Malam harinya, Felix Angelo dan seluruh keluarganya sudah bersiap untuk berangkat ke sebuah restoran di mana mereka akan makan malam bersama. Dua perempuan beda generasi itu terlihat sangat cantik. Amelia memakai dress hitam selutut dengan kerah tinggi dipadukan dengan hand bag senada yang mempercantik penampilannya.
Sedangkan Felicia tampil anggun Dengan wajahnya yang cantik dan memperlihatkan sisi manja dalam dirinya. Dengan balutan dress warna nude yang terlihat sangat pas dengan kecantikannya yang cukup alami.
"Kalian berdua terlihat sangat cantik. Bagai bidadari yang baru saja turun dari khayangan," puji Felix Angelo pada anak dan juga istrinya. Ia tersenyum hangat dan juga penuh arti pada dua wanita beda generasi itu.
"Jangan menggoda kami, Mas! Lihatlah, anak kesayanganmu menjadi sangat malu," goda Amelia pada gadis cantik yang memperlihatkan wajahnya yang merona karena merasa sangat malu dengan pujian ayahnya.
Felix Angelo lalu melihat sekeliling, ia sedang mencari anak laki-laki yang selama ini hidup berjauhan dengannya.
"Di mana Alvaro? Apa dia benar-benar tak mau makan malam bersama dengan sahabat Papa?" tanya seorang pria tampan yang berprofesi sebagai dokter. Tersirat kekecewaan di wajahnya, ia tak menyangka jika Alvaro sengaja tak ingin pergi bersamanya.
Tanpa mereka sadari, Alvaro sudah berdiri di depan pintu rumah itu. Ia mendengar semua pembicaraan keluarganya. Tak ingin membuang waktu, lelaki itu menghampiri keluarganya.
"Aku sudah menunggu di dalam mobil. Kenapa masih saja di sini?" Seluruh orang cukup terkejut dengan kedatangan Alvaro yang tiba-tiba. Mereka pun tersenyum lega sembari melemparkan tatapan pada lelaki yang sudah berdiri dengan penampilan yang cukup menawan.
"Aku kita berangkat, Kak!" Felicia langsung berlari ke arah Alvaro dan mengajaknya masuk ke dalam mobil.
Felix Angelo dan juga Amelia merasa sangat lega. Awalnya mereka cukup khawatir jika anak laki-lakinya itu tidak ingin bergabung dengan makan malam itu. Namun, Alvaro justru terlihat sangat antusias untuk datang ke acara makan malam itu.
"Kupikir Kak Varo tak ingin datang bersama kami semua," celetuk Felicia yang sudah duduk tepat di sebelah kakaknya. Kebetulan malam itu, Alvaro sendiri yang akan membawa mobil keluarganya itu. Ia sudah mencari rute tercepat untuk sampai di sebuah restoran di mana mereka akan makan malam bersama.
"Bagaimana aku bisa menolaknya? Mulai besok, aku akan bekerja di rumah sakit milik sahabat Papa itu. Rasanya tak nyaman jika aku harus menolak." Alvaro tersenyum tipis memandang gadis cantik di sebelahnya. Ia tak ingin menambahkan jarak di antara mereka semua.
Mereka semua masuk ke dalam mobil lalu berangkat menuju ke sebuah restoran di mana anak digelar makan malam bersama. Sepanjang perjalanan, tak ada pembicaraan di antara mereka. Alvaro hanya fokus ke jalanan di kota yang cukup baru baginya. Untung saja, ia sudah mencari rute tercepat untuk sampai di sana.
Mobil berhenti di sebuah restoran dua lantai yang terlihat cukup megah. Dengan desain bangunan bergaya Eropa, menambah akses elegan dan juga sangat berkelas.
"Ayo kita masuk. Sahabat Papa sudah ada di dalam," ajak Felix Angelo pada seluruh keluarganya.
Seluruh anggota keluarga langsung masuk ke dalam restoran. Sebuah sambutan hangat diberikan oleh pegawai restoran pada mereka semua. Mereka pun diarahkan ke sebuah meja di mana seorang pasangan suami istri sedang menunggu.
"Apa kabar, Amelia?" Seorang wanita yang cukup cantik bangkit dan langsung memberikan pelukan hangat pada istri dari Felix Angelo. Mereka terlihat sangat senang bisa kembali berjumpa setelah lama tak bertemu.
"Aku baik Mbak Sarah. Kalian hanya berdua saja? Di mana tiga anak kesayanganmu?" tanya Amelia pada pasangan suami istri yang memiliki hubungan cukup dekat dengan keluarganya.
Sarah langsung memandang suaminya. Seolah ada sebuah isyarat khusus yang sengaja dilemparkan untuk pria yang sudah berdiri untuk menyambut kedatangan mereka.
"Kamu bisa langsung bertanya pada suamimu nanti saat sudah di rumah. Lebih baik kita nikmati saja makan malam kita ini," sahut Bram, suami dari Sarah. Yang tak lain adalah sahabat dekat dari Felix Angelo.
Bram dan Felix adalah sahabat dekat sejak mereka SMA. Walaupun mereka tinggal di tempat yang berjauhan, hubungan di antara dua sahabat itu terjalin cukup baik. Tak jarang dua sahabat itu saling jumpa untuk sekedar menghabiskan waktu bersama.
"Duduklah, Sayang." Sarah mempersilahkan Felicia dan juga Alvaro untuk segera duduk. Mereka berdua terlihat sedikit canggung dengan pembicaraan dua orang dewasa itu.
"Baik, Tante," jawab Felicia dan juga Alvaro dalam waktu yang hampir bersamaan. Mereka pun mengulas senyuman manis pada pasangan suami istri itu menjadi sahabat dari ayahnya itu.
Tak berapa lama, mereka mulai menikmati hidangan yang sudah tersaji di atas meja makan. Tak ada pembicaraan yang cukup berarti yang dibicarakan oleh dua keluarga itu. Mereka hanya fokus untuk menyantap hidangan yang cukup menggugah selera.
Tiba-tiba saja, Felicia merasa tak nyaman dengan perutnya. Ia pun mengajak kakak laki-lakinya itu untuk mengantarkannya menuju ke toilet.
"Kami permisi sebentar," pamit Alvaro dalam tutur kata yang cukup sopan.
Pasangan adik dan kakak itu berjalan menuju ke sebuah ruangan di ujung restoran. Dengan sangat perhatian, Alvaro menunggu Felicia di depan pintu toilet.
"Anakmu sangat tampan dan juga sangat cantik," puji Brian pada pasangan suami istri yang bersahabat dengannya.
"Kamu juga bisa melihat jika aku dan juga istriku adalah pasangan yang sama-sama tampan dan juga cantik." Dengan sangat percaya diri, Felix Angelo memuji dirinya dan juga sang istri. Ia sudah terbiasa berbicara santai dengan sahabatnya itu.
Jawaban itu membuat Bram dan juga Sarah terkekeh geli. Mereka tak menyangka jika keangkuhan seorang Felix Angelo masih saja sangat jelas.
"Masih ingat dengan janji kita?" Bram sengaja mengingatkan sebuah janji yang pernah terucap di antara mereka berdua.
Seketika itu juga, Amelia langsung memandang suaminya. Ia sangat tahu sebuah janji yang sudah terikat di antara mereka berdua.
Happy Reading