webnovel

Sebuah Titah, Takdir untuk Berpisah {7}

"Kau wanita yang bahkan kami tak tahu keturunan dari Dewi mana, aku mengutusmu untuk merenungi semua kesalahan yang telah kamu lakukan! Jadi, berlututlah di bukit Chensi selama tiga purnama di langit!" titah Sang Raja langit.

Mendengar hal itu Xie Liao Xuan langsung terbelalak tak percaya, bagaimana bisa ayahnya memberikan hukuman seberat itu kepada Anqier, dia tahu betul tiga purnama di langit berlangsung seperti tiga tahun di bumi. Terlebih, bukit Chensi terkenal dengan banyak rintangan dan penderitaan, juga beberapa siksaan dari penunggu di bukit itu. Xie Liao Xuan memandang ke arah Anqier, dia benar-benar tak bisa membayangkan bagaimana nasib wanita yang dicintainya setelah ini. Bahkan banyak Dewa-Dewi yang tak kuat dengan hukuman ini/

"Yang Mulia—"

"Yang Mulia Raja, langit sedang berduka. Pasukan dari kerajaan iblis sedang menunjukkan taringnya. Mereka telah mengusik ketentraman di langit dan bumi. Peperangan pun tidak bisa untuk dihindari. Jadi, alangkah baiknya sebagao Putra Mahkota, Pangeran Xie Liao Xuan yang menjadi Panglima Perang di peperangan kali ini,"

Kali ini, bukan hanya Sang Ratu saja yang kaget dengan ucapan Xie Ming Zen. Akan tetapi, Dewa Li Qian Long pun sama. Ini adalah pertarungan yang sangat mematikan. Terlebih, Xie Liao Xuan masih terlalu muda untuk memimpin sebuah peperangan ini.

"Yang Mulia Raja, tolong pertimbangkan lagi. Putra Mahkota masih terlalu muda, dan kurang sekali pengalaman perangnya. Bagaimana bisa dia ditugaskan untuk menjadi Panglima Perang untuk menghadapi Raja Iblis itu? Yang kita semua tahu, kalau Raja Iblis tersebut adalah, satu-satunya makhluk yang bisa menembus bumi, dan membunuh Dewa-Dewa dengan senjata rahasianya!"

Sang Raja pun agaknya gelisah, dia tahu kalau Xie Liao Xuan adalah putra kesayangannya lebih dari siapa pun. Akan tetapi, kalau dia membelanya di sini, maka kedudukannya sebagai Raja yang terkenal adil dan tak pilih kasih akan hilang total. Dan dia tak mau kalau sampai para Dewa-Dewi tak lagi segan kepadanya, hanya karena masalah ini.

"Yang Mulia Raja, ini bukan masalah Putra Mahkota adalah putra kandung Anda. Akan tetapi ini adalah masalah tanggung jawab atas apa yang telah dia perbuat. Jika Yang Mulia sampai menolak hal ini, saya khawatir kalau para Dewa-Dewi dan petinggi langit lainnya akan memandang rendah Yang Mulia Raja," tambah Xie Ming Zen, yang seolah menjadi minyak pada kayu yang sudah terbakar.

Dewa Li Qian Long yang tahu apa yang akan terjadi setelah ini pun, tampak gusar. Kedua tangannya bergetar hebat tak karuan. Dia memandang ke arah Putra Mahkota Xie Liao Xuan, dan berharap kalau Putra Mahkota menolak usul dari saudara tirinya. Dia bahkan sudah mati-matian untuk menghindarkan takdir ini kepada Sang Putra Mahkota. Namun, kenapa lagi-lagi perputaran waktu kembali seperti ini. Dan bahkan dia sendiri tidak tahu, apa yang akan terjadi selanjutnya. Meski dia sendiri dengan kedua tangannya, yang menuliskan tinta-tinta takdir kepada seluruh penghuni jagad raya.

"Putra Mahkota, kau tak harus menuruti semua hasutan dari Pangeran Xie Ming Zen hanya pada akhirnya hanya akan membuatmu hancur dengan sendirinya," Dewa Li Qian Long membisikkan kalimat itu kepada Xie Liao Xuan, tapi Xie Laio Xuan hanya diam. Dia tak menoleh sedikit pun.

Dewa Li Qian Long tahu, betapa patuh Sang Putra Mahkota kepada orangtuanya, terlebih kepada Yang Mulia Raja. Jadi, apa pun perintah dari Yang Mulia Raja apa pun risikonya pasti dia akan mengikutinya dengan senang hati.

"Putra Mahkora Xie Liao Xuan, karena kesalahanmu kali ini. Kamu harus menebus dosa-dosamu, turunlah dan pimpin pasukan langit untuk membunuh Raja Iblis! Bawakan kepala Raja Iblis kepadaku!"

"Yang Mulia!" teriak Sang Ratu, dan Dewa Li Qian Long secara bersamaan.

"Yang Mulia, apakah Anda sudah memikirkan ini baik-baik?" Penasihat kepercayaan Raja pun akhirnya ikut bersuara. Sebab bagaimanapun, ini adalah hal yang buruk. Sebuah konsiparsi dari Pangeran Xie Ming Zen untuk menyingkirkan Putra Mahkota. Pangeran Xie Ming Zen menginginkan Putra Mahkota mati dalam peperangan itu.

Sang Raja seolah tak ingin dibantah dengan siapa pun, sambil mengangkat tangannya dia menyuruh semua orang yang membela Putra Mahkota itu untuk diam. Sementara Xie Liao Xien tak mengatakan apa pun, selain menundukkan wajahnya dalam-dalam dan rahangnya tampak mengeras.

"Bagaimana Putra Mahkota? Kau adalah calon Raja, jadi keputusanmu pasti adalah yang terbaik untuk semuanya," desak Sang Raja.

Xie Liao Xuan langsung menyembah ayahnya, dengan mata yang menatap ayahnya tajam dia pun menjawab, "Perintah Yang Mulia adalah kehormatan bagi hamba!" jawabnya mantab. Terlihat jelas ujung bibir Pangeran Xie Ming Zhen dan Sang Selir tampak tersenyum puas. Mereka merasa jika, ribuan tahun hidup mereka akhirnya kesempatan itu datang juga. Dan Putra Mahkota masuk perangkap mereka dengan mudahnya. "Tapi Yang Mulia harus berjanji kepada hamba. Kalau sampai hamba bisa membawa kepala Raja Iblis di hadapan Yang Mulia Raja. Maka, bebaskan Anqier dari hukumannya, dan jadikan dia sebagai selir hamba!"

"Permintaanmu aku terima!"

Dengan wajah berkaca-kaca, Xie Liao Xuan tampak mengulum senyum. Ya, dia tahu ayahnya. Ayahnya akan selalu menjadi orang yang sangat istimewa baginya. Dan dengan ini, dia bisa membebaskan Anqier tanpa ada satu Dewa-Dewi yang mencaci maki Anqier setelah ini.

Sementara Sang Selir masih tersenyum jahat, dia kemudian memandang ke arah putranya.

"Bahkan permintaannya itu hanya bisa dia rasakan dalam mimpi," bisiknya kepada Sang Pangeran.

"Yang Mulia tenang saja," Pangeran Xie Ming Zhen kembali bersuara. "Raja Iblis kali ini tidak akan memiliki belas kasihan. Karena orang-orangku sudah menghasut kerajaan iblis sehingga mereka tidak akan pernah memaafkan perlakuan dari Putra Mahkota," lanjutnya mantab. Keduanya kembali tersenyum, dengan seringaian licik mereka. Akhirnya, kehancuran Putra Mahkota Xie Liao Xuan ada di depan mata. Mereka tinggal menunggu kabar kematiannya, untuk kemudian berpesta pora atas kabar menyenangkan itu tiba.

Setibanya di kediamannya, Putra Mahkota Xie Liao Xuan tampak murung. Yang dia khawatirkan bukan tentang pertarungannya dengan Raja Iblis, tetapi tentang Anqier. Dia tak pernah bisa membayangkan, bagaimana teriksanya kekasihnya itu sekarang. Hanya karena rasa cintanya yang tak bisa dia tahan, malah membuat kekasihnya kini menerima sebuah hukuman.

Kedua tangan Xie Liao Xuan tampak meremas kuat kertas yang ada di tangannya, kemudian dia membuangnya dengan asal. Bahkan saat Sang Ratu datang pun, Xie Liao Xuan tak menyadarinya.

"Putra Mahkota, sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan, ha? Bagaimana bisa kau menyetujui begitu saja perintah dari Ayahandamu itu? Apa kau tak tahu jika itu sama saja dengan kamu menyerahkan nyawamu cuma-cuma kepada Raja Iblis itu? Dengarkan Ibu, Liao, ini bukanlah hal yang baik. Ibu bisa memohon kepada ayahandamu untuk mengurungkan perintahnya ini!"

Chapitre suivant