Melihat posisi mereka yang sudah siap saling menyerang itu membuatku khawatir bukan main. Aku memegang salah satu tangan Mahesa dari belakang, yang tentu saja membuat si pemilik tangan refleks menoleh ke arahku.
"Mahesa, kau yakin akan melakukan ini?" tanyaku sekali lagi karena sungguh aku masih mengkhwatirkannya.
Mahesa mengulas senyum ramah seperti biasa, sebelum kepalanya terangguk mengiyakan. "Sangat yakin. Kau tunggulah di sini, aku akan membuatmu kembali bersama suamimu."
Aku yakin kedua mataku sudah berkaca-kaca sekarang karena aku bisa merasakan pandanganku mulai buram.
"Jangan khawatir. Aku pasti baik-baik saja," ucapnya seolah dia bisa membaca pikiranku yang sedang mengkhawatirkannya.
"Kau sedang berjanji padaku. Kau harus selamat, Mahesa."
"Itu pasti. Kau cukup tunggu saja di sini dan lihat kehebatanku." Dia menyengir lebar penuh percaya diri, membuatku mau tak mau ikut membalas senyumannya dan hanya bisa menganggukan kepala.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com