webnovel

Hidup Rasa Mati

Happy reading!

Semoga luka yang sekarang ia rasakan akan diganti dengan kebahagiaan yang luar biasa nantinya. Kayla hanya  bisa meluapkan rasa sedihnya dengan menangis. Tidak ada yang menenangkan kecuali bisikkan hatinya. Kayla terus berlari sembari menahan rasa sakit di kakinya. Semuanya sakit, Kayla bagai manusia yang ditakdirkan untuk menderita. Kebahagiaan sekarang seperti memusuhinya. Kayla duduk di trotoar seraya memeluk lututnya. Menenggelamkan wajahnya, menikmati jalan sepi dan puas untuk menangis.

Tak merasa kalau ada manusia yang sejak tadi mengikutinya. Seorang itu tengah berdiri dengan perasaannya yang sama. Sakit, tapi keegoisan masih menyelimuti hatinya. Ia masih dongkol dan marah. Bodohnya, ia harus kehilangan seseorang yang sangat peduli dan perhatian padanya. Meski semua itu berlebihan.

Tiba-tiba hujan turun rintik-rintik, kemudian menjadi sangat deras. Melihat Kayla tak membawa payung dan hanya memakai rok pendek dan Hoodie. Gabriel serasa ingin menghampiri cewek itu. Tapi, niatnya urung karena ada seseorang yang tengah berlari dan melepaskan jaketnya untuk menutupi kepala Kayla. Siapa dia? Gabriel tidak begitu jelas melihat wajah sosok itu.

"Kayla, berdiri. Hujan nih," ujar Dimas seraya menepuk pelan pundak cewek itu. Karena Kayla seperti tidak sadar kalau sedang hujan lebat. Cewek itu sudah basah kuyub, lalu mendongak menatap wajah Dimas.

"Dimas?" lirihnya, mata Kayla sudah bengkak bagai digigit tawon.

"Buruan berdiri, hujan deras nih. Ayo gue anterin pulang!" cowok itu bagai pahlawan untuknya, di mana Kayla sedang membutuhkan seseorang cowok itu datang membantunya. Semoga saja tidak ada rasa berlebihan untuknya.

"Kok lo bisa di sini?" tanya Kayla setelah berdiri,

"Tadi gue ke rumah lo, tapi lo nya nggak ada. Jadi gue keliling, eh lo ada di sini." jawab Dimas seraya menutupi kepala Kayla dengan jaketnya. Melihat mata cewek itu merah, dan bengkak. Pasti habis menangis.

"Eum, gitu. Gue tadi abis nyari angin aja hehe." dusta Kayla, melangkah bersama Dimas menuju pulang.

Angin malam menerpa tubuh mereka. Hujan deras ini seperti mewakili perasaan Kayla yang sedang sedih. Sedikit lebih lega setelah menangis, apalagi muncul seseorang yang mengalihkan kesedihannya. Meski, Kayla tak mampu.

😌

Melihat kejadian tadi. Gabriel meluapkan emosinya, cowok itu menonjok dinding sampai tangannya memerah. Wajah culas itu masih belum puas, ponselnya ia banting tapi tidak pecah. Kemarahannya untuk apa? Bukannya bagus Kayla menjauh darinya dan mendapatkan seseorang yang peduli pada cewek itu? Gabriel merutuki dirinya sendiri, bodoh sangat bodoh sekali.

Gabriel mengusap wajahnya kasar, menatap wajahnya di depan cermin. Ia bergerutu bodoh.

Rasakan!

****

Ketika Kayla masuk ke dalam rumah. Langkahnya terhenti ketika melihat sang ibu sedang bercumbu dengan selingkuhannya. Ia memalingkan wajah, seakan tidak melihat kelakuan buruk sang ibu. Cewek itu berlari menuju kamar. Tak habis fikir, kenapa Aleta begitu sadis.

Kayla mendengar ada seseorang datang dan membentak-bentak Aleta. Orang itu benar-benar kasar. Kayla memberanikan diri untuk keluar kamar, melihat kejadian di bawah membuatnya langsung mengambil sapu dan menyelamatkan Aleta. Andrian mencoba melawan mereka tapi orang itu seperti preman.

"Bayar utang lo sekarang! Atau gue habisi lo berdua!" ujar orang itu sembari menunjuk ke arah Aleta.

"Mama," Kayla muncul dan membawa bathrobe untuk menutupi tubuh Aleta.

"Ngapain kamu di sini, buruan masuk ke kamar!" perintah Aleta.

"Aku nggak mau mama kenapa-kenapa. Aku di sini bantu mama." jawab Kayla.

"Oh jadi ini anak gadis lo. Wahhh cantik juga ya," orang itu membungkukkan tubuhnya melihat wajah mulus Kayla.

"Jangan ganggu dia. Lo nggak usah sentuh-sentuh dia!" bentak Aleta, kemudian berdiri seraya mencengkram lengan Kayla. Melindung anaknya agar tidak diganggu oleh preman itu.

"Kamu masuk ke kamar! Kunci dan jangan keluar," perintah Aleta, Kayla tak tega untuk menurutinya. Tapi ia bisa apa. Kayla harus menelfon polisi. Kayla mengangguk, lalu berlari ke kamar untuk menghubungi polisi.

Baru saja Kayla melangkah, orang itu berkali-kali menendang Andrian dan menonjoknya sampai babak belur. Orang satunya juga menampar Aleta, Kayla tidak bisa diam saja. Saat orang itu akan memukul Aleta dari belakang menggunakan botol minuman keras. Kayla langsung mendorong tubuh mamanya sampai terjatuh. Dan, pukulan dari botol itu mengenai kepalanya sampai pecah. Kayla meringis kesakitan serta semuanya terlihat gelap.

Di situ Aleta tidak terima. Wanita itu melemparkan botol ke kepala Bos preman itu. Naas, Aleta lebih dulu ditusuk pisau yang preman itu bawa. Aleta terjatuh di samping Kayla yang sudah berlumuran darah di kepalanya. Tidak sadarkan diri, Aleta merasa bersalah karena tidak mampu melindungi Kayla. Bahkan anak yang selalu ia siksa, menyelamatkannya barusan. Aleta mencabut pisau di perutnya, untung saja tidak begitu dalam. Aleta masih bisa menahan rasa sakitnya.

Tapi sayang, seseorang menonjoknya sampai pingsan.

Preman itu mengira Kayla sudah mati. Ia harus membereskannya, mereka sepakat membuang Kayla ke salah satu tempat yang jauh dari pemukiman orang. Membopong Kayla, dan memasukkannya ke bagasi mobil. Tidak peduli jika ini akan sangat merugikan dirinya sendiri. Dasar penjahat.

Setelah setengah jam berlalu. Orang itu menuju ke jalan yang sepi, sepertinya tempat itu jarang dilewati orang saat tengah malam. Mereka berhenti di jembatan, rencana mereka akan membuang Kayla di sungai. Karena mereka sangat lambat, ada mobil yang lewat. Dan berhenti karena jalan sangat sempit.

"Anda punya otak nggak sih? Di sini ada orang mau lewat! Kisagyaaaaaa!" teriaknya, di akhir kata orang itu menggunakan bahasa korea.

Galang (Jaemin) curiga, ia tidak peduli kalau mereka orang jahat. Karena dia juga orang yang sama. Jahat! Galang menghampiri mereka, terlihat orang itu tengah menghadangnya. Wow, Galang tidak takut bahkan melawan mereka. Ketika kemenangan di tangannya, ia harus menyelamatkan orang yang akan di lempar ke sungai.

"Lepasin dia! Atau saya yang akan melemparkan kalian ke sungai sana!" sentak Galang, preman itu tidak memperdulikannya. Tentu, Galang langsung menonjok dan menghajar mereka. Salah satu preman itu ada yang terjebur ke sungai karena melarikan diri. Anjiay!

Selanjutnya ia harus membawa gadis itu ke rumah sakit. Tidak peduli siapa dia, sepertinya orang - orang tadi adalah penjahat. Yang akan membuang anak itu ke sungai.

To be continued.

Chapitre suivant