Dewa Li Qian Long memandang langit malam ini, rembulan merah jambu muncul dengan begitu indah. Tampak sepasang burung pheonix sedang terbang mengitari rembulan merah jambu itu, kelopak-kelopak bunga persik berjatuhan seperti salju saat di bumi.
Lagi, Dewa Li Qian Long tampak terdiam, rahangnya mengeras dengan segala gemuruh sesak di dalam dadanya. Hari yang tak ingin dia berharap untuk datang, tapi kenyataannya hari ini telah benar-benar datang dengan begitu nyata.
"Bukankah merenung untuk hal-hal yang tak perlu itu sama sekali bukan dirimu, Dewa Li?" ucap Li Zheng yang sudah berdiri di samping Dewa Li Qian Long. Dia sudah mengikat kedua tangannya di belakang punggung, kemudian memandang apa yang telah dipandang Dewa Li Qian Long, untuk kemudian dia tersenyum simpul. "Sebuah pemandangan yang sangat indah, bukankah dari pada bersedih seharusnya kita bahagia? Sudah menjadi catatan takdir jika rembulan muncul dengan warna merah jambu, dan sepasang pheonix muncul dan menari di langit itu adalah pertanda ketika seorang Putra Mahkota atau pun Raja telah bersatu dengan takdirnya. Apa itu berarti Yang Mulia Putra Mahkota sudah menemukan takdirnya? Jika benar, bukankah itu adalah kabar yang sangat bahagia bagi istana? Karena salah satu persyaran untuk menjadi seorang Putra Mahkota adalah adanya sebuah pernikahan kerajaan,"
Dewa Li Qian Long masih diam, dia tak mengatakan apa pun selain masih tetap memandang ke arah rembulan merah jambu kemudian dia kembali menghela napas panjang.
"Ada kalanya keindahan tak perlu muncul dengan cara berlebihan, hingga akhirnya rasa sakit itu akan menjadi tak terlalu dalam," setelah mengatakan itu, Dewa Li Qian Long memutar posisi berdirinya, kini dia berdiri tepat menghadap ke arah Li Zheng. "Patuh bukan berarti direndahkan, dan patuh bukan hal yang membuat orang untuk berbuat rendah," lanjutnya. Menepuk bahu Li Zheng kemudian pergi.
Li Zheng masih berdiri di sana, kemudian dia tampak tersenyum getir. Matanya tampak nanar mendengar ucapan dari Dewa Li Qian Long, kemudian dia kembali menyeringai. Memiringkan wajahnya melihat kepergian Dewa Li Qian Long.
Di sisi lain, Xie Liao Xuan melepaskan panggutannya, matanya masih memandang ke arah Anqier dengan sangat lekat. Seolah dia ingin mengunci Anqier dan tak ingin membiarkan wanita itu pergi.
Anqier yang dipandang seperti itu, rasanya benar-benar sangat malu. Dia hampir memalingkan wajahnya, tapi ditahan oleh Xie Liao Xuan.
"A... aku—"
"Aku ingin memperkenalkamu kepads Ayahanda Raja," bisiknya.
Mata Anqier langsung terbelalak, dia sama sekali tak menyangka, jika pertemuan singkatnya dengan Xie Liao Xuan akan menjadi seperti ini. Bahkan sebuah hubungan yang baru saja mereka jalin, sebuah hubungan yang bahkan belum benar-benar membuat Anqier yakin. Tapi Xie Liao Xuan sudah mengatakan hal seperti itu.
"A... aku, aku setengah manusia. Baginda Raja pasti akan bisa mengenaliku dengan mudah...," kata Anqier pada akhirnya. "Waktu itu, Ibu tak sengaja turun ke bumi karena sebuah kesalahan. Kemudian dia bertemu dengan Ayah sampai akhirnya mereka melahirkanku. Aku lahir dan besar di bumi, akan tetapi tubuhku tak seperti yang lainnya. Hingga akhirnya seorang Dewa membawaku ke sini, karena dia bilang kalau tubuhku lebih cocok jika berada di istana langit. Itu sebabnya aku ke sini untuk menemui Ibu. Yang Mulia Putra Mahkota... aku... nilaiku di sini adalah seorang Dewi terendah, karena aku bukanlah seorang Dewi murni dari kahyangan. Lantas, bagaimana bisa kau yakin untuk mengenalkanku kepada Baginda Raja?" mata Anqier terasa panas, dia benar-benar tak menyangka. Jika rasa cintanya kepada Xie Liao Xuan yang baru saja bersemi harus layu sebelum waktunya. Dia benar-benar tak tahu, bagaimana yang harus dia lakukan sekarang.
"Legenda langit telah tertulis dengan sangat nyata. Jika ada sepasang burung phoenix yang menari pada saat munculnya rembulan berwarna merah jambu, itu artinya sang Putra Mahkota telah menemukan takdirnya. Terlebih kau sudah mendapatkan setengah dari intisariku, lantas apa lagi yang menjadikanmu ragu?"
Anqier kembali terdiam, matanya memandang ke arah mata Xie Liao Xuan seolah dia ingin menemukan sesuatu di sana. Tapi yang ia dapatkan adalah, tatapan penuh keseriusan, kejujuran, dan tekad yang membara. Anqier kemudian mengangguk lemah, dia menundukkan kepalanya dalam-dalam. Membuat Xie Liao Xuan kembali mendongakkan wajahnya, dan mengecup bibirnya.
"Kita bicarakan ini di kediamanku," putus Xie Liao Xuan, menarik tangan Anqier kemudian pergi secepat kilat menuju kediamannya.
Di sisi lain, sepasang mata menangkap sosok Xie Liao Xuan sedang bersama dengan seorang wanita. Sosok itu berdiri tepat di samping kamar Xie Liao Xuan. Senyumnya tersungging, melihat seluet yang ada di dalam sana. Sepasang laki-laki dan perempuan sedang berdiri berhadap-hadapan, kemudian keduanya tampak bercumbu. Setelah itu, salah satu di antaranya duduk. Lembar demi lembar pakaian yang mereka kenakan tampak dilucuti satu-persatu, hingga keduanya tampak dengan jelas melalukan penyatuan cinta mereka.
Lagi, sosok itu tampak tersenyum, dia masih berdiri sambil mengikat tangannya di belakang punggung. Apa yang dia lakukan sekarang setelah melihat ini? Dia benar-benar tak pernah menyangka, jika Xie Liao Xuan tak lebih dari seorang laki-laki mata keranjang yang sama saja dengan yang lainnya. Memperdaya para dayang, atau itu Dewi, yang jelas apa yang ia lihat jelas-jelas melanggar hukum langit. Sebab biar bagaimanapun, antara sosok yang dibawa oleh Xie Liao Xuan, dan wanita itu belum ada sebuah ikatan perkawinan.
Lagi, sosok itu kembali tersenyum. Ini adalah hal yang sangat bagus, bagaimana jadinya jika Sang Raja tahu tentan perlakuan anaknya ini? Pasti, akan sangat murka.
"Bagaimana, Pangeran Xie Ming Zhen, bukankah ini adalah hal yang sangat bagus untukmu? Kenapa kau masih di sini? Jika kau mengatakan hal ini kepada Yang Mulia Raja, dengan sangat mudah kau bisa menggeser kedudukannya sebagai seorang Putra Mahkota,"
Pangeran Xie Ming Zhen masih menatap lurus-lurus pemandangan itu, tanpa menoleh ke arah sosok yang mengajaknya bicara. Namun, senyum itu tersungging sangat jelas di kedua sudut bibirnya. Seolah-olah, dia sudah mendapatkan kartu AS untuk naik tahta menjadi seorang Putra Mahkota.
"Jangan terlalu terburu-buru. Biarkan dulu mereka menikmati penyatuan kenikmatan mereka. Setelah ini, aku pasti akan membuat Xie Liao Xuan tidak hanya turun tahta, melainkan mendapatkan hukuman yang tak bisa dia bayangkan sebelumnya."
Sosok itu pun tersenyum, memandang raut wajah Xie Ming Zhen yang saat ini penuh dendam, dan tekad yang membara. Untuk kemudian, sebuah ide melintas di otaknya dengan sangat nyata.
"Wanita yang di dalam itu bukankah tak pantas untuk merasakan kenikmatan dari seseorang keturunan langit yang agung? Dari pada kau sibuk menjatuhkan salah satu, bukankah lebih baik jika kau menjatuhkan keduanya sekaligus?" ucap sosok itu, yang berhasil membuat Xie Ming Zhen menatap ke arahnya.
"Apa maksud dari ucapanmu itu?" tanyanya. Sosok itu tampak tersenyum semakin lebar, karena merasa telah mendapatkan rasa penasaran dari Xie Ming Zhen.
"Mau kuberi satu rahasia langit yang tak kau ketahui, Pangeran Xie Ming Zhen?" ucapnya, lagi dia menampilkan seulas senyum penuh kelicikan. "Wanita yang kini tengah menghabiskan malam dengan Putra Mahkota, dia bukanlah seorang dayang atau pun Dewi. Melainkan, setengah manusia hasil dari hubungan terlarang salah satu Dewi di sini dengan seorang manusia. Dan dia kini mendapatkan setengah intisari dari Putra Mahkota, yang menjadikannya menjadi Dewi seutuhnya."
Mendengar ucapan itu, Xie Ming Zhen tampak benar-benar kaget. Dia tak pernah menyangka jika ada kejadian seperti ini. Lagi, senyumnya kembali tercetak dengan sangat nyata. Dia benar-benar seperti mendapatkan berkah. Sebab bagaimanapun, seorang seperti Xie Liao Xuan yang merupakan sosok yang sempurna tanpa celah, bisa melakukan dua hal fatal seperti ini. Dua hal fatal yang benar-benar menguntungkan baginya.