webnovel

accident#31

Jika Max memiliki feromon mocca dan Sing adalah susu, feromon apa saja yang dimiliki yang lainnya?

Seperti yang kita ketahui di chap sebelumnya, Toey memiliki feromon jeruk. Lalu Ohm apa?

Ohm memiliki feromon mint yang cukup kuat. Dan itu sudah bercampur dengan milik Toey.

Sementara BoomPeak?

Boom berferomon cokelat, lalu Peak ia memiliki feromon yang sangat disukai Boom. Yaitu vanila.

Purim sejak matting dengan Chimmon sudah terungkap bahwa feromonnya ber aroma permen cherry, sedangkan Chimmon memiliki bau yang khas, yaitu bubble gum.

Oajun sempat mengalami serangan tiba tiba dari Fiat ketika ia sedang mengeluarkan feromonnya. Bau itu sungguh sangat Fiat sukai karena sangat menyenangkan. Feromon Oajun adalah apel. Lalu Fiat? Ia memiliki aroma delima.

Berbeda lagi dengan MarcWin. Marc memiliki wangi kayu manis, sedangkan Pawin ber aroma jahe. Sungguh perpaduan yang pas.

Kata mamii dan juga bunda newwie, Off dan Tay memiliki aroma yang sedikit aneh menurutnya namun menyenangkan.

Disaat Gun beraroma gulali, Off justru beraroma kopi hitam. Dan disaat New memiliki wangi minyak telon, Tay justru wangi almond.

Sedikit aneh, namun menarik.

Lalu pasangan DrakeFrank? Drake beraroma daun pandan sementara Frank beraroma santan kelapa. Mereka sangat serasi.

Hal yang unik terjadi pada pasangan PoddKhaotung. Podd memiliki wangi biskuit yang sangat kentara, sementara Khaotung ber aroma bedak bayi. Meski begitu keduanya sangat menggemaskan ketika disatukan.

Feromon yang lainnya cukup unik, namun akan dibahas sedikit demi sedikit di chapter selanjutnya. Karena sekarang kita akan memfokuskan diri pada pasangan Ben dan Din.

"By bobo dulu di kamar aku, aku mau ke gudang sebentar" ujar Ben pada Din sambil mengantarnya ke kamar.

Saat ini mereka sedang berada di rumah utama keluarga Brasier yang ada di Bandung. Walau ini rumah utama, tetapi sangat jarang ditempati karena anak anak lebih memilih tinggal di dormitory sementara orangtua akan memilih di apartement yang dekat dengan kantor pusat papah.

"Iyaa" jawabnya lalu ia segera berbaring di kasur itu sambil mengambil plushie untuk di peluk.

Ia benar benar lelah setelah acara pernikahannya kemarin.

Sementara Ben yang pergi ke gudang, papah dan juga mamah pergi ke kamar untuk beristirahat.

Berbeda dengan MaxSing, mereka justru,

"HUAA ANAKKU SAYANG~~"  sorak Max saat baru saja memasuki ruang tengah rumahnya dan menemukan peliharaannya itu tengah duduk santai.

Sing justru terkejut setengah mati, kenapa hewan itu ada disini?

Apalagi itu sangat besar dan mengerikan. Di bandingkan ukuran tubuhnya, hewan itu jauh lebih besar.

"Max maungnya kenapa gede banget???" Heran Sing sambil menaiki sofa. Ia terlalu takut dengan hewan itu.

Max yang sedang memeluk erat peliharaannya itupun menoleh pada Sing yang jauh di ruang tamu.

"Astaga sayang, gausah takut. Gean gaakan gigit kok" ucapnya menenangkan. Sing masih menggeleng ribut, lalu Max hanya tertawa menanggapinya.

Ia menatap hewan itu, lalu mengingat masa lalu.

Dulu Gean masih kecil ketika ditinggal Max ke pontianak. Dan sekarang Gean sudah besar dan terlihat kekar karena sering di latih oleh asisten di rumahnya.

"Yaampun Gean, kamu gede banget. Enak dipeluk, mana liat nih loreng kamu imut banget yaampun!!" Heboh Max lalu kembali memeluk nya.

Mau tau itu hewan apa?

Itu adalah harimau jantan yang sudah berumur 15 tahun.

"Max peluknya jangan kenceng kenceng nanti dianya ngamuk!!" Heboh Sing dari sana.

"Enggaa yaampun sayang. Yaudah kalo Harit takut Max gendong aja ke kamarnya" ujar Max lalu menghampiri Sing dan mengangkat tubuhnya dengan satu tangan.

"Jan deket deket sama maungnya Max" takutnya sambil memeluk erat lelaki itu.

"Ada ada aja pacarnya Max ini"

Max membawa Sing ke kamarnya, lalu membuka password pintu kamarnya dengan cepat.

Ia lalu membuka pintu itu, dan kembali tersenyum ketika melihat ekor dari peliharaannya yang lainnya.

"Graaann, apakabar anakku??" Hebohnya sambil menghampiri harimau putih nya yang sedang bermain dengan bola di sana.

"IH ASTAGA MAX HARIT TAKUUUT!!" Teriak Sing sambil semakin erat memeluk Max.

Lelaki jangkung itu tertawa, tetapi ikut panik ketika Sing justru menangis kecil sangking takutnya.

"Yaampun sayang, takut banget ya?? Yaudah iya Max suru semuanya keluar dulu" Sing mengangguk dan membiarkan Max mengeluarkan nya.

Tetapi ia kembali terkejut ketika Max membuka pintu ruangan lain disana. Dan seketika itu dua Serigala putih keluar dari sana dan menghampiri Max.

"Huhu Max Harit takut, jan deket deket iih~~" rintihnya sambil menangis terisak. Max merasa bersalah, lalu bingung harus apa.

Bagaimana bisa ia membawa semua peliharannya ke penthouse jika Sing begitu takut dengan semuanya?

"Iya iya sayang, ini Max keluarin dulu Gater sama Gon nya" ucap Max sambil mengelus kepala Sing sementara kakinya mendorong kecil kedua serigala itu untuk keluar dari kamarnya.

Tak lama dari itu, ia lalu menutup pintunya dan membawa Sing untuk berbaring di kasur.

"Utututu~ pacar orang takut maung" goda Max sambil mengelap air mata Sing dan merapikan rambutnya yang berantakan.

"Hnngg!!!" Kesal Sing sambil menatap Max kemusuhan. Ia hanya terus sesengukan sambil menatap kesal Max, tetapi tak urung kakinya justru melingkar di pinggang Max.

"Ternyata sayangnya Max takut sama maung, kalo sama guguk takut gak?" Sing menggeleng kecil. Max lalu tersenyum, ia memanggil sebuah nama dengan sedikit kencang.

"Rivaille!!" Sebuah anjing cokelat berjenis shiba itu pun keluar dari pintu ruangan di kamar itu, dan segera mendekati Max.

" nih yang ini pinter banget guguknya, gak takut kan?" Max mengangkat tubuh Sing lalu ia duduk di lantai sambil memangku nya.

Anjing itu lalu ikut duduk rapi di samping mereka, dan Sing menatapnya sedikit takut.

"Pegang aja" ujar Max.

Sing lalu dengan sesengukannya mencoba menyentuh kepala Rivaille pelan. Dan anjing itu hanya menurut saja padanya.

Sing yang menyadari respon itu menatap Max senang, meskipun dengan wajah sembapnya.

"Gak gigit dia itu, sama aja kayak yang lainnya" ucap Max.

"Hnngh, bedaaa. Kalo yang ini gemes, kalo yang tadi nyeremin semua" ucap Sing sambil mengelus Rivaille.

"Iya iyaa, masih mau nangis lagi gak?" Tanya Max sambil memasukkan tangannya melewati baju Sing dan mengusap perutnya entah karena apa.

"Maung nya gede bangeeet, hikd" isaknya yang kembali menangis ketika mengingat seberapa menyeramkannya hewan hewan itu.

"Ututu, sayang ih cup cup. Iya iya gede banget ya sampe bikin Harit takut" ujar Max lalu mengangkatnya untuk digendong dan menenangkan nya sambil berkeliling rumah.

"Haus gak?" Tanya Max sambil masih menggendongnya yang sudah setengah mengantuk itu.

"He'um" jawabnya. Max lalu membawa Sing ke dapur dan mengambil susu hangat yang disediakan disana.

Ia lalu mendudukkan Sing di meja pantry, dan menyodorkan secup susu hangat itu padanya. Sing meminum itu dengan perlahan, bahkan sangat perlahan.

Ia hanya sulit menelannya karena sedang sesengukan.

Max menatapnya seksama. Lelaki kecil itu sangat menggemaskan ketika sedang menangis, astaga.

Ia terus menunggu Sing selesai sambil mengusap rambut dan juga punggung Sing agar cepat berhenti menangis.

Dan ternyata keduanya sudah di perhatikan oleh seseorang.

"Eh bibi? Ih daritadi udah disana?" Tanya Max yang menyadari ada seorang wanita paruh baya dengan seragamnya memerhatikannya.

"Iyaa, gaenak aja mau ganggu aa' " jawabnya kemudian mendekati keduanya.

Sing menyadari itu, ia lalu menunduk kecil untuk menyapanya.

" ini bi, Sing Harit, calon istri Max" ucap nya pada bibi itu.

" ooh ini calon istri aa' ? Ih cakep banget atuh" ujar bibi itu.

" oh nilai plusnya bi, hehe" jawab Max.

"Ini teh si cakep napa nangis? Aa' nakalin ya?" Tanya bibi itu pada Max.

" ih si bibi mah gado Max terus. Ini teh si Harit takut sama GenMax, katanya gede gede nyeremin" ujar Max.

" ya wajar atuh, GenMax udah gede gede, sering di ajak olahraga sama pak pelatihnya" lapor bibi itu.

"Baguslah bi, biar berotot. Kan bisa jagain rumah nanti bi, kalo ada yang mau nyusup"

"Iya betul teh itu. Oh iya abang kamana? Bibi mau ketemu dulu ih udah lama gak ketemu" tanyanya.

" si abang di gudang, nyari apa entah aa' gatau"

" yaudah bibi samperin dulu ya abangnya" ujar bibi itu lalu ia meninggalkan keduanya disana.

Sing menatap Max. Ia bahkan baru setengah meminum susunya. Ia lalu mengarahkan wajah Max agar menatapnya lagi.

"Hnng~~" gumamnya sambil masih meminum susu itu.

Max menatapnya gemas. Astaga benar benar lucu. Ia lalu mengusap rambut dan seluruh tubuh Sing dengan gemas.

"Apaa sayaang? Ih gemoy banget pacar Max" ujarnya.

"Harit mau panggil Max aa' jugaa" ujarnya tiba tiba.

Astaga. Mungkin setelah ini panggilan itu akan berdampak buruk bagi jantung dan hati Max.

Kuatkan dirimu Max.

"Sayang mau panggil aa' serius?" Sing mengangguk, ia kemudian kembali meminum susunya sambil memegangi daun telinga Max entah kenapa.

" he'um, aa' Max" ujarnya. Astaga Max gemas.

" ih astaga Sing Harit Brasier?? Kenapa uwu banget yaampun sayang??" Ucap Max lalu segera menciumi wajah dan juga leher nya yang masih tercetak jelas hickey nya sisa tadi malam.

"Aa' Max" panggilnya lagi. Yaampun Max harus siap siap setelah ini.

Mungkin saja Sing akan menjadi lebih uwu dari ini.

Max menciumi leher Sing yang beraroma susu, kembali menebalkan hickey nya dan sesekali mejilat itu membuat Sing melenguh di tengah meminum susunya.

"Nghh~~"

Tolong ingatkan Max bahwa mereka sedang di dapur.

_________________________________________

Chapitre suivant