Tiga hari berlalu,
Ervin masih saja menjadi anak laki-laki pendiam. Kehilangan Putri, seperti kehilangan separuh hidupnya. Ervin tidak ceria lagi, seperti dulu. Ia lebih banyak mengurung diri di dalam kamar, sang kembaran juga setia menemani Ervin agar tidak kesepian.
"Ervin, kita video call Opa yuk. Kangen tau," ujar Ersya.
Ervin hanya menganggukkan kepalanya dan Ersya langsung mengambil laptop yang ada di dalam kamar, Ervin. Ia langsung menekan nomor sang kakek, dan mereka menunggu video call diangkat oleh Adit.
"Opa lagi kerja, apa dia bakal angkat video call kita?" Tanya Ervin.
"Pasti," balas Ersya.
Lima menit berlalu video call juga tak diangkat. Ersya murung dan meletakkan laptop menjauh darinya. Ervin yang melihatnya langsung mengusap rambut sang kembaran.
"Opa lagi kerja, Ersya. Makanya gak angkat panggilan dari kita. Kamu sih mau nelpon Opa di jam kerja, nanti jam makan siang baru tel--,"
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com