webnovel

Merencanakan Pelarian

Beberapa bulan tinggal sebagai tawanan yang belum jelas akan dijadikan apa oleh tuan penculik, Tsai Fei dan Qin Lang mulai terbiasa bersahabat. Tanpa sengaja mereka berdua sering berbicara dan bercerita. Dari kebiasaan itu muncul pula rasa empati dan simpati. Keduanya memiliki tekad yang sama saat ini---ingin melarikan diri dan bebas dari tempat ini.

Tsai Fei walau sudah berniat akan mempercayai siapa pun dia bisa merasakan bahwa Qin Lang bukan penipu. Begitu juga sebaliknya, Qin Lang tidak merasa salah dengan kerja sama dua tawanan untuk kabur.

Berbekal dengan rasa ingin kabur, keduanya bisa menjadi teman dan partner yang baik.

"Jadi kau setuju dengan ideku?" tanya Tsai Fei pelan. Mereka hanya akan berbicara pada malam hari di saat semua penjaga sudah terlelap.

Jika tidak hati-hati nasib keduanya bisa menjadi lebih buruk lagi.

"Tentu saja. Tidak ada yang buruk. Setelah kita keluar bisa berpisah dan melanjutkan perjalanan masing-masing," kata Qin Lang.

Pikirannya jauh menerawang kepada Xiu Lan dan Jiang Ning. Entah di mana dua orang itu sekarang. Apakah mereka baik-baik saja atau malah dalam bahaya? Namun, selama masih hidup, Qin Lang bertekad akan mencari dan menemukan mereka berdua.

"Baiklah, begitu juga baik," jawab Tsai Fei dengan agak sedih.

Sudah lama dia tidak memiliki siapa pun dan setelah mendapat teman yang bahkan tidak dia ketahui wajahnya sekarang mereka akan kabur dan mimpi mereka akan tercapai. Lalu setelah semua itu, Tsai Fei akan kembali sendirian dan tidak memiliki siapa pun.

Ketika dia bersedih, tiba-tiba ingat tujuan dia hidup dan untuk apa ayahnya menyelamatkan dirinya kabur.

"Fei, Fei, kau harus sadar kau siapa. Jangan terlena, dunia ini semuanya menakutkan. Percaya pada diri sendiri!" ujar sang putri pada dirinya sendiri. Dia begitu khawatir kalau sampai kehilangan cita-cita. Usianya baru akan 17 atau 18, dia harus bertahan dan berjuang merebut kembali apa yang menjadi miliknya. Yang lebih penting dari sekadar perebutan kekuasaan itu adalah bahwa Tsai Fei sudah bersumpah akan membuat rakyat makmur dan sejahtera.

Cita-cita yang mulia dari seorang putri kerajaan yang tinggal sebatang kara.

"Baiklah, jangan sampai melupakan jati diri," gumam Tsai Fei lagi menyemangati dirinya.

Qin Lang mendengar sayup-sayup kalau gadis di sebelah ruangannya sedang berbicara dan menyemangati dirinya sendiri. Sebagai pria yang terhormat dia membiarkan gadis itu dan tidak mengusiknya.

"Dia punya tujuan dan aku juga. Semua orang sama. Semoga semuanya tercapai," pikirnya dalam hati.

Kesalahpahaman sudah dimulai bahkan ketika mereka belum saling menatap wajah dan mata.

"A Fei, apa kau sudah tidur?" tanya Qin Lang setelah dia sudah tidak mendengar suara apa pun dari ruangan sebelahnya.

Tak ada jawaban. Qin Lang mencoba mengintip mencari tahu apa yang terjadi di sebelah sana. Tak ada gerakan atau suara apa pun.

"Eh? Apa dia tertidur begitu saja? Tadi begitu cerewet," gumam Qin Lang.

Dia merasa aneh dengan kejadian yang mendadak tidak bisa diprediksi. Selama ini Qin Lang belum pernah hidup dengan perempuan selain ibunya, itu juga sudah sangat lama. Jadi agak sulit baginya untuk bisa memahami seorang perempuan dengan segala jalan pikirannya yang rumit.

Walau begitu, dia menganggap Tsai Fei berbeda. Dia agak mirip dengan pemikiran laki-laki dibandingkan perempuan. Itulah kenapa Qin Lang merasa cocok dan menjadi temannya setelah sekian lama di sana.

"A Fei, A Fei!" panggil Qin Lang lagi dan masih belum ada jawaban.

Merasa khawatir dia mengambil sebuah besi dan menusuk dinding pemisah di antara mereka berdua. Dengan lubang kecil dia mencuri pemandangan ke sebelah ruangannya. Di sana Tsai Fei terbaring dengan seekor ular di kakinya.

Tak bisa menahan dirinya, Qin Lang berteriak dengan keras agar membuat penjaga terbangun. Cukup lama dia meminta tolong tetapi belum ada juga jawaban.

Akhirnya dia memutuskan menyelematkan sendiri gadis cantik yang sudah terbaring lemah.

Selama ini Qin Lang sengaja tidak menunjukkan kekuatannya agar tidak dicurigai bisa kabur. Namun, soal nyawa adalah hal yang berbeda. Dia bisa memikirkan cara lain nanti lagi.

Setelah membunuh ular kecil di kaki Tsai Fei dia mencoba mencari luka di tubuh gadis itu tetapi tidak ada.

"Heh? Lalu kenapa dia bisa pingsan?"

Qin Lang masih penasaran dan hendak mencarinya lagi, tetapi bagaimanapun Tsai Fei adalah seorang gadis dan dia laki-laki bukankah agak berlebihan kalau dia melepaskan pakaiannya?

Sambil menutup matanya dan menahan napas, Qin Lang mulai mencari lagi bekas luka gigitan. Belum sempat dia melepaskan pakaian luar Tsai Fei sebuah tamparan mendarat di wajahnya.

"Kau mesum! Kau siapa!" teriak Tsai Fei dengan nada tinggi. Gadis yang tadinya pingsan mendadak galak dan wajahnya seperti siap membunuh.

Qin Lang mengangkat wajahnya perlahan dan menatap sang putri dengan lekat.

"Ini aku Fei," ucapnya.

Tatapan mereka saling bertemu dan seketika suasana berubah. Tsai Fei merasa dirinya seolah terpaku dan tidak bisa bergerak. Sementara Qin Lang merasa dunianya terhenti seketika. Tatapan dua anak muda untuk pertama kalinya begitu dalam, hangat dan ada perasaan aneh.

Setelah beberapa lama Tsai Fei kembali sadar dan berkata, "Apa yang kau lakukan di kamarku bukankah kau bisa mati?"

Qin Lang juga tersadar dan menjawab, "Syukurlah kau tidak apa-apa."

Mendengar jawaban itu Tsai Fei kembali sadar kalau dia memang pingsan tadi. Setelah melihat ular dirinya sudah tidak ingat apa pun.

"Itu!" teriak Tsai Fei begitu melihat ular terdampar di sudut ruangan.

"Aku sudah membunuhnya tidak mungkin hidup lagi, sudah mati," jelas Qin Lang.

Tsai Fei tersenyum manis. Wajahnya ceria untuk pertama kalinya setelah semua keluarganya mati dalam semalam. Malam ini dia entah kenapa begitu bahagia.

"Terima kasih, Kakak. Kulihat kau pasti lebih tua dari aku," ucap Tsai Fei dengan malu-malu tetapi masih sopan.

Qin Lang memperhatikan sikap dan wajah yang tidak biasa. Selama ini dia menemui banyak perempuan, tetapi sangat berbeda dengan Tsai Fei. Gadis ini anggun, cantik, kejam juga ada, dan dia terlihat mendominasi untuk aura seorang gadis muda.

Tak sadar, dirinya sudah menatap terlalu jauh.

"Apa yang kau pikirkan? Penjaga datang, ayo kembali dan berpura-pura tidak ada yang terjadi!" kata Tsai Fei dan Qin Lang langsung berlari.

Mereka berdua berpura-pura semuanya baik-baik saja. Tsai Fei berpura-pura tidur dan Qin Lang seperti biasa entah menulis dan membaca apa.

"Tidak ada masalah, semua kembali!" teriak kepala penjaga.

Tsai Fei dan Qin Lang merasa lega akhirnya mereka tidak ketahuan sudah saling bertemu. Dan yang paling penting adalah, Tsai Fei tidak terluka dan dia hanya pingsan karena takut melihat ular.

Begitulah pertemuan keduanya dan mereka masih terus merencanakan pelarian. Hidup merdeka dan melanjutkan mimpi.

Chapitre suivant