webnovel

몰라요 - Don't Know

Setelah tiga tahun berlalu, Jungkook sudah benar-benar melupakan kejadian sore itu. Ia juga harus menjadi lebih dewasa dari sebelumnya. Ia -pun harus menerima kenyataan bahwa mantan kekasihnya juga bekerja dalam satu agensi yang sama. Ya, Soora Noona.

Soora bukan menjadi idola semestinya, tapi justru Soora menjadi staff di agensinya. Khususnya menjadi staff boy grup Bangtan. Soora yang selalu menyiapkan kostum untuknya dan para member lainnya. Kemudian merapihkan apa yang terlihat berantakan di depan kamera. Terkadang mengurus sampai mana persiapan panggung. Soora benar-benar sibuk.

Para staff, manajer, maupun para member tidak mengetahui bagaimana apa yang terjadi diantara mereka berdua. Mereka sudah berjanji, bahwa tidak membiarkan masa lalu mereka terungkit di sini. Mereka bersedia untuk bersikap profesional.

Kedua mata mereka saling membola ketika pandangan mereka saling bertemu di kota yang sama, Seoul. Satu bulan setelah kejadian sore itu, mungkin diantara keduanya belum siap untuk bertemu. Tapi bagaimana Tuhan menggariskan jalan yang berbeda, mereka bertemu di depan gedung agensi BigHix.

Keduanya diam, "No-Noona. Apa yang kau lakukan disini?" tanya Jungkook membuka suara. Soora mengepalkan kedua tangannya disisi tubuhnya. Bagaimana -pun juga Soora belum bisa melupakan semuanya tentang Jungkook. Bagaimana mereka bisa bertemu disini. Kantung mata Soora mulai memerah menahan tangis.

Dalam keadaan seperti ini, ia seperti di dalam dua kubu. Soora membenci Jungkook sekaligus masih benar-benar menyayangi Jungkook.

Soora sudah merasa bahwa Jungkook akan menjadi idola dibawah naungan agensi Bighix. Mungkin hanya Jungkook yang tidak mengetahui, apa yang Soora lakukan disini.

"Aku bekerja disini," ucap Soora pelan sambil tersenyum, melupakan apa yang ia rasakan saat ini. "Yang ingin kukatakan satu bulan padamu di Busan adalah ini, aku mendapat pekerjaan di Seoul." Jelas Soora. Jungkook terdiam mendengar penjelasan Soora.

Ya, waktu itu Jungkook sadar, keadaan tidak mendukung, bagaimana Soora bisa menceritakan semuanya jika keadaan waktu itu benar-benar kacau.

"Tidak kusangka bahwa kau bekerja dengan agensi yang sama dengan tempat aku bekerja." Ucap Soora lagi. Mengapa lidah Jungkook terasa kelu?

Kedua terdiam membisu, bagaimana mereka terlihat seperti menikmati musim semi.

Soora tertawa pelan merasakan kecanggungan yang ada. Berbeda sangat ketika mereka dulu sering menhancurkan keheningan. Tidak membiarkan kekosongan masuk diantara mereka berdua.

"Aku bekerja disini tidak untuk menjadi idola sepertimu, aku hanya menjadi karyawan biasa, untuk membantu traine yang ingin debut bulan depan. Dan sepertinya itu adalah, kau." Soora berucap dengan santainya, seakan-akan tidak terjadi apapun diantara mereka.

Didepan gedung agensi terlihat sepi, mungkin beberapa staff dan para member sudah berada didalam gedung. "Noona," panggil Jungkook dengan raut wajah yang datar. Kedua tangannya ia masukkan kedalam kantung hoodie hitam yang berada didepannya. Soora menaikkan kedua alisnya, mengartikan, iya.

Soora benar-benar sangat merindukan suara Jungkook. Tentu dengan raut wajah yang berbeda, dan keadaan yang sangat berbeda.

"kuharap semuanya telah berlalu,"

Soora mengerutkan keningnya bingung,

"Tetaplah mengutamakan profesional dalam bekerja. Aku menginginkan agar para staff, manajer ku, dan khususnya para member tidak mengetahui apa yang telah terjadi diantara kita berdua." Ujar Jungkook dengan jelasnya.

Tentu saja itu semua berhasil menanamkan seribu pisau di hati Soora. Jungkook -nya sekarang berubah menjadi dingin. Ia menundukkan kepalanya sebentar berusaha menahan amarah yang terlintas, "terutama hubungan ki-ta?" tanya Soora gugup. Soora benar-benar membenci raut wajah itu, raut wajah yang dingin, tidak penyayang, dan manja.

"Semuanya" singkat Jungkook.

Soora tersenyum pahit, matanya melirik keatas sebentar, kemudian pandangannya beralih kembali pada Jungkook yang terus terlihat santai. Soora menggerutu bagaimana Jungkook bisa sesantai ini menghadapinya. Bagaimana dirinya yang benar-benar lemah ketika harus dipertemukan kembali dengan Jungkook.

"Aku mengerti," balas singkat Soora dengan senyum yang ia paksakan.

Jungkook mengangguk, "merahasiakan semuanya mungkin tidak cukup, anggaplah bahwa kita juga saling tidak mengenal sebelumnya." Kata Jungkook dengan santainya, "aku permisi." Lanjut Jungkook sambil membungkukkan tubuhnya untuk berpamitan.

Tubuh Soora membeku mendengar penjelasan Jungkook. Mengapa Jungkook harus menyembunyikan semuanya? Apa hubungan mereka begitu buruk untuk diketahui banyak orang?

Hati Soora benar-benar seakan mati rasa, ia benar-benar ingin menangis. Air matanya jatuh tanpa diharapkan. Buru-buru jarinya mengusap air matanya, ia tidak mau orang lain melihatnya di hari pertama kerja. Tetapi keadaan membuat suasananya memburuk, hanya karena Jeon Jungkook.

Soora benar-benar masih mencintainya. Tapi apa dayanya, seorang Jeon Jungkook yang ia kenal pria manja, kini berubah menjadi dingin tanpa diminta.

"Jeon Jungkook, aku masih mencintaimu." Kemudian isakan mulai terdengar lagi seperti satu bulan yang lalu.

******

"Oke! Briefing hari ini sudah selesaikan! Kuharap semua dapat bekerja sama demi kelangsungan Bangtan. Dan tetap jaga kesehatan kalian selama bekerja. Ara?" teriak seorang manajer Bangtan yang menjadi pemimpin komunikasi saat ini.

"Ara!" teriak semua staff dan para member yang berada dalama ruang briefing.

"Kasahamnida!" teriak manajer sekali lagi, kemudian bertepuk tangan disusul dengan yang lain.

Kemudian semua orang satu persatu mulai meninggalkan ruangannya.

Sudah tiga tahun Bangtan menjadi artis besar dan tentunya dengan melewati beberapa proses yang cukup sulit untuk mereka sendiri. Dan kini seluruh negara hampir mengenal mereka. Manajer sejiun -pun ikut tekejut ketika satu tahun mereka debut, Bangtan sangat diterima dengan baik oleh para penggemarnya, Amy.

Dimulai dengan dorm yang sangat kecil dan tidur di ranjang susun, tampil di Los Angeles, memulai tur mereka dibeberapa negara dengan merilis beberapa musik video dengan penuh teka-teki dan teori hingga membuat para fans -nya dibuat bingung. Mendapat penghargaan sudah menjadi hal yang wajib mereka dapatkan. Hingga sekarang nama Bangtan sudah tidak asing lagi untuk didengar kalangan orang.

Bukan hal yang aneh lagi, dibalik sibuknya Bangtan, terdapat para staff yang turut sibuk untuk mengurus jadwal Bangtan dan memperhatikan setiap detail panggung, kostum, tata rias, terutama para member , sebelum mereka perform. Berusaha agar Bangtan tampil dengan baik. Terkadang staff terlihat lebih sibuk, dibanding para member. Tapi dari itu, mereka sangat senang mencapai kesuksesan bersama dengan para member.

"Soora!" teriak seorang pria pada Soora yang baru menginjakkan kakinya diluar ruangan. Soora memutar tubuhnya untuk memastikan siapa orang yang memanggilnya.

"Oh, Taehyung. Ada apa?" tanya Soora setelah mendapat Taehyung yang berada didepannya. Taehyung tetap terlihat tampan, walau hanya memakai kaos panjang dengan topi hitam kesukaannya.

Taehyung tersenyum, "Kau sibuk?" tanya Taehyung.

Soora terlihat melongo, kenapa Taehyung harus bertanya apa ia sibuk atau tidak. Soora menepuk pundak Taehyung pelan, "Ya! Kau bodoh atau memang bodoh? Tentunya aku akan sibuk. Bagaimana aku tidak sibuk, jika satu bulan kedepan kau

Raut wajah Taehyung mulai terlihat kecewa, "Kenapa kau begitu sibuk sekali." Rungut Taehyung.

"Bagaimana aku tidak sibuk, jika satu bulan kedepan kau bersama membermu akan memulai Comeback kalian." Jelas Soora dengan raut wajah lelahnya. Melihat Taehyung yang terlihat kecewa membuat Soora merasa tidak tega, "Memangnya ada apa?" tanya Soora lagi.

"Aku hanya ingin makan siang berdua denganmu." Jawab Taehyung menatap Soora dengan tatapan jahilnya.

"Aish! Ya! Kupikir ada apa?" rungut Soora sambil mencubit pinggang Taehyung pelan.

Keduanya tertawa, "Jadi?" tanya Taehyung dengan seringai jahilnya.

"Kajja!" jawab Soora dengan senangnya.

Tiba-tiba tubuh Soora lunglai ketika seorang pria menabraknya, keluar dari arah pintu ruang rapat barusan. Dengan cepat Taehyung menahan tubuh Soora agar tidak terjatuh. Ketika dilihat pria itu, Jungkook.

Kemudian pandangan Jungkook terarah pada Soora dan Taehyung dengan tatapan dinginnya, "Bisakah kalian berdua tidak berbicara di depan pintu? Ini tempat orang untuk berjalan." Ketus Jungkook. Dengan cepat Jungkook berjalan meninggalkan mereka berdua yang masih termangu menatap dinginnya Jungkook.

Setelah sedikit menjauh, Jungkook menganggkat ponsel genggamnya yang sedari tadi berdering, kemudian berbelok menuruni tangga.

"Kau baik-baik saja?" tanya Taehyung khawatir, karena tabrakan Jungkook sedikit terlihat keras.

"Aku baik-baik saja." Ucap Soora berbohong. Boleh jujur, tabrakan lengan Jungkook dengan Pundak Soora sangat keras, membuat Soora sedikit meringis. "Ayo!" ajak Soora menghilangkn keheningan.

"Ayo." Ujar Taehyung.

*****

"Kau terlihat sangat lelah," tanya seorang wanita yang sedang menguncir rambutnya menjadi satu. Wanita itu mengenakan kemeja berwarna putih terang, hingga tubuhnya terlihat cantik.

Jungkook menghela nafas kasar, kedua matanya terus terpejam. Satu lengan besarnya ia jadikan tumpuan untuk kepalanya. Semenjak ia datang ke apartemen kekasihnya, Jiun, ia langsung membaringkan tubuhnya di ranjang milik Jiun. Entah apa yang dirasakan Jungkook, hingga tubuh dan terutama pikirannya benar-benar terasa lelah. Padahal, satu bulan kedepan waktunya ia dengan bersama para member mempersiapkan comeback -nya.

"Aku hanya ingin tidur," Jawab Jungkook tanpa membuka kedua matanya. Jiun yang melihat kekasihnya yang akhir-akhir ini terlihat sangat tidak bersemangat.

Ia memang harus sadar, kekasihnya memang bukan lelaki biasa. Jungkook terus memiliki jadwal yang padat. Bahkan, mereka hampir jarang bertemu. Pertama, karena jadwal mereka yang sama-sama padatnya, bagaimana tidak, mereka sama-sama seorang idol. Jiun -pun memiliki profesi sebagai penyanyi wanita, tetapi ia debut sebagai solo artis. Berbeda dengan Jungkook, ia debut sebagai boygrup.

Kedua, mereka tidak terlalu banyak menghabiskan waktu berdua diluar ruangan, karena takut terendus kamera paparazi. Hingga pada akhirnya mereka harus mendapat skandal dan berurusan dengan agensi mereka masing-masing.

"Kau sudah makan?" tanya Jiun lagi, sambil menatap Jungkook yang masih menikmati pikirannya sendiri. Hubungan mereka mulai menginjak hampir satu tahun. Tetapi sampai saat ini, mereka berhasil menjalin hubungan tanpa adanya berita skandal dating.

Sejujurnya, Jiun benar-benar lelah dengan hubungan yang terus disembunyikan, membuatnya sedikit muak. Ia benar-benar ingin menjalin hubungan dengan sebagaimana mestinya. Ia ingin berjalan ke taman berasama Jungkook, ia ingin menonton bioskop, berjalan sambil bergandengan tangan, tetapi seketika musnah ketika ia mengingat bahwa mereka bukanlah orang biasa.

"Aku tidak nafsu," jawab Jungkook datar. Kemudian membuka kedua matanya, melirik ke arah Jiun yang sedang menatapnya tajam.

"Ada apa denganmu?" tanya Jiun lagi dengan tegas sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Jiun benar-benar sangat tidak paham dengan Jungkook akhir-akhir ini. Jika Jiun memberi kesimpulan, bahwa Jungkook benar-benar, pendiam dan tidak perduli dengannya.

Jungkook bangun dari tidurnya, dan membenarkan duduknya sambil menyisir rambutnya dengan jarinya yang sedikit berantakan. Jungkook menatap Jiun dengan datar, ia sendiri -pun benar-benar bingung apa yang ingin ia katakan pada Jiun, bahwa dia sendiri -pun apa yang ia rasakan akhir-akhir ini.

"Aku tidak tahu." Hela Jungkook sambil menundukkan kepalanya.

"Bagaimana kau tidak tahu dengan dirimu sendiri?"

"Aku -pun tidak tahu." Jawab Jungkook dengan jawaban yang sama.

Jiun menghela nafasnya kasar, sambil memutar kedua bola matanya, "kau bosan?" sergah Jiun tanpa berpikir. Mendengar hal itu, Jungkook langsung menatap tajam kearah Jiun dengan tatapan bingung.

"Apa maksudmu?" tanya Jungkook tegas. Pandangannya terus tertuju pada Jiun yang seakan-akan marah padanya.

"Ani, akhir-akhir ini kau benar-benar diam denganku. Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi?" tanya Jiun dengan penuh nada penekanan.

"Apa jika aku diam, berarti aku tidak mencintaimu lagi?"

Keduanya seakan-akan sudah tersulut api hati. Seperti tidak ada kata mengalah jika seperti ini.

Jiun terdiam sesaat, menahan amarah yang siap untuk meluap. Kedua matanya mulai memerah ingin menangis. Hatinya terus bertanya-tanya, mengapa Jungkook -nya seperti ini. Ini bukan seperti Jungkook yang ia suka. Bibirnya bergetar,

"Kau masih mencintai mantanmu?" tanya telak Jiun membuat Jungkook melongo bukan kepayang.

"Mwo?!"

Chapitre suivant