Suasana di meja makan tampak hening, tidak ada yang mengeluarkan suara, hanya suara piring dan sendok yang saling beradu yang terdengar.
Aku sejak tadi mencuri-curi pandang pada Zero. Pria itu tampak tenang setelah insiden yang terjadi tadi di mana dia nyaris membuat jantungku melompat dari tempatnya menggantung. Padahal jantungku belum kembali berdetak normal, tapi sikap Zero tampak biasa-biasa saja seolah tak ada yang terjadi di antara kami. Seolah-olah pria itu tak merasa bersalah setelah menggodaku tadi.
"Bibi."
Nyaris saja aku tersedak makanan yang sedang aku kunyah ketika Zero tiba-tiba saja memanggil namaku.
"K-Kenapa, Zero? Kau suka makanannya, kan?"
Zero mengangguk. "Tentu saja suka. Mana mungkin aku tidak menyukai masakan Bibi."
"Oh, bagus kalau begitu," sahutku seraya terkekeh. Entah kenapa aku jadi merasa begitu gugup dan canggung sekarang. Baru kali ini aku merasa seperti itu sejak tinggal bersama dengan Zero yang terlahir kembali.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com