webnovel

accident#37

Mulai dari chap ini aku cepetin yaa, karna udah mau deket last chap.

_________________________________________

Satu bulan berlalu, dan hari ini adalah hari yang spesial untuk Sing.

Kenapa?

Karena setelah lelaki jangkung berstatus kekasihnya itu membawanya ke Kanada entah dalam maksud apa, dan berakhir dengan ia yang tiba tiba menyodorkan cincin itu, ia berakhir seperti sekarang.

Sudah bertukar status menjadi seorang tunangan seorang Max Brasier, dan ia kira pernikahan akan di laksanakan beberapa bulan kedepan.

Tetapi tidak.

Tiba tiba Ben menariknya menuju butik Arm, dan segera mengikuti apa yang diperintahkan walaupun masih bingung setengah mati.

Aah, akhirnya ia tahu. Bahwa Max akan menikahi nya pada tanggal 8 November, sesuai apa yang ia tanyakan beberapa waktu lalu.

Dan saat ini, ia baru saja bangun tidur. Masih dengan wajah bantalnya, ia ditarik Din dan juga mamah untuk segera bersiap.

Ya, hari ini adalah hari sakral untuknya.

"Sing lu laper kan? Ntar ya gue ambilin sarapan dulu" ujar Din lalu segera berlari untuk mengambilkan sarapan.

Padahal Sing belum menjawabnya, sepertinya istri Ben itu terlalu bersemangat. Padahal lelaki itu sedang hamil lima minggu.

Pernikahan dilaksanakan di gedung milik Nicky, yang ada di dekat dormitory.

Max menginginkan pernikahan mereka dilaksanakan di tempat yang sudah ia tinggali selama hampir seumur hidupnya itu.

Sing sendiri hanya menurut, ia sudah terlalu senang hingga sangat excited dengan semua yang Max lakukan.

Sementara para penghuni dormitory, mereka sangat panik hingga kalang kabut menerima berita ini.

Max memutuskan untuk menikahi Sing dengan cepat, membuat mereka hampir saja kelepasan jantung.

"Lu kaga ada angin ujan kebelet boker aja kaga, tiba tiba udah ngasih undangan, kaga ada akhlak banget lu bocah" omel Peak sambil menatap Max yang sedang dirias.

Max tertawa kecil.

"Udah si mak, kaga usah marah" jawabnya.

"Ya gimana kaga marah saipul!! Lah gue masi maskeran adem ayem tiba tiba si Boom ngasi undangan, gue kira undangannya sape taunya nama lu ada disitu, langsung pecah masker gue ih" omelnya.

Boom tertawa, memang benar seperti itu kejadiannya.

"Udah ah, napa gue jadi nyasar ke sini sih. Mending gue tengok Sing aja ah" ujarnya lalu pergi meninggalkan mereka.

"Lu jahat banget sih supri, gue baru aja jadian ama Toey, lu malah udah kawin. Kaga nungguin gue ih" ucap Ohm yang sedari tadi mengomel tak jelas.

"Yeu, itu mah elu yang kelamaan" saut Off yang sedang duduk di dekat mereka.

"Ya nyusul gece lu semua, emang pada tahan gak knotting apa?" Goda Max.

"He bangsat, tau ae lu ah" ucap Beam sambil tertawa miris.

" lu gada bilang ke kita kita dulu kalo mau kawin anjir Max" ucap Purim.

"Ya nanti bocor ke bini gue, gak seru jadinya"

"Yeu, kaga percayaan banget ama kawan sendiri" saut Oajun yang diangguki Drake.

"Lu ambil cuti lama kaga?" Tanya Tay.

"Lama bang, tadinya cuma minta sebulan, eh dikasih sebulan setengah sama pimpinan" jawab Max.

"Baguslah" ucap Tay.

"Mongomong nih ya Max, lu kok pande bener keknya ya" ujar Marc membuat Max menoleh.

"Napa emang?"

"Lu ngasi dresscode nya cantik banget ya? Hehe" sindirnya membuat yang lain mengangguk setuju.

"Lah kenapa? Akwoaowkok, soft pink itu lucu, lagian yang minta juga bini gue" jawab Max.

"Iya hooh cantek banget dah kaga pake boong, dah gece lu siap siap ke altar" ujar Arm lalu segera membawa Max siap siap.

Yang lainnya sudah diinstruksikan untuk duduk di kursi yang disediakan, lalu sudah saatnya bagi Max bersiap.

Max berjalan ke altar, sejujurnya ia cukup gugup saat ini.

Selama perjalanan menuju altar, ia teringat akan semua hal yang sudah dilalui nya bersama Sing.

Mulai dari mereka yang tiba tiba jadian, hingga Sing yang terlihat ngidam, lalu Max yang sempat merajuk lama pada Sing, dan hingga sekarang, ia berada di altar menunggu seseorang itu di titipkan oleh ayahnya.

Sing yang sudah merangkul lengan ayahnya di depan pintu ballroom itu seketika merasa gugup.

Bayangannya dengan Max seketika terpampang membuat jantungnya kini berdegup begitu kencang.

Ayahnya menggiring ia menuju altar. selama perjalanan, Sing hanya menatap Max yang saat itu sungguh sangat tampan dengan seluruh penampilannya.

Ia bergetar, bahkan kakinya sangat lemas saat ini.

Ayahnya tersenyum, ia lalu membawa tangan anak semata wayangnya itu untuk diberikan pada Max, lalu disambut dengan tenang olehnya.

Max kini menggenggam jemari kecilnya itu.

Ayah Sing memberikan petuah petuah kecil untuknya, lalu setelah selesai ia membiarkan anaknya diikat janji.

Keduanya melakukan apa yang diinstruksikan, hingga setelah mengucap janji, kini mereka sah.

Peak, Chimmon, Fiat, Toey, Plan, dan seluruh omega menahan tangisannya.

Mereka ingat saat mereka bertemu saat berumur dua bulan, dan ketika itu datang Ben yang membawa Max yang baru saja lahir, masih berupa bayi merah.

Mereka tinggal bersama sejak saat itu, melalui masa kecil hingga pubertas mereka, dan hingga sekarang lelaki kesayangan mereka itu sudah berdiri di altar bersama pujaan hatinya.

Neo, Mike, Dean, Luke, mereka menangis dengan tertawa, sepupu sekaligus teman mereka itu sudah diikat oleh seorang pria.

Bahkan disaat Sing sering memarahi mereka, mereka tetap sayang dengan sesosok lelaki yang sering memberi mereka es krim itu.

"Astaga adek adek gue, mereka udah nikah dan gue belom?" Miris Chimmon sambil mengelap air matanya.

"Sing bego, lu kaga nungguin gue anjing" umpat Nanon sambil mengelap air matanya juga. Ohm disampingnya ikut mengangguk, ia bahkan sejak tadi miris menatap mereka.

Mamah, papah, Ben dan juga Din tentu saja menangis, apalagi mama, dan ayah yang baru saja melepas putra semata wayangnya itu untuk mereka.

Max dan Sing sudah sah, dan setelah melalui semua instruksi, kini mereka sibuk menyambut tamu tamu yang datang.

Bisa di perkirakan hampir tujuh ratus genap 800 orang datang di pernikahan mereka.

Mulai dari teman papah, ayah, mamah dan juga mama.

Lalu para penghuni dormitory yang sudah sangat banyak, ditambah teman teman Ben.

Apalagi teman Max.

Mereka memenuhi gedung itu hingga 40% nya. Memang Max adalah sosok social butterfly, ditambah ia dulu adalah ketua osis.

"Lu berdosa banget Max, gue kaga dikasi tau duluan masa" kesal Ryle sambil menarik Jack yang sedang menangis terharu itu.

"Hehe, lu ngapa ampe begitu dah brat?" Tanyanya saat melihat Jack sedang menatapnya sambil mengelap air matanya.

"Pen gue lindes pake ban pesawat BoeingMax loh lu brat, ih. Kesel bat gue" jawabnya.

"Se dendam itu lu ama gue" heran Max.

"Ya gitu, dah ah. Selamat ya lu udah merit, dijaga Sing nya baek baek, beruntung lu dapet bentukan macem Sing, awas ae lu" pesannya.

Sing lalu berterimakasih padanya, sementara Max menabok Jack pelan.

"Temen kaga ada akhlak lu bocah"

"In pak ketu kenapa pada kaga kasi tau hey???" Heboh seorang lelaki yang Max kenal dengan anggota osis nya dulu.

"Woe Tan, dateng juga lu" sapa Max.

"Gue dateng buat tengok Sing bukan elu" jawabnya sarkas.

"Ngapa lu tengokin gue? Ih oknum tukang minta jajan nyebelin bat" saut Sing sambil menatap Tan.

"Jaat banget lu bedua, dah ah gue mo cari makan, bay" ujarnya lalu pergi meninggalkan mereka.

Acara resepsi berlangsung seharian penuh, bahkan Sing sampai menangis karena terlalu pegal.

Oleh karena itu setelah acara selesai, Max segera membawanya kembali ke apart dormitory agar dapat beristirahat.

"Sakit banget ya?" Sing mengangguk. Ia lalu menurut ketika Max membantunya membuka baju.

"Duh nyampe bengkak gini, di kompres dulu ya?" Ujar Max. Ia ngeri melihat mata kaki Sing hingga pergelangannya yang memerah dan bengkak.

"Iya" jawabnya.

Setelah keduanya bersih bersih dan hendak tidur, Din masuk ke kamar mereka.

"Kenapa kak?" Tanya Max.

"Ini, gue mau ngasi salep. Bengkak kan kakinya Sing?" Ujarnya.

Ia paham sekali bagaimana rasanya ketika itu.

"Iya ih kak, gapapa kan itu? Ngeri gue liatnya" ucap Max. Ia lalu segera mengambil salep itu dan mengangkat kaki Sing.

Lelaki kecilnya itu sudah tertidur.

"Duh, lebih parah malahan Max" ucapnya ketika melihat kaki Sing. Ia lalu duduk di kursi, memerhatikan Max mengoles salep itu.

"Besok kalo belom baikan dibawa ke dokter ya Max, soalnya kalo dibiarin bisa makin parah" ujarnya.

"Iya deh, besok diliat dulu"

"Yaudah kakak balik ya, Ben nyariin tadi"

"Iya, makasih kak"

"Oke"

Setelah Din pergi, Max menyelesaikan olesannya. Ia kemudian kembali menyelimuti Sing dan dirinya juga.

Jujur saja badannya sangat pegal dan ia terlalu lelah. Sejak beberapa jam sebelumnya, jahitan yang ada di perut dan juga kepalanya ngilu tak karuan.

Ia juga tak tahu kenapa, tetapi ia menahannya hingga acara selesai.

Rencana ia akan memberitahukan ini pada Sing besok saja.

_________________________________________

Chapitre suivant