun elf ketiga lagi-lagi menghilang menjadi asap dan muncul di belakang Cole sebelum menghantam kedua kakinya.

Cole terjatuh, dan elf itu mendudukinya serta menusuk dua bilah pisau ke bahu Cole. Cole melambaikan tangannya, memanggil bola-bola cahaya yang terjebak itu untuk kembali, namun petir dari tongkat elf kedua berhasil menangkis bola-bola cahaya itu. Elf yang menduduki Cole menarik kedua pisau dan menusuknya lagi, sehingga Cole seketika kehilangan kesadaran.

Energi dari aura kekuatan Cole mulai menghilang, sehingga Emery dapat bergerak satu langkah lagi. Namun, elf yang menjadi ketua ketiga elf itu memandang Emery lagi, sehingga lagi-lagi ia tidak bisa bergerak.

"Bawa dia" kata elf berambut emas itu kepada orc yang baru saja keluar dari portal. Suara elf itu terdengar datar dan tanpa perasaan.

Orc itu menarik baju Cole dan membawanya masuk ke dalam portal, meninggalkan jejak berbentuk garis di atas tanah.

"Ini lebih mudah dari perkiraanku." Kata elf yang membawa tongkat.

"Kita beruntung dia baru saja bertarung dengan Agis selama beberapa hari, dan kita bertemu dengannya saat ia baru saja berpindah tubuh." Jawab elf yang membawa pisau sembari memasukkan kedua pisau-nya. Ia menunjuk mayat elf yang tersungkur di tanah dan bertanya. "Bagaimana dengan tubuhnya ini?"

Elf berjubah pertama berjalan mendekati mayat itu, dan Emery dapat melihat kegelapan dalam mata elf itu serta suara yang serius. "Itu… hanya wadah kosong sekarang. Lebih baik… Tinggalkan saja." elf itu berbalik dan berbisik sangat perlahan. "Namariel."

"Bagaimana dengan mereka?" Elf dengan pisau itu menunjuk ke arah Emery.

"Mereka tidak ada gunanya. Bunuh saja mereka."

Chapitre suivant