webnovel

Chapter 10

"Mamah kangen nih, mana adek juna?"

Liana sedang tengkurap di ranjang yang super besar itu. Matanya berbinar melihat kedua anak cantiknya sedang bermain di kolam renang.

"Adek masih bobok dong kan ini masih pagi. Mamah dikamar Abah ya? Abah mana ?"

Liana tersenyum mendengar penuturan Amelia, wanita itu mengarahkan kameranya menghadap ke arah Leon yang sedang memeluk guling dan rambut yang acak-acakan.

"Abahhhhhh' pekik Adelia.

Pekikan itu membuat mata Leon setengah terbuka. Pemandangannya matanya di suguhkan dengan kedua anak cantik sedang di dalam kolam renang bersama dengan Orangtuanya.

Leon merebut smartphone dari genggaman Liana, Leon tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah kamera.

"Abah, nyusul ke sini dong sama Mamah" teriak Amelia.

Leon hanya menganggukkan kepalanya sedang Liana hanya tertawa kemudian merebut smartphone nya dari genggaman Leon.

"Yaudah, ntar Mamah sama Tante-tante sama Abah nyusul ke sana ya. Ingat, jangan main air terus"

Klik. Liana memencet tombol merah di aplikasi berwarna hijau itu dan kembali menampilkan gambar minion yang menjadi walpaper smartphonenya.

Ehem. Leon berdehem saat Liana masih asyik berbalas chat di sampingnya. Liana menoleh seolah berkata apa? Liana kemudian memfokuskan kembali matanya ke layar benda pipih tersebut. Senyumnya tak berhenti merekah membuat Leon sedikit merasa terabaikan. Ya, Leon terobsesi dengan Liana.

"Kacang" ucap Leon. Tetapi matanya masih saja menatap Liana.

"Apa? Hmm?"

"Chat sama siapa sih?"

"Abimanyu"

Sontak Leon merebut Hp dari genggaman Liana. Liana hanya bisa tertawa, kebiasaan cemburu adiknya tak pernah berubah.

Leon menggulir chat tersebut membaca pesan pesan romantis yang di ketik Liana dan saingannya itu.

Leon membanting smartphone Liana di atas kasur itu. Segera lelaki tampan itu bangkit dari posisi nyamannya. Cemburu.? Nyata Leon cemburu. Tapi dia tak bisa memaksakan, biarkan Liana memilih kemana cintanya akan berlabuh.

"Mau kemana?" tanya Liana saat melihat Leon bangkit dari kasur ternyamannya.

Leon hanya melirik sekilas kemudian melenggang pergi memasuki kamar mandi tanpa menghiraukan suara Liana yang memanggil dirinya.

~~~

Liana telah memesan tiket penerbangan ke Jakarta untuk flight nanti malam. Liana sudah tak sabar bertemu dengan ketiga anaknya.

Keluarga Soehardjo bukanlah keluarga miskin. Keluarga mereka cukup terpandang di area Jawa. Pak Hardjo sendiri merupakan pengusaha real estate di daerah Jakarta. Semua anak-anaknya di ajarkan untuk berbisnis.

Lena, memiliki usaha butik yang sedang melejit. Butiknya tersebar di beberapa penjuru. Di balikpapan hanya ada satu, sementara di jawa ada dua butik ternama Lena. Dan dua lagi butiknya yang bertempat di Filipina.

Luna, walaupun gaya nya urakan tetapi berkat keterampilan nya dia memiliki usahanya sendiri yaitu beberapa sky lounge yang terletak di hotel bintang lima adalah miliknya.

Liana, wanita cantik satu ini memiliki beberapa restoran yang tersebar di daerah jawa dan di balikpapan. Setiap restoran, memiliki khas masakan yang berbeda.

Leon, walaupun dia hanya anak angkat tetapi Pak Hardjo dan Bu Lulu amat menyayangi Leon. Leon menuruti kemauan mereka dengan menjadi Pegawai Negeri Sipil di salah satu SMA Swasta dengan gaji yang lumayan. Dan juga profesinya sebagai DJ menambah penghasilannya. Jangan lupa, dia juga pemilik dari Knock out Club yang telah tersebar di 3 negara.

Okey, sudah cukup kita jabarkan tentang kekayaan mereka yang akan membuatku mimisan.

~~~

Hari ini, Liana akan berkunjung menemui Fajar. Ya, Fajar di tahan di sebuah kantor polisi dekat dengan Mall. Liana membawakan makanan kesukaan Fajar, bebek ungkep komplit dengan lalapan dan sambal.

Biar bagaimanapun, Fajar adalah lelaki yang menyandang status sebagai suami selama 8 tahun terakhir yaa walaupun hanya sekedar status tapi Liana tak ingin di hinggapi rasa dendam.

Liana memberhentikan motor vario nya tepat di sebelah warung yang letaknya berdampingan dengan kantor polisi tersebut. Wanita cantik dengan kemeja lengan panjang berwarna peach dan rok putih gading selutut serta sepatu berwarna merah muda membuat penampilan Liana sedikit aneh. Ya, aneh. Tapi semua itu tak mengurangi kadar pesona Liana, terbukti dengan beberapa mata polisi yang tengah menyantap makanan di warung itu fokus terhadap Liana yang sedang menenteng beberapa kotak putih.

Liana melenggangkan kakinya ke dalam kantor polisi, wanita itu di sapa oleh tiga bapak polisi yang sedang duduk di meja.

"Pak, mau bertemu Fajar. Bisa?" tanya Liana.

"Bisa. Itu bawa apa?" tanya polisi yang bername tag Bagus itu.

Liana menyodorkan kotak putih yang ada di genggamannya itu, "Makanan kok pak bukan narkoba"

Para polisi segera menggeledah isi makanan itu dengan seksama, wangi masakan itu pun membuat ketiga polisi itu lapar.

Setelah memperbaiki makanan yang sebelumnya di geledah polisi, Liana mengikuti seorang polisi yang lumayan gagah mengantar nya ke ruangan pengap tersebut.

"Bang" panggil Liana saat dia melihat Fajar sedang terduduk di pojokan.

Semua tahanan yang ada di dalam ruangan itu menoleh ke arah Liana. Liana menyerahkan tiga buah kotak nasi itu kepada Fajar untuk di bagikan kepada teman-teman nya di tahanan dan satu buat Fajar sengaja Liana sisihkan. Inilah kali pertama mereka bertemu setelah peperangan hari itu.

"Kamu gak apa-apa?" Fajar bertanya sembari menelisik dengan dekat wajah Liana.

Liana menunjuk ke arah sepanjang tangannya yang di penuhi luka. Dan juga di daerah pelipisnya yang telah di samarkan dengan make up.

"Maafkan abang ya Li." ujar Fajar memelas.

"It's oke. Yaudah di makan gih, keburu dingin," Liana membukakan kotak makan itu dan menyiapkan sendok garpu yang untuk Fajar, "Mmm aku mau ngajukan surat cerai ya Bang. Maaf sebelumnya."

Fajar menghela napas,  dia sudah menduga hal ini dan dia tak boleh lagi gegabah.

Fajar tersenyum, "Tolong jagain Mami sama Papi ya" Terakhir kali, orangtuanya menengok di tahanan hanya sebentar karena Mami nya Fajar seketika pingsan.

Liana menganggukkan kepalanya mantap karena dia juga menyayangi mertuanya itu. Itu yang membuatnya susah melepas Fajar, mertua perempuannya memiliki kondisi fisik yang lemah. Sedikit saja terkena berita buruk, maka akan berkepanjangan akibatnya.

~~~

"Lagi dimana? Kok rumah sepi?" tanya Liana yang menempelkan smartphone di telinganya.

"......"

"Ok, flight malam ini. Awas kalo telat"

Tut. Liana mematikan panggilannya, wanita cantik itu mengusap layar smartphone nya yang terdapat beberapa pesan di aplikasi berwarna hijau.

Lupa ya? Aku tunggu di hotel redblue ya sayang, kabarin kalo mau kesini.

Begitulah isi pesannya.

Liana segera memasuki kamar Leon dan kemudian mandi serta mengganti baju. Diapun telah cantik kembali dengan kaos lengan pendek berwarna putih dan celana jeans panjang. Semuanya melekat sempurna di tubuh molek Liana.

Liana pun menghampiri mobil audi nya, yah dia menggunakan mobil untuk menghindari matahari yang sedang menyengat.

Jangan heran kenapa Liana membersihkan diri di kamar Leon, karena Leon menyiapkan satu lemari beserta isinya yang sesuai dengan selera wanita nya itu. Liana pun tidak keberatan, apalagi Liana belum sama sekali memindahkan barang-barangnya dari rumah lamanya.

Liana menginjak pedal rem audi A4 nya, menatap matahari yang sedang tinggi-tingginya. Wanita cantik itu berjalan santai ke dalam hotel. Kaca mata hitamnya ia turunkan saat di depan resepsionis, "Ruangan Airlangga Abimanyu di mana?"

Resepsionis yang bernama Fira itu tercekat, pasalnya wanita yang di hadapannya ini hampir mirip dengan Miss Luna pemilik lounge di hotel ini.

Liana menaikkan sebelah alisnya menatap resepsionis di depannya itu. Kemudian matanya beralih ke smartphone yang ia genggam. Abimanyu is calling.

"....."

"Ok"

Liana melenggang menuju lift dan menekan angka 16. Lift menutup dan dalam sekejap Liana sudah berada di lantai yang dituju.

Matanya tertuju pada keadaan lounge ini. Tempat yang sempurna untuk melepas lelah dan menjauh dari titik  hiruk pikuk kota. Kafe yang berada di tepi kolam renang ini membuat nya merasakan sejuk. Walaupun matahari sedang tingginya tetapi Liana merasakan sangat rindang berkat tanaman yang tertanam rapi di sini.

Tatapan matanya tertuju pada seorang lelaki tampan yang sedang melambaikan tangan ke arahnya. Abimanyu.

"Miss you" Abi berdiri dan memeluk Liana singkat.

Liana hanya tersenyum melihat tingkah pria itu. Di luar terlihat dingin dan judes tetapi nyatanya? Beberapa pasang mata melihat antusias ke arah mereka berdua. Lelaki yang gagah dan wanita yang jelita.

Pelayan pun segera menghampiri mereka. Pelayan wanita yang mengenakan rok selutut itu mengernyitkan dahi saat melihat Liana, dia merasa melihat pemilik tempat ini.

"Permisi, mau pesan apa" ucap pelayan tadi.

"Air mineral aja" jawab Liana, matanya sibuk menatap benda pipih di hadapannya itu, berbalas pesan dengan Leon yang menanyakan keberadaannya.

"Aku menjadi invisible disini" Abi tertawa palsu.

Liana mendongakkan kepalanya melihat bibir Abimanyu mengerucut, "Maaf .... maaf. Hahahaaa, lucu banget sihh" Liana menoel dagu Abi.

"Oh ya, ada apa?" sambung Liana.

"Gak ada sih, cuma rindu aja. Kenapa? Lagi sibuk ya?"

"Iya sih, kita mau ke Jakarta nyusul mamah papah"

"Kapan?"

"Ntar malem"

"Udah dapet pesawat?"

Liana menganggukkan kepalanya, Liana mengerti bahwa Abimanyu bermaksud mengantarkan nya sampai tujuan. Tapi tidak, ada Leon. Dan Liana tidak ingin suasana canggung.

Abimanyu mengerti raut wajah Liana, pria itu menyelipkan helaian rambut Liana ke belakang telinga, "Aku akan menyusul"

~~~

Lima orang sedang menyeret koper mereka di suasana bandara yang lumayan ramai ini. Ya, penerbangan malam biasanya menjadi favorit bagi mereka yang terbang jauh.

Liana menggunakan kaos putih yang memperlihatkan perut ratanya, kaos putih terlihat agak ketat dengan payudara besar 34c Liana. Celana jeans berwarna hitam dan boots yang menambah kesan cantik untuk Liana.

Sedangkan Leon, rambutnya yang acak-acakan membuat ketampanannya berkali-kali lipat. Mengenakan kaos putih yang seolah memperlihatkan otot-otot di perutnya, lengan pendek kaos memperlihatkan otot bisepnya yang menggugah itu.

Sedangkan Lena dan Luna terlihat betah mengenakan baju tidur berbahan tie die itu dan jangan lupakan anak Lena yang sedang di gendong oleh suaminya itu.  Suami yang selalu ada untuk Lena. Bucin seperti Leon.

Mereka mendesah, akhirnya sampai juga. Mereka segera menuju ke mobil jemputan mereka.

"Langsung ke apartemen neng?" tanya Pak Waluyo selaku supir.

Luna hanya menganggukkan kepalanya. Dia bersandar di kursi mobil melirik ke arah spion.

Kakaknya, Lena sedang bersandar di bahu suaminya. Luna akui Indra memang suami idaman. Ia kagum dengan kesabaran Indra dengan tingkah manja Lena yang ampun-ampun.

Sedangkan adiknya, Liana sedang asik bermain dengan benda pipih di tangannya. Sementara kepala Leon berada di paha Liana dengan kaki menjuntai di jendela.

Luna hanya menggelengkan kepalanya. Ia tau Leon amat mencintai Liana, bucinnya sungguh akut tetapi kadang tingkahnya bak anak kecil yang haus kasih sayang. Yah, wajar saja mengingat Leon di telantarkan oleh kedua orangtuanya.

Kemesraan mereka tidak sampai di situ. Lena tertidur bagai bangkai yang tak kunjung bangun sehingga anaknya yang berada di pelukan Indra di serahkan kepada Luna.

Sedangkan Leon ogah-ogahan berjalan. Wajahnya mendusel leher Liana dan Liana hanya pasrah sambil memapah Leon yang lebih berat darinya.

Sementara Luna? Jomblo bisa apa?

Jangan lupa vote.

Salam dari author 😘😘😁

Chapitre suivant